Bab 2 Jatuh ke Dunia Lain
Jatuh ke Dunia Lain
"Mama, papa, kakak aku berangkat sekolah,” ucapku sambil berpakaian sekolah, rambutku yang tergerai panjang dan berwarna hitam tidak aku ikat.
Affry, akulah orangnya, wanita yang berpenampilan sangat cantik, anggun, tapi memiliki sifat yang penyendiri. Tidak pernah berbicara dengan teman satu kelasnya, hanya duduk di bangku sekolah, mendengarkan pelajaran dari guru, lalu pulang ke rumah.
*****
Tring! Bunyi bel sekolah.
Aku kemudian pulang ke rumah sendirian tanpa ditemani oleh siapa pun, ya, bukannya karena aku sombong, tapi aku hanya takut saja mereka akan menertawakanku karena aku berpenampilan jelek. Aku kemudian menunggu di halte bis untuk menaiki bis yang arahnya sama dengan arah rumahku
Tuut! Bis itu sudah datang aku segera menaiki bis itu.
Tapi siapa yang menyangka? Begitu banyak orang yang menaiki bis ini, aku terdorong hingga akhirnya tidak bisa naik, saat semua orang sudah naik, aku kemudian naik ke bis tersebut, aku mencari-cari bangku kosong.
Namun sudah tidak ada lagi, mau tidak mau aku harus berdiri karena bis yang aku naiki sudah mulai berjalan, semula berjalan dengan santai tapi semakin lama bis ini berjalan dengan sangat cepat sampai semua penumpang bis ini berteriak.
"Bisakah bis ini berjalan dengan santai?" ucap salah satu penumpang, ya penumpang itu adalah seorang nenek-nenek, itu sebabnya dia berani ngomong dengan sopir ganas ini.
"Tidak bisa! Sepertinya rem bis ini blong." Sopir itu kemudian panik mengendarai bis tersebut, semua penumpang berteriak, menangis, mencaci-maki sopir bis, dan ada juga yang pasrah lalu berdoa kepada Tuhannya masing-masing untuk diselamatkan
Aku yang merasa jika ini takdirku untuk mati, aku akan menerimanya karena pasti sudah ada yang mengatur.
Teriakan para penumpang makin keras dan sopir bis pun kehilangan konsentrasi, dia sudah tidak bisa lagi mengatur jalan bis ini, sopir tersebut pun pasrah dan mengatakan kepada semua penumpang
"Serah kan saja semuanya, jika ini keberuntungan kita maka kita akan selamat." Sopir bis itu pun kemudian membiarkan bis ini tanpa ada yang mengendarai.
Dan apa yang terjadi? Bis ini memasuki jurang, dan teriakan para penumpang semakin menjadi, tangisan para penumpang yang sangat ngilu, dan seorang ibu-ibu yang melindungi perutnya yang besar kisaran mengandung 9 bulan berteriak dan berkata, "Selamatkan bayiku.”
Aku yang mendengar hanya pasrah saja, aku tidak bisa menyelamatkan ibu itu, bahkan diriku sendirian pun sedang dalam bahaya
Bis ini melaju sangat cepat menuruni jurang yang sangat terjal bahkan ujungnya pun tidak terlihat, semua penumpang berjatuhan, berbenturan, dan bahkan juga ada yang melompati kaca jendela karena tidak ingin mati.
Ah, kepalaku terbentur ke dinding bis itu lalu berpindah dan terantuk ke kepala penumpang yang berada di sebelahku. Aku yang tidak kuat memegang pegangan ini lagi, ikut jatuh ke bawah karena posisi bis ini terjal ke bawah penumpang-penumpang lainnya ikut menindihku dari atas.
"Ya ampun kapan bis ini berhenti?" ucapku karena aku tidak tahan menahan rasa sakit ini, penumpang yang menimpaku semakin lama semakin banyak dan rasanya aku tidak bisa bernapas lagi.
Aku kemudian melihat ke samping dan melihat seorang anak balita yang ditimpa oleh orang banyak hanya pasrah saja dan memeluk mamanya serta papanya memeluknya dari belakang.
Begitu bahagianya dia selalu bersama kedua orang tuanya bahkan sampai mati pun mereka selalu bersama
"Ah!” pekikku, ada seseorang yang menimpaku lagi dari atas, ternyata orang itu memiliki badan yang sangat besar seperti gajah dan hampir membuatku pingsan.
Tiba-tiba ...
Bruk ... ah ... bruk ... ah ... tolong ....
Bis yang kami tempati berputar lalu menabrak sebuah batu akibatnya kakiku tertimpa bangku bis. Aku melihat ke bawah dan melihat ada asap yang keluar dari bis ini.
Aku menangis sekuat mungkin karena mungkin aku tidak akan bisa menangis lagi di dunia ini, semua orang yang berada di dalam bis ini, ada yang pingsan, menangis karena terluka dan banyak lagi.
Bangku bis yang menimpaku sangat berat sehingga aku tidak sanggup lagi untuk menahan rasa sakitnya.
"Mama, papa, kakak, selamat tinggal mungkin kalian tidak bisa melihatku lagi, kalian tidak akan dibebani olehku lagi, kalian akan hidup bahagia tanpa diriku, semua kesalahanku semoga kalian bisa memaafkannya.
Dan juga kakak aku titip mama dan papa jaga mereka baik-baik, itu adalah permintaanku yang terakhir.
Oh iya satu lagi buku yang kuberikan kepada kakak tolong kakak kembalikan ke perpustakaan sekolah, semoga kakak bisa mengetahuinya, lalu berdoa agar mereka bisa membiarkanku pergi.
Aku menangis sekuat mungkin dan itu terasa lelah, aku sudah tidak tahan lagi, aku akan meninggalkan dunia ini.
Aku menutup mataku perlahan-lahan dan mengucapkan selamat tinggal kepada keluargaku dan teman temanku di sekolah walaupun mereka tidak mau berteman denganku, aku akan tetap menyayangi mereka.
SELAMAT TINGGAL!
***
Aku membuka mataku perlahan dan merasakan seberkas cahaya mengenai pipiku, pepohonan yang menutupi cahaya matahari dan angin sejuk yang berembus, membuat tubuhku merasa sejuk.
Aku tahu pasti aku ada di tempat penghukuman, aku kemudian bangun dan berdiri melihat sekeliling. Rasanya aku seperti masih hidup, aku dapat merasakan angin berembus dan memegang pepohonan yang berada di sini.
Tapi itu wajar bukan? Walaupun aku sudah mati aku juga pasti bisa merasakan ini. Saat aku sedang melihat lihat pohon yang berada di sekeliling, terdengar suara orang-orang berlarian menuju ke sini.
Mungkin mereka adalah salah satu penjahat yang lari karena ingin dimasukkan ke dalam neraka, mungkin aku juga adalah salah satunya.
Tapi ada yang aneh mereka tidak seperti yang kubayangkan mereka memakai baju besi dan membawa pedang, orang yang mereka kejar memakai pakaian kusut seperti seorang pengemis.
"He! Tunggu." Salah satu pria berbaju besi itu memanggil pengemis itu, tapi pengemis itu hanya berlari dan menabrakku.
"Ah," rintihku saat melihat tanganku terluka, apa yang dibawa oleh pengemis itu?
"Pencuri berhentilah, kami akan melaporkanmu kepada raja," ucap orang-orang yang mengejar pengemis itu.
“Raja! Maksudnya apa? Ini bukan dunia penghukuman?" gumamku
"He kau wanita aneh, pergi dari sini, kalau tidak kau akan dimakan oleh binatang buas yang berada di hutan ini."
"Binatang buas!"
Aku tidak mengeri maksudnya, tapi ada benarnya juga hutan ini sepertinya sangat seram, aku akan pergi dan mencari obat untuk mengobati luka yang ada di tanganku.
Intinya cuman satu saja, aku tidak mati tapi tertarik ke dunia lain yaitu dunia di mana masa para raja berkuasa dan peperangan masih ada. Aku mencari jalan keluar dari hutan ini, aku berjalan ke sana kemari tanpa tahu arah tujuan.
Ternyata perjalananku tidak sia-sia aku menemukan jalan keluar dari hutan ini, aku kemudian berlari menuju jalan keluar tersebut.
Akh ... akhirnya sampai juga.
Aku melihat sekelilingku.
Ternyata yang kupikirkan benar, aku berada di dunia lain.
Sekarang aku berada di atas jurang dan di bawah jurang itu ada beribu-ribu rumah yang berdiri dan sebuah kastel yang megah dan besar berdiri di tengah-tengahnya.
Mungkin itu adalah kastel raja yang diucapkan para pria berbaju besi tersebut. Hari hampir sore, aku akan turun dan mencari penginapan, lalu besoknya aku akan mencari tahu tentang dunia ini.
Saat aku ingin pergi ke perdesaan tersebut, aku mendengar suara tangisan bayi menyebut mama dalam tangisannya. Aku kemudian mencari asal suara tersebut. Aku menemukannya!
Suara itu berasal dari bayi yang digendong oleh seorang pria tepat di hadapanku. Pria itu mengenakan jubah yang sangat cantik dan memiliki beberapa pelayan di sampingnya, serta kereta kuda di belakang.
"Yang Mulia Raja, apakah pangeran tidak mau berhenti menangis?" ucap salah-satu pelayan.
Yang Mulia Raja? Pangeran?
Kyahh! Jadi dia adalah raja dan bayi yang digendongnya itu adalah anaknya. Bodoh akh! Dia pasti bisa merawat anaknya tidak perlu dikhawatiri.
Aku kemudian berjalan maju dan mulai melewati raja dan para pelayannya itu. Saat aku ingin lewat, bayi itu memanggilku dengan sebutan mama lalu menangis sekuat mungkin sambil mengulurkan kedua tangannya ke arahku.
Aku yang merasa iba membalikkan badanku lalu melihat bayi tersebut. Begitu manisnya dia, aku ingin menggendongnya Tapi jika aku menggendongnya pasti aku akan dibunuh, lebih baik aku pergi saja.
Saat aku ingin pergi.
"He kau! Apa kamu tidak melihat bayi ini ingin digendong olehmu, ayo cepat gendong dan diam kan bayi ini, kepalaku sakit mendengarnya tangis terus," ucap pria yang menggendong bayi itu.
Dia kemudian memberikan bayi itu kepadaku, aku kemudian menggendongnya, saat aku menggendongnya bayi itu memelukku dengan erat dan tangisannya pun mulai berhenti perlahan.
"Anak baik diamlah." Aku menggoyang kan tanganku untuk menidurkannya, bayi tersebut pun langsung diam dan tertidur pulas di pelukanku.
"Wah ... hebat ...!" teriak semua pelayan raja itu.
"Baru kali ini ada yang bisa mendiamkan sang Pangeran," ucap salah satu pelayan.
“Kau memiliki bakat untuk mendiamkan anak ini. Baiklah aku akan mengangkatmu menjadi dayang pribadi pangeran Kirito.”
"Ha? Dayang pribadi? Siapa yang mau? Kau saja yang jadi dayangnya dia kan anakmu? Mengapa aku yang harus urus dia?” tolakku.
"Kau! Berani melawan seorang raja?" pekiknya.
"Walaupun kamu seorang raja aku tidak akan takut, ini anakmu.” Aku pun memberikan bayi tersebut padanya..
"Uek ... uek ...." Bayi itu menangis lagi.
"Kenapa dia menangis?" gumamku heran.
"Kamu sudah melihat bukan? Dia sangat menyukamu, itu sebabnya aku memintamu untuk menjadi dayang pribadinya. Tapi jika status itu terlalu rendah buatmu. Bagaimana kalau kau akan aku angkat jadi permaisuri di kerajaan Carl?” tawarnya padaku.
Apa itu sudah memuaskan? Kau akan menjadi permaisuri dari Raja Griffin Carl raja yang paling agung,” ucapnya lagi sambil tersenyum.
"Wah! Akhirnya kita memiliki seorang permaisuri. Hidup Permaisuri," ucap para pelayan
"Segera bawa dia ke istana, dan umumkan pesta pernikahannya satu minggu lagi ke seluruh rakyat dan negeri-negeri seberang,” ucap pria itu.
"Hah? Tidak ... aku tidak mau, lepaskan aku!" Pelayan ini menarikku dan memasukkan aku ke kereta kuda.
"Apa yang terjadi? Permaisuri Raja Griffin Carl? Kerajaan Carl? Aku tidak mengerti maksudnya ini!" gumamku seketika.
