Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Raja Mesum

Raja Mesum

***

Sesampainya di Kerajaan Carl, raja itu turun diikuti aku di belakangnya dan disambut oleh beberapa pelayan.

"Yang Mulia,” ucap salah satu wanita cantik yang berdiri di hadapan kami.

"Aku sudah lama menunggu Yang Mulia, kenapa Yang Mulia pergi tanpa pamit dariku?" ucap wanita antik itu sambil merayu raja gila ini.

"Pergilah, kau menghalangi jalanku.”

"Kyahh! Raja ini terlalu arogan wanita secantik itu ditinggali begitu saja, hatinya di mana ya?" gumamku, sambil mengikutinya dari belakang.

"He! Wanita brengsek," ucap wanita tadi sambil mendorongku hingga aku terjatuh dan membuat kakiku terluka, rasanya sangat sakit apa salahku sehingga dia melakukan hal tadi, sorotan tajam aku lancarkan ke dia.

"Kenapa kau mendorongku?” tanyaku sambil memegang kaki yang sakit akibat terjatuh tadi.

"Apa kau bilang? Wanita miskin sepertimu berani menjawab ratu pertama dari istana Carl, kau akan dihukum karena berani melawan ratu dan membujuk raja untuk meninggalkan istrinya. Pengawal ... pengawal, tangkap wanita ini," ucap wanita itu sambil marah-marah, dan aku tidak mengerti apa yang dikatakanya? Membujuk raja, melawan ratu?

Wanita yang di depanku ini memang terlihat cantik tapi hatinya tidak. Saat itu juga beberapa orang yang memakai baju besi datang ke sini dan membantu untuk berdiri, aku tidak mengerti kenapa mereka tidak menangkapku?

"Maaf Yang Mulia Anna, tapi wanita ini adalah calon permaisuri dari Kerajaan Carl," ucap salah satu dari mereka.

"Itu ... tidak mungkin, raja tidak pernah mengatakanya kepada kami,” ucap wanita lain yang berada di hadapanku.

"Itu benar Yang Mulia Ichii," balas pengawal itu.

"Yang Mulia, apakah yang dikatakan pengawal ini benar?" ucap wanita lainnya yang berada di hadapanku.

"Kamu sudah mendengarnya Sylla, jadi untuk apa bertanya lagi?" sahut raja itu.

"Sudahlah, aku akan menjelaskannya nanti malam, kalian bisa berkumpul di istana." Raja itu pergi meninggalkan kami.

Semua orang yang berkumpul tadi bubar, dan salah satu pelayan mengajakku dan mengatakan. “Aku akan mengantar Yang Mulia ke kamar."

"Baiklah," jawabku.

Malam pun tiba dan semua orang berkumpul di istana lalu berbincang panjang kali lebar, aku tidak tahu apa yang dibicarakan mereka karena aku duduk di bangku yang paling belakang, aku merasa malu untuk duduk di depan.

Itu karena wanita-wanita yang ada di depanku sangat cantik dan mempesona sedangkan aku hanya memakai baju tidur dan rambutku pun tidak tersisir rapi, itu karena aku tidak tahu berdandan sama sekali, tapi itu tidak masalah.

"Yang Mulia jelaskan maksud Anda tadi?" ucap Anna, astaga untung aku ingat nama mereka dari beberapa pengawal yang menyebutnya.

"Affry akan menjadi permaisuri dari kerajaan ini, itu sudah cukup jelas, tidak ada yang boleh menentangnya, Apa kalian semua sudah mengerti?" Dengan suara lantang raja itu menyampaikannya

"Baik Yang Mulia," ucap semua orang sambil menundukkan kepalanya, kecuali Anna, dan aku. Semua orang kemudian meninggalkan tempat itu, dan aku juga balik ke kamar memilih untuk istirahat.

Apanya permaisuri dan bukan, aku tidak peduli sama sekali setidaknya malam ini bisa tidur di tempat yang nyenyak dan aman dari bahaya, mendapat makanan yang nikmat, besok akan memikirkan cara untuk kabur.

***

Di kamar, aku hanya berdiri menghadap jendela sambil melihat bintang-bintang dan sesekali juga ikut menghitung bintang tersebut walaupun itu sangat mustahil, meratapi kehidupan yang berubah jauh ketika aku berada di duniaku dulu.

"Andaikan aku bisa kembali." Aku bergumam melihat ke arah langit sambil mengeluarkan sedikit air mata. Sesekali juga aku mengusap air mata yang jatuh karena mengganggu penglihatan.

Terdengar suara ketokan pintu dari luar kamarku, aku yang mendengarnya langsung mengatakan. "Siapa?"

"Maaf Yang Mulia, Yang Mulia Raja telah datang," ucap salah satu pelayan dari luar.

Aku kemudian membukakan pintu tersebut dan melihat sosok pria besar yang ada di hadapanku. "Apa yang dilakukan pria ini di sini?" gumamku.

Tanpa meminta izin dariku dia langsung masuk begitu saja, aku yang melihat ingin rasanya memarahinya. Tanpa berpikir panjang aku menutup pintu kamar dan menghampirinya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku.

"Apa maksudmu? Aku adalah calon suamimu!" jawabnya.

"Apa tujuanmu kemari?" tanyaku lagi.

"Tentu saja melewati malam pertama denganmu." Dengan santainya dia menjawab pertanyaan yang kuberikan.

"Ha! Kita saja belum menikah dan kau ingin melakukannya, pergilah keluar dasar laki-laki mesum,” ucapku.

Bukanya keluar dia malah tersenyum, berjalan semakin dekat dan langsung membekap mulut ini. “Kau terlalu agresif,” bisiknya dan sontak kedua bibir ini menyatu dengan miliknya, apa yang terjadi? Apa aku akan kehilangan kesucianku?

Lidahnya memainkan lidahku begitu cepat, seraya sedang menghisap sebuah permen. Ciumannya semakin panas dan membuatku sedikit merasa gerah, setiap pergerakan lidahnya membuat tubuh ini terbuai.

Aku tidak tahu mengapa? Tiba-tiba saja lidahku ikut bermain seperti lidahnya, ciuman ini pun berlangsung terus sampai dia melepaskannya.

"Akh ...,” desahku saat dia melepaskan ciumannya. Aku kehabisan napas, aku tidak menyangka dia bisa segila yang tadi itu.

"Ternyata kamu diam-diam menolak tapi ujung-ujungnya menerimanya juga," ucap raja itu sambil tersenyum memandangku.

"Bagaimana kalau kita lanjut ke tahap berikutnya?" Dengan sinisnya dia mengucapkan itu.

"Apa maksud dari perkataannya? Tahap selanjutnya? Jangan-jangan?" batinku yang mulai merasa takut

Dia mulai menciumku kembali dengan sedikit agresif, menarik tengkuk ini dan menghisap legerku dengan cepat, sesekali dia menggigitnya membuatku dengan sontak memukul kepalanya.

Dia mulai meraba seluruh tubuhku, dipererat pelukan kami dan ciumannya semakin dalam, aku tidak bisa menolak ini sangat sesak dan ketat seseorang tolong aku, aku tidak ingin menjadi santapannya malam ini.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. "Yang Mulia Raja, di luar ada yang mencari Yang Mulia,” panggil seorang pelayan dari luar.

"Mengganggu saja, baiklah Sayang nanti kita akan lanjut lagi,” ucapnya kemudian pergi, meninggalkanku sendiri.

"Gila, laki-laki itu sudah menyentuhku! Bahkan dia juga bilang akan melanjutkannya lagi nanti. Dia benar-benar gila," gumamku.

***

Aku sangat takut akan kehadirannya. "Bagaimana ini dia akan menyentuhku lagi?” ucapku sambil mengacak-acak rambutku dan berjalan mondar-mandir.

Suara ketokan pintu terdengar lagi, tidak mungkin dia datang secepat itu kan. "Aku akan masuk.” Sialan dia sudah datang, apa yang harus aku lakukan sekarang, pura-pura tidur? Akh, aku tidak mengerti.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel