Ingin Berubah
Suara mobil memecah keheningan pagi, Junmyeon. Pria paruh baya itu beberapa kali menoleh pada gadis kecilnya yang terlelap sambil mendengkur di sampingnya.
Wajah yang cantik dan mungil baginya itu, tak henti membuatnya merasa bersalah sepanjang perjalanan mereka.
Beberapa saat kemudian Junmyeon terlihat meminggirkan mobilnya dan berhenti.
"Mmmh, papa... Apa kita sudah sampai?"
"Belum ..."
Junmyeon tidak sanggup menatap mata putrinya.
"Ada apa? Mengapa berhenti begitu saja? Papa tidak enak badan?"
Junmyeon hanya menggelengkan kepalanya ringan.
"Alexa, kamu bisa menolak permintaan papa sebenarnya. Tapi mengapa kamu malah mengiyakannya?"
"A-alex hanya ingin membantu papa."
"Dengan kamu bersikap seperti ini, apa kamu tidak sadar jika kamu menambah berat rasa bersalah papa?"
Junmyeon tidak sanggup menahan diri untuk tidak menitihkan air matanya.
"Papa... Sudah ya, Alex baik-baik saja kok. Lagi pula papa lihat wajah Alex baik-baik, wajah Alex ini nggak ada cantik-cantiknya. Mereka juga nggak akan mau sama Alex."
Junmyeon mendongakkan kepalanya dan menatap wajah putrinya itu yang memang benar adanya apa yang dia ucapkan.
"Si-siapa yang bilang kamu tidak cantik Alexa?"
"Banyak pa..."
"Itu artinya, mereka hanya bisa melihat seseorang dari parasnya. Bukan hatinya," Junmyeon menenangkan hati putrinya.
Alexa tersenyum.
'Sayangnya kenyataan tidak seperti itu, yang good looking-lah dia yang menang,' batin Alexa.
"Jujur saja, papa ingin kita pulang saja."
"Jangan pa, Alexa tidak ingin papa mendapatkan masalah. Yang terpenting kita sudah menuruti apa yang mereka mau."
'Lagi pula dengan wajah dan tubuh yang buruk seperti ini, siapa juga yang menginginkanku? Atau mungkin mereka akan memintaku bekerja seumur hidupku untuk menjadi seorang pembantu? Ah, mimpi buruk!' batin Alexa bergejolak.
"Kamu yakin Lex?"
Alexa mengangguk dengan senyuman yang terukir manis di bibirnya.
Akhirnya Junmyeon kembali melanjutkan perjalanannya.
***
"Kita sudah sampai."
Alexa keluar dari mobil sambil mengedarkan pandangannya.
"Wuaah! Luar biasa... Apa ini benar-benar rumah? Ini istana ya pa?"
Alexa ternganga melihat betapa besar dan mewahnya bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya.
Sebuah jembatan dengan pemandangan kolam disisi kanan dan kirinya, memantulkan cahaya sang surya yang mulai menampakkan sinarnya yang menyilaukan mata.
Bunga-bunga berwarna warni dengan aroma harumnya semerbak, menyeruak memenuhi indra penciumannya.
"Alexa, kemarilah nak."
Alexa yang sempat terbuai dengan segala keindahan itu, harus kembali tersadar dengan tujuan awalnya datang kemari karena panggilan papanya.
"Ya pa, Alex datang."
***
"Pa, berapa orang yang tinggal disini?"
"Kenapa?"
"Istana ini sangat besar, sayang jika hanya di tinggali sedikit orang."
"Ekhem!"
Junmyeon yang mendengar deheman itu langsung terperanjat dan duduk dengan tegak.
"Ada apa pa? Siapa yang datang?"
"Ssst! Pelankan suaramu, duduklah dengan baik, tuan muda datang."
"Oh, begitu..."
Alexa menuruti perintah papanya, duduk dengan baik dan tenang.
Sementara tuan muda itu perlahan berjalan menuruni anak tangga, satu persatu.
Alexa menunduk sebagaimana yang papanya contohkan.
Aroma parfum menyeruak masuk memenuhi indra penciumannya untuk kedua kalinya, setelah aroma bunga di taman tadi. Seiring semakin dekatnya tuan muda itu dengan mereka.
"Kalian datang lebih awal."
"Tuan, maaf kami mengganggu pagi anda. tapi putriku hari ini ada ujian di kampusnya, jadi kami harus datang lebih awal agar dia tidak terlambat."
"Kalian sudah sarapan pagi ini?"
Junmyeon hanya meringis menjawab pertanyaan tuan muda itu.
***
Alexa tetap menundukkan kepalanya sambil menyantap sarapannya di mansion yang disebutnya istana itu.
Tiba-tiba, tuan muda itu yang awalnya makan dengan baik, tiba-tiba menghentikan makannya dan menatap tajam kearah Alexa.
Junmyeon menyadarinya dan berhenti untuk menyantap makanannya, hanya Alexa yang masih makan dengan nyaman.
"A-ada apa tuan muda?"
Alexa mendengarnya dan melirik papanya, tanpa menatap tuan muda itu.
"Pa, ada apa?"
Junmyeon terlihat mengkode Alexa untuk menghentikan makannya, karena dia tengah ditatap oleh tuan muda itu.
"Oh, oke."
Alexa meletakkan sendok dan garpu nya.
"Apakah ini putrimu?"
Tuan muda itu membuka percakapan dengan tatapan yang hanya tertuju pada Alexa.
"Apa aku begitu menakutkan?"
"Maaf tuan?" Junmyeon.
"Bukan kau, tapi putrimu!"
"Hah? Aku?"
Alexa memberanikan diri menatap ke arah tuan muda itu, dan meringis.
"Hehehe..."
Mimik wajah tuan muda itu berubah seketika, dan terlihat mengusap wajahnya kasar.
"Anda baik-baik saja tuan?"
***
Suara mobil terdengar memasuki halaman mansion.
"Selamat pagi tuan..."
"Junmyeon...! Hahaha kau datang sepagi ini, hahaha. Kau sungguh-sungguh Ayah yang tidak tahu diri. Kau bahkan menyerahkan putrimu sepagi ini."
Deg!
Junmyeon dan Alexa saling bertatapan, Junmyeon menggelengkan kepalanya. Menjelaskan dengan matanya, atas apa yang baru saja dia dengar.
Lagi-lagi Alexa hanya tersenyum, menandakan dirinya baik-baik saja.
'Siapa yang peduli? Lagi pula sebentar lagi setelah mereka tahu tentangku, aku juga akan di tendang. Hahaha,' batin Alexa meringis.
"Junmyeon, katakan dimana putrimu itu. Aku masih ingat betapa cantiknya kau menggambarkan cantiknya putrimu saat kau masih bekerja denganku, aku ingin melihat putri duyungmu itu."
Tuan muda itu hanya menatap Alexa tanpa memperdulikan apapun yang sedang Daddynya perbincangkan dengan Junmyeon.
"Dia sedang duduk di samping saya tuan Yunho."
Tatapan Yunho segera beralih pasar gadis yang duduk di sebelah Junmyeon.
"Astaga! Amit-amit jabang bayi!"
Tuan muda itu ikut terkejut melihat Daddy-nya yang sampai terhentak dari duduknya itu.
'Reaksimu sungguh berlebihan tuan, beruntung aku sudah kebal,' reaksi Alexa ketika melihat reaksi tuan Yunho saat pertama kali melihatnya.
"Hahaha, ini yang kau katakan bak putri negeri dongeng? Ini yang kau katakan..."
Tuan Yunho terlihat tidak sanggup melanjutkan ucapannya, dia tertawa hingga air matanya berair. Mungkin jika bisa tuan Yunho akan berguling-guling.
"Bahkan Mr. Bean tidak selucu leluconmu Junmyeon... Hahaha, aku rasa putrimu ini akan lebih tepat jika disebut ikan duyung hahaha daripada putri duyung hahaha..."
"Lihat wajahnya, sangat lebar dan betisnya astaga hahaha. Lihat juga perutnya, bagaimana seseorang bisa dikatakan seorang wanita saat perut dan pinggulnya sama besarnya, hahaha."
Tuan Yunho tidak hentinya mencela dan tertawa merendahkan pada diri Alexa.
Namun anehnya, hal itu hanya lucu untuk dirinya sendiri. Bahkan putranya tidak menggambarkan raut wajah jika sedang melihat sesuatu yang lucu seperti ayahnya.
Ruangan itu dipenuhi dengan suara tawa dari Yunho, dan baru terhenti saat Yunho melihat putranya yang terlihat tidak nyaman itu.
"Apa yang terjadi Ten? Come on..."
Ten masih tidak bergeming dan hanya mengalihkan pandangannya pada Alexa yang nampak wajah dan telinganya memerah.
"Daddy masih percaya padaku kan?"
"Of course, you never disappoint me."
"Baiklah jika begitu, kalian boleh pulang sekarang."
Junmyeon yang tadinya sudah menggenggam tangannya erat hendak menghajar Yunho karena kesal tidak bisa melakukan apa-apa saat putrinya di hina, setelah mendengar ucapan tuan muda itu langsung mendongak perlahan.
"Apa sudah selesai? Hanya seperti ini Ten?"
"Dad, you ruined my plan."
"Daddy? Really?"
