Three
Beberapa hari ini Chan clingy banget. Dia udah nginep di apartemen gue selama tiga hari sejak kejadian ketemu Kak Yura.
Sekarang gue lagi tiduran, ditemani Chan yang sedang main ponsel dengan posisi tubuh bertumpu ama siku.
Gue menyisir rambut merah Chan menggunakan jemari gue. "Lo kok gak pulang-pulang sih?"
"Lo gak seneng gue disini?" tanya dia balik. Tatapannya masih fokus dengan ponsel.
"Engga," jawab gue.
Bukannya marah, dia malah menggigit pipi gue dengan kencang."sakit ih, apaan sih lo?!" teriak gue lalu mendorong dia namun gagal.
Chan malah gigitin leher bagian kanan gue, "gemes banget gue sama lo." Ucapnya.
"Gemes apa horny sih?" Tanya gue, lalu memukul pala dia.
Setelah omongan dan pukulan gue akhirnya dia melepaskan gigitannya di leher gue.
"Itu mulut siapa yang ngajarin hah? Ngomong kotor?" tanyanya sambil mencubit bibir gue.
Gue nyengir aja, padahal kan dia yang sering ngomong kasar di depan gue. Ngapain dia pake nanya?
"Sani ini murahan banget, sih, udah gue kasih sekali masa minta nambah, Cal. Najisin gak?" tanya Chan. Dia nunjukin direct message-nya sama Sani.
Gue muak banget kalo Chan cerita atau ngasih tau tentang cewek-cewek yang dia ajak seneng-seneng. Dia gak mikirin perasaan gue apa, ya?
"Harus banget ya lo cerita begituan ke gue?" tanya gue malas.
"Baper lo! Lagian lo kan tau, gue gak pernah serius sama mereka." Kata Chan santai.
"Ya ya ya." sahut gue malas.
"Makanya sini lo seneng-seneng sama gue, biar gue gak menclok sana menclok sini."
Gue mencebikkan bibir, "Keep dreaming, boy." kata gue.
Chan menunjukkan smirknya ke gue, "And i'll make my dream comes true."
"Jauh lo!" teriak gue sambil nendang dia, sialnya tendangan gue terlalu kencang dan mengenai sesuatu yang gak seharusnya.
"Fuck! Brengsek, lo mau gue mati? sakit banget!" erang Chan.
Gue langsung melotot dan bangkit dari posisi tiduran gue. Sumpah gue gak bermaksud kayak gitu, gue gak sengaja.
Muka Chan merah banget, kupingnya apalagi. Dia sedang meringkuk sambil menyentuh bagian tengah pahanya.
"Chan gue--"
"Diem deh! Lo pengen gue kena kanker zakar hah?! " teriaknya.
"Sumpah gue--"
"Gue bilang diem, diem woi! Atau lo mau gue yang bikin diem?" tanyanya. Kali ini wajahnya sudah gak semerah tadi, tapi tatapannya malah semakin mengerikan.
"Sakit ya, Chan?" tanya gue hati-hati.
"Keluar lo!" perintah Chan ke gue.
"Gue ambilin air ya?"
"Keluar anjir!" suruh Chan sambil mendorong tubuh gue agar keluar kamar.
Dengan berat hati gue melangkahkan kaki keluar kamar, sambil membawa ponsel gue.
Gue termenung di ruang tv. Gue bingung, mau masuk ke kamar takut Chan ngamuk. Tapi kalau gue gak masuk, nanti Chan ngira gue gak peduli.
Setelah 10 menit gue diluar, akhirnya Chan menelepon gue dan menyuruh gue masuk.
Sekarang gue berdiri di samping pintu, dan Chan duduk di pinggir kasur sambil menatap gue tajem.
"Jelasin, dua menit." Perintah Chan.
"ta-tadi gue emang niat nendang lo, Chan. Tapi gue gak maksud nendang itu lo." jelas gue sambil nunduk.
Chan berdiri dari kasur dan berjalan menghampiri gue. Dia berdiri tepat dihadapan gue.
Chan menekan dahi gue menggunakan jari telunjuknya. "Lo pikir bercandaan lo lucu?" tanyanya.
Gue menggeleng.
Chan mencengkram rahang gue dan mengarahkannya untuk mendongak mentapnya.
"Kalo gue gak inget itu elu, gue jamin banget, lo bakal nyesel karena main-main sama gue." ucapnya penuh penekanan.
"Maaf." lirih gue.
Chan menggeram lalu jalan menuju kamar mandi.
Gue merasa sangat bersalah, padahal gue gak sengaja. Tapi gue merasa apa yang gue lakuin itu sedikit keterlaluan.
Sepuluh menit kemudian Chan kembali ke kamar gue. "Gue bakal nginep sini sampe seminggu kedepan." ucap Chan.
Gue menganga karena terkejut. "Chan.. Tapi lo kan punya apartemen sendiri, lebih enak, lebih bagus kenapa--"
Ucapan gue terhenti karena Chan langsung bangkit dari posisinya dan mentap gue dengan tajam.
"Gue kenapa?" tanya Chan menantang.
"eng-engga, Chan. Lo gapapa kok" jawab gue gugup.
Karena tragedi gue menendang aset Chan, gue gak berani membantah ucapannya karena gue tau, mood Chan saat ini lagi gak baik.
"Yaudah lo tidur deh, gue mau cuci muka dulu." ucap gue.
Ketika gue ingin melangkahkan kaki keluar kamar. Suara Chan terdengar dan membuat langkah gue terhenti.
"Calya Aidere," panggil Chan dengan nada bicara yang tegas.
Gue langsung menoleh. Chan jarang banget nyebut nama lengkap gue, ditambah dengan nada yang tegas.
"Y-ya?" jawab gue gugup.
"Besok jam 9 malam, lo ikut gue." katanya. Chan langsung merebahkan diri dan menutup matanya saat selesai mengatakan kata-kata tersebut.
Pikiran gue udah menerka-nerka. Walaupun Chan bukan cowok baik-baik, tapi Chan gak pernah mengajak gue ke tempat dia dan teman-temannya main. Ini pertama kalinya, setelah 3 tahun kita pacaran. Sedangkan untuk masalah kencan, tempat dan tujuannya biasa kita diskusinya terlebih dahulu. Gak pernah mendadak begini.
"Kemana?" tanya gue.
"Shut up, or i'll make you scream all night." jawab Chan.
