TWO
"Ini pembalut punya lo, anjir! Ngapain taro di kamar mandi gue!" teriak Chan sambil melempar dua bungkus pembalut ke arah gue.
Setelah selesai belanja tadi, Chan meminta gue untuk mampir ke apartemen dia. Ternyata itu hanya alibi semata karena meminta gue merapihin apartemennya mirip banget sama kapal pecah.
Butuh waktu satu jam bagi gue untuk merapihkan apartemen dia yang super berantakan. Botol bekas air mineral dan kotak makanan delivery berserakan di ruang tv, puntung rokok dan beberapa botol bir juga terlihat dibeberapa tempat.
Di kamar Chan keadaannya gak lebih baik, pakaian miliknya tergeletak begitu aja. Gue bahkan gak tau mana pakaian yang masih bersih atau kotor.
Tubuh gue bener-bener capek ngeberesin apartemen ini!
"Ambil noh pesenannya!" suruh Chan ke gue, sambil memberikan dua lembar uang seratus ribu. Dengan berat hati gue melangkah untuk mengambil pesanan kami.
"Sekali lagi lo nyuruh gue bersihin tempat sampah ini, gue gak bakal mau!" ucap gue sambil mendudukkan diri disofa.
"Gue bisa bayar orang." kata Chan santai. Sekarang dia lagi ngeluarin pesanannya dari plastik.
"Ya kenapa lo gak bayar orang, malah nyuruh gue?" tanya gue sewot.
"Ya kenapa lo mau?" tanya dia balik sambil memberikan sekotak nasi padang ke arah gue.
Gue diem, karena pertanyaan dia bener juga. Kenapa gue mau? Ya mana gue tau kenapa.
"Nginep sini apa pulang?" Walaupun gue sebel sama dia, tapi gue gak bisa bohong kalau dia selalu ganteng dalam keadaan apapun. Bahkan ketika ngomong sambil makan kayak sekarang.
"Pulang."
"Gue anter apa naik ojol?" tanya Chan. Duh, kenapa sih dia gak bisa diem walaupun lagi makan?!
Gue cuman ngelirik dia tajem.
Setelah mendapat lirikan maut dari gue, Chan diem sampai dia selesai makan.
"Makan apa ujian sih lo lama banget, apa-apa lelet!" Omel Chan.
Setelah memasukan suapan terakhir ke mulut gue, "gak usah bacot bisa gak sih?" tanya gue kesal.
Dia gak menjawab pertanyaan gue, Chan malah melangkahkan kaki menuju dapur dengan mulut komat kamit yang meledek gue.
Selesai makan, gue langsung pulang. Gue tiba di apartemen gue pukul 8 malam, dan diantar oleh Chan.
Saat di depan pintu Chan membalik bahu gue untuk berhadapan dengan dia.
"Gue mau pergi entar sama anak-anak Gatse," ucap Chan.
"Jangan bikin masalah lagi." mohon gue sambil menatap Chan.
"Gak akan, gue cuman mau nongkrong doang." jelas Chan.
"Anak-anak ikut?" tanya gue penasaran.
"Engga, gue doang."
Gue cuman mengangguk mendengar ucapan Chan.
"Gue masuk ya?" tanya gue ke Chan.
Sebelum gue masuk Chan menangkup wajah gue lalu mencium kening gue lama banget. Gue menatap dia bingung, soalnya Chan bukan tipe romantic person.
"Istirahat." perintah dia sebelum meninggalkan gue.
Ketika memasuki apartemen gue, gue langsung menuju dapur untuk meletakan belanjaan gue tadi, setelahnya baru ke kamar.
Hari ini gue capek banget!
Selesai gue bersih-bersih dan lagi rebahan, tiba-tiba ada telepon masuk. Gue langsung takut Chan kenapa-napa lagi. Sumpah kalo sampai dia buat masalah lagi, matanya akan gue siram air sabun.
Namun, ketika gue melihat nama si penelpon gue langsung lega.
