Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Four

Tadi sore Chan pulang ke apartemen dia, tapi satu jam kemudian dateng lagi dengan tas besar yang penuh perlengkapan dia. Kayaknya Chan gak main-main saat bilang akan nginep disini selama seminggu.

"Kita mau kemana sih, Chan, nanti malam?" tanya gue. Chan yang lagi merokok langsung menatap gue.

"Pokoknya lo pake baju jangan yang terbuka dan terlalu ketutup." Jawabnya.

Gue cuman mengangguk. Gue masih takut sama Chan gara-gara kejadian semalam.

Semalam, gue terpaksa tidur di sofa. Bukan karena diusir, namun gue yang terlalu takut untuk satu ruangan sama Chan saat moodnya lagi buruk.

"Lo udah makan?" tanya gue hati-hati.

Chan menggeleng. "Bikinin gue makan, jangan mie instan."

"Nasi goreng?"

"Enggak."

"Lo mau apa, Chan?"

"Cumi pedes manis." jawabnya.

Gue mengambil ponsel dan berniat memesan hidangan cumi pedes manis. Namun tindakan gue terhenti karena Chan tiba-tiba besuara.

"Tapi lo yang masak." Ujar Chan. Gue terkejut mendengarnya, pasalnya kemampuan memasak gue gak sehebat itu. Lalu bahan yang diperlukann juga gak ada dikulkas gue.

Chan mematikan rokoknya, lalu menatap gue, "15 menit dari sekarang," lanjutnya, "atau lo yang gue makan."

"Chan, itu gak..... mungkin." ucap gue heran.

Ya, mana mungkin, sih, dalam waktu lima belas menit bisa selesai? Apalagi gue harus belanja cuminya dulu, belom masaknya.

Chan emang mau ngerjain gue.

Chan menatap gue galak. "Gue bilang lo yang bikin, bukan delivery!"

"Gue bukan delivery, gue mau telfon polisi, karena ada cowok sinting di apartemen gue!" Bentak gue kesal.

Chan yang mendengar perkataan gue wajahnya langsung mendadak kaget.

Saat panggilan yang gue lakukan terhubung, tiba-tiba Chan langsung merampas dan mematikan sambungan telfon tersebut.

"Anjir! Lo ngapain sih?!" tanya Chan. Kayaknya dia takut sekaligus kesal sama gue.

"Gue gak mau ya, lo manfaatin pake ancaman kacangan punya lo!" kata gue sambil nunjuk muka dia.

Gue merampas ponsel gue kembali, "Sekali lagi lo ngancem-ngancem gue, gue bakalan langsung telepon polisi atas tindakan tidak menyenangkan!" Lanjut gue, "Sekarang lo mau makan apa yang bener, yoda?!"

Chan sepertinya beneran takut atas omongan gue tadi. Buktinya dia sekarang diem aja sambil menatap gue.

"Se-seterah lo deh." jawab dia gugup.

Gue jarang banget marah sama Chan, tapi kelakuan dia kali ini udah nyebelin banget.

Akhirnya gue memasak nasi goreng dan langsung menyuruh Chan untuk menghabiskannya. Gue sama dia makan dalam diam. Sepertinya dia beneran takut sama polisi deh.

Selesai makan gue langsung bangkit kali ini gue selesai makan lebih dulu dari Chan. Mungkin, ini karena gue lagi kesal, jadi gue bisa makan lebih cepat.

Chan menghampiri gue ketika gue sedang mencuci piring.

"Jangan lapor polisi ya, Cal." Ucapnya melas.

Sumpah mukanya melas banget! Gue pengen ngakak, karena ekspresinya. Tetapi kali inigue harus tetep stay cool, biar semuanya berjalan sesuai keinginan gue.

"Asal lo inget apa yang gue omongin tadi, gue gak bakal lapor polisi." ucap gue sambil meninggalkan Chan di dapur sendiri.

Gue udah mulai siap-siap karena Chan sudah ngoceh. dia gak pengen kita telat, sedangkan ini baru jam setengah delapan malam.

"Gak usah pake foundation!"

"Apalagi highlighter!"

"Calya, jangan pake lipstik matte"

"Eyeliner lo jangan yang winged. Lo mau nyari cowok baru hah?"

Chan adalah bukti nyata orang yang gak tau diri. Suara dia itu super berat dan dia ngomong semua hal itu dengan suara yang kenceng.

"Ini emang mau kemana sih?" tanya gue ngegas.

Tadi gue cuman mau pake bedak sama lip balm, tapi kata dia itu terlalu polos. Gue mau make up yang on fleek, dia protes karena terlalu menor.

Akhirnya gue memoleskan no make up make up look diwajah gue.

"Nah gitu kan gak kayak ani-ani." Puji Chan setelah melihat gue selesai berdandan.

"Gue pake kaos aja gapapa nih?" tanya gue.

"Gapapa, asal bukan kaos buluk." jawab Chan.

Gue memakai sweeter crop berwarna dasar coklat dan bermotif salur hitam. Dengan celana skinny jeans berwarna hitam.

Chan memakai sweeter berwarna hitam dengan motif merah dibagian bawahnya. Dia juga menggunakan celana semi jeans berwarna hitam.

Ternyata gue dan Chan pergi menuju ke rumah Mark. Disana sedang ada pesta yang kata Chan adalah pesta ulang tahun Mark.

Gue kira Sam adalah orang paling kaya yang gue tau, ternyata engga. Mark ini dua kali lipat lebih kaya dari Sam

Rumah Mark bertema minimalis, namun tetap terlihat mewah.

Disana juga banyak orang populer yang gue tau, mulai dari cewek-cewek cantik kayak Kak Tantri, Jelita, dan beberapa wajah yang gue gak tau.

Lalu, banyak anak laki-laki yang gue yakini gak kalah populer dari Chan ataupun Mark. Untungnya, teman-teman Chan yang gue kenal juga diundang jadi gue gak terlalu bete saat sampai disini.

"Kita ketemu yang punya acara dulu." bisik Chan.

Gue emang tau Gatse itu pangeran-pangeran kampus. Tapi gue gak pernah tau kalau saat dilihat sedekat ini mereka jauh lebih dari kata pangeran.

"Gue kira lo gak dateng secepat ini." sapa Mark kepada Chan.

Chan terkekeh. "Gue mau menikmati kemewahan pesta lo lebih lama, sob."

"Siapa nih, Chan?" .

"Kenalin, Calya." kata Chan sambil mengenalkan gue ke mereka.

"Your girlfriend or?" tanya Yogi sambil memasang smirk.

Chan terkekeh mendengar pertanyaan Yogi, "or, dude"

Gue langsung mendongak menatap Chan, meminta kejelasan.

"You always have the hot one, bro." ucap Yogi.

"Lo juga, gak usah sok merendah." gurau Chan kepada Yogi.

"Calya Aidere?" tanya sosok yang bernama Jae.

"Iya?" jawab gue sambil senyum.

"Shit, finally i meet you! Gue kira lo se misterius jepretan lo ternyata, oh God.." ucap Jae menggebu sambil menatap gue dari kepala sampai kaki.

"Kenapa ya, kak?" tanya gue canggung. Karena gue gak tau maksud omongan Jae apa.

"Gue pernah liat jepretan lo waktu ada pameran di kampus. Simply, i adore you."

"I feel honored, thank you.. " sahut gue.

Jujur aja, gue seneng bisa dipuji gitu,tapi gue merasa canggung.

"I hope we can meet, more often?" tanya Jae.

Sebelum gue menjawab pertanyaan dia, Chanyeol ngomong sama Mark.

"I think we should go, Mark. We need to enjoy your party, right?"

"Yes, i hope you liked it." sahut Mark.

Setelah itu kita menuju ke tempat teman-teman Chan berkumpul. Mereka yang melihat gue langsung menunjukkan reaksi yang berlebihan.

"Lo ngapain, Cal disini?!" teriak Bayu.

"Chan, gila lo ngapain ngajak Calya?" tanya Sam.

"Parah lo." sinis Sena.

Gue diem aja, karena gak tau harus jawab apa. Gue lebih memilih duduk di sofa, Kai yang duduk disebelah gue bertanya, "Lo ngapain di tempat ini, Cal?"

"Gue diajak Chan, Kai" jawab gue.

"You shouldn't be here." bisik Kai.

"Gue ngambil minum dulu ya, guys." ucap Chan lalu meninggalkan kita.

Tiga puluh menit berlