Pustaka
Bahasa Indonesia

IMPOSSIBLE LOVE

63.0K · Tamat
Bunga Fatmawati
60
Bab
129
View
9.0
Rating

Ringkasan

Laura tersesat di dal sebuah goa berhantu, membuatnya harus bertemu seorang hantu tampan bernama Suho. Suho adalah jiwa yang masih bergentayangan dan tidak bisa kembali ke alam baka karena sebuah ikatan janji yang membuatnya terus berada di sana dengan sebuah bunga anggrek darah. Laura mau tidak mau akhirnya menolong hantu tampan itu agar bisa keluar dari sana. Namun, bak jodoh kemanapun dan sejauh apapun mereka pergi bukan semakin menjauh tapi semakin mendekat. Namun bagaimana mungkin hantu bisa bersatu dengan manusia?

Cinta Pada Pandangan PertamaTuan MudaRomansaMetropolitanBillionaireKeluargaSalah PahamMenyedihkanDewasaBaper

Muram

"Oksigen!"

"Tambahkan 5ml lagi."

"Dokter tensi darah pasien terus menurun."

"Tambahkan transfusi darah."

"Dokter detak jantungnya melemah."

"Berikan suntikan adrenalin langsung ke jantung."

"Siapkan alat kejut!"

Keringat dingin terus menetes dengan deras dari dahi dokter itu, terlihat dia sedang benar-benar bekerja keras.

Di luar ruangan.

Dua orang wanita terlihat mondar-mandir sambil terus memanjatkan doa kepada Tuhan, air matanya terasa tak berhenti mengalir.

"Ma, papa akan baik-baik saja kan?"

"Tenang sayang, kak Dejun pasti akan melakukan semua yang terbaik."

"Siapa orang yang sudah tega menabrak mobil papa."

"Sudah ya, kita pikirkan itu nanti. Sekarang yang penting kita berdoa untuk keselamatannya papa."

***

Tit... Titt... Tit... Tit...

Suara detektor jantung memperlihatkan jika jantung pria yang terbaring lemas itu masih bekerja dengan baik.

"Pa, papa harus kuat ya... Mama, dede sama Aa disini, papa jangan takut."

Dejun yang berpakaian serba putih yang tidak lain adalah dokter yang menangani operasi ayahnya tadi, kemudian memeluk dedenya dengan hangat.

"Sabar ya de, papa udah nggak apa-apa kok. Kamu terus doain papa ya..." sahut Dejun sambil mengusap air mata dedenya.

"Bagaimana keadaan papa mu sekarang Jun?"

"Udah stabil ma, papa udah melewati masa kritisnya dengan baik. Kita tinggal menunggu papa sadar."

"Aa... Apa yang nabrak mobil papa udah ketemu?"

Dejun menggelengkan kepalanya perlahan.

"Papa kayaknya kena tabrak lari de."

"Hiks, padahal papa orang baik. Kenapa papa harus mengalami hal seperti ini?"

Dejun kembali memeluk adiknya dengan lembut.

"Kamu tahu kenapa papa kok dikasih ujian berat kayak gini?"

Alexandria menggelengkan kepalanya.

"Itu karena Tuhan yakin de, kalo papa bakalan sanggup menerima dan menjalani semua ini. Lantas, bagaimana bisa kamu meragukannya?"

"Dede cuman takut jika sampai harus kehilangan papa A'..."

"Nggak sayang, kita doakan saja papa ya..." sahut mama Irene.

***

Satu minggu kemudian...

Alexa seperti biasanya, duduk sambil membersihkan tangan papa nya dengan handuk dan air hangat. Berharap semoga lekas ada pergerakan dari jari-jari tangan papanya.

Setelah selesai, Alexa segera kembali ke kamar papanya. Di sana, Alexa melihat pergerakan ringan dari papanya.

"Papa... Papa...!" seru Alexa yang kemudian memencet tombol merah di belakang ranjang ayahnya itu.

Sesaat kemudian para dokter dan beberapa perawat berdatangan melihat kondisi dari ayah Alexa, yaitu tuan Junmyeon.

***

"Tuan Junmyeon, apakah anda mendengar ucapan saya?"

Perlahan-lahan pria yang bernama Junmyeon itu mengangguk perlahan.

Dokter lanjut memeriksa keadaan tuan Junmyeon secara keseluruhan.

"Halo Aa Dejun..."

"Ya de?"

"Papa sudah bangun A'."

"Baiklah, Aa akan segera datang bersama dengan mama."

***

Alexandria terlihat duduk dan memainkan jari-jemari ayahnya dengan manja disampingnya.

"Kamu yang jagain papa ya?"

Alexa mengangguk, sambil masih asik bermain jemari ayahnya. Bak anak TK.

"Papa...!" seru Irene saat pertama kali melihatnya kembali pulih seperti semula.

"Maaf sudah membuat kalian khawatir."

"Kamu bisa kembali dengan selamat kami sudah merasa sangat bersyukur Junmyeon."

Mereka terharu melihat Junmyeon mereka sudah kembali seperti sediakala.

"A' kapan papa boleh pulang?"

"Kita masih melakukan observasi terhadap papa de, jika sampai besok pagi tetap membaik seperti ini. Kemungkinan besar papa akan segera pulang."

Alexa tersenyum dan memeluk Dejun dengan hangat.

***

"Ayah... Selamat datang kembali..."

"De, kamu kok repot-repot bikin teh buat papa?"

"Dede nggak repot kok pa, dede seneng bisa melihat papa sehat seperti ini lagi."

"Oh, bayi kecil papa... Kemarilah nak, papa ingin memelukmu."

Alexa kemudian berpelukan dengan ayahnya hangat, pelukan sayang antara ayah dan anak. Karena memang sejak kecil Alexandria lebih dekat dengan ayahnya di bandingkan dengan sang ibu.

***

Dor... Dor... Dorr...!

Suara pintu di gebrak dari luar, membangunkan orang seisi rumah.

'Siapa yang datang pagi-pagi dan menggedor rumah orang seperti itu,'ucap Dejun

Perlahan Dejun turun dan membuka pintu rumahnya, saat pertama Dejun membuka pintu. Tiba-tiba seorang pria dengan kasar menarik kera baju Dejun.

"Apa-apaan kalian? Apa yang kalian inginkan?!" Dejun saking terkejutnya.

"Katakan! Dimana pria bernama Junmyeon itu?!"

"Apa urusanmu dengannya? Dia tidak ada disini!" Dejun tak mau kalah berteriak dari pria itu.

"Bohong!"

Bruak!

"Aa...!" jerit Alexa.

"Hei gadis kecil, apa pria ini kakakmu? Lihat dia begitu sangat menjengkelkan."

"Aku tidak memiliki banyak waktu, aku juga tidak ingin melukaimu. Sekarang lebih baik kau katakan padaku, dimana kalian sembunyikan pria bernama Junmyeon itu!"

"Junmyeon? Siapa itu? Aku tidak mengenalinya, mungkin anda salah rumah tuan."

"Pembohong! Kau tidak ada bedanya ternyata dengan pria ini!" seru pria itu.

Mereka berjumlah dua orang, yang satu melumpuhkan Dejun dan yang satunya lagi tengah berhadapan dengan Alexa.

Perlahan pria itu melemparkan tubuh kecil Alexa tanpa ampun ke tiang besi yang ada di pojokan halaman mereka.

"De...!" seru Dejun tidak berdaya karena kepalanya kini tengah diinjak oleh pria bertubuh kekar itu.

"Sekali lagi, katakan padaku! Dimana pria yang bernama Junmyeon itu?!" ucapannya sambil mengeluarkan sebilah pisau tajam dan sepertinya hendak menghujamkan pada tubuh Alexa.

Alexa tidak bisa berpikir, bibirnya membeku.

"Kau tidak memberikan ku pilihan gadis kecil..."

Pria itu terlihat mulai mengayunkan hujaman pisaunya ke arah Alexa, tiba-tiba...

"Hentikan?!" seru seorang pria yang suaranya sangat di kenal oleh Alexa.

Hujaman pisau itu terhenti dan pria itu melihat ke arah Junmyeon.

"Hahaha, akhirnya kau keluar juga. Bagaimana dengan hutangmu!"

'Hutang?' batin Dejun dan Alexa secara tidak sengaja mengatakan hal yang sama.

"Tuan, bi-bisakah kita membicarakannya lagi?"

"Kau pikir kami kemari untuk berunding denganmu?!" teriaknya lagi.

"Tuan, aku berjanji tidak akan lari lagi. Aku akan mendatangi tuan Yunho, aku akan membicarakan ini dengannya secara langsung."

"Apa kau pikir tuan Yunho mau bertemu denganmu?"

"Ba-bagaimanapun aku dulunya adalah orang kepercayaannya, jadi dia pasti akan mau bicara denganku."

"Dengar! Aku tidak peduli dengan urusanmu dengan tuan Yunho, tapi yang aku tahu kau tidak membayar padaku. Aku akan memberikanmu waktu satu minggu, untuk melunasi hutangmu!"

"Ba-baiklah tuan, terimakasih atas kemurahan hati anda."

"Kau masih bisa mengatakan hal seperti ini? Sungguh ingin kupatahkan saja lehermu itu!"

"Key, kita pergi sekarang."

***

"Maafkan papa... Papa khilaf ma..."

"Khilaf? Dua tahun kamu selingkuh dariku dan kau katakan itu khilaf?!" Irene terlihat begitu marah hingga matanya memerah.

"Dia menipu papa ma, dia hanya ingin uang papa saja."

"Junmyeon! Seharusnya kau sudah menyadari hal itu sejak awal!"

"Sekarang kau kembali pada kami dengan masalah dan hutang, aku tidak bisa menerima ini. Aku akan pergi! Kita berpisah saja!"

"Irene... Irene...! Aku tidak bisa hidup tanpamu Irene, mohon pikirkan anak-anak..."