"Halo, Cal kamu udah tidur?" tanya ka Yura diseberang telepon.
"Belum kak, kenapa?" tanya gue.
"Besok bisa ketemuan gak? Di cafe dekat kampus kamu aja." ajak Kak Yura.
"Bisa, tapi jam tiga kak paling, soalnya aku ada kelas siang." jelas gue.
"Oh yaudah, nanti ketemuan disana yah?"
"Iya kak,"
"Oke see you there." ucap Kak Yura final sebelum mematikan telfon.
~~
Hari ini gue udah janjian untuk ketemu Kak Yura di cafe dekat kampus gue. Dan sekarang gue udah nungguin beliau sejak 5 menit yang lalu.
"Halo, Calya. Maaf ya telat, kamu udah lama ya?" tanya Kak Yura dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan.
Hari ini dia cantik banget. Kak Yura mengenakan blouse bermotif floral berwana hitam dengan skinny jeans hitam, rambutnya yang biasa di kuncir, kali ini dibiarkan tergerai.
Kayaknya gen keluarga Chan emang diberkati dengan wajah yang good looking deh. Mulai dari orang tua, kakak, sampai Channya sendiri pun punya wajah yang cantik dan tampan.
"Engga kok, aku baru aja sampe kak." jawab gue sambil tersenyum.
"Kamu udah pesen?"
"Belum,"
Setelah memesankan minuman untuk kita berdua, Kak Yura mulai membuka percakapan.
"Cal, kabar Chan.... gimana?" tanya Kak Yura. Gue bisa denger dengan jelas ada nada gugup dipertanyaan Kak Yura tadi.
"Baik Kak, as always." jawab gue. Chan emang selalu baik, gue yang gak baik karena ngurusin dia.
"Maaf ya, aku, mamah sama papah ngerepotin kamu banget gara-gara Chan. " ucap Kak Yura sambil nunduk.
Walaupun Chan emang ngerepotin, tapi gue gak pernah keberatan sedikitpun. Suer.
"Aku gak ngerasa keberatan kok, Kak, bener." kata gue jujur.
Setelah kita ngobrol lumayan lama. Kak Yura ngeluarin amplop coklat dari dalem tasnya.
"Ini kamu pake ya, buat keperluan kamu sama Chan. kamu tau kan Chan udah gak pernah mau nerima uang dari keluarganya?"
"Kok ngasih ke aku?" tanya gue heran.
"Kamu bilang aja atau pura-pura ini uang kamu buat keperluan dia." jawab Kak Yura.
Waktu Kak Yura ngasih amplop itu ke arah gue, tangan gue ditarik kasar sama seseorang.
Pas gue mendongak, gue lihat Chan sedang menatap ke arah gue dan Kak Yura, dengan tatapan marah.
Chan ngambil amplop coklat yang ada di meja, lalu langsung melemparkannya ke arah Kak Yura.
"Gue gak butuh, ya, duit lo sama keluarga lo!" bentak Chan.
"Sekali lagi lo coba-coba ngasihanin gue atau ketemu cewek gue. Gue gak bakal segan-segan sama lo!" Ancam Chan sambil menarik gue meninggalkan Kak Yura yang kini sedang menangis.
Di mobil Chan menempelkan kepalanya di steer sambil menatap gue.
"Kok lu mau?" tanya Chan pelan.
Gue dari tadi udah ketakutan lihat Chan bentak-bentak Kak Yura. Chan memang sering marah sama gue, tapi tadi dia udah kayak setan.
"Hng?" tanya gue gak paham.
"Kalau dia ngajak lo ketemu lagi, jangan mau ya, please demi gue." mohonnya sambil menatap gue lurus.
"Jangan tanya kenapa, intinya lo dengerin gue aja oke?" lanjut Chan. Jemarinya menyentuh pipi gue lembut.
Gue pengen banget pukul, atau tanya Chan kenapa, tetapi gue tau situasinya gak memungkinkan. Dan gue sedang menikmati Chan yang gak ngeselin ini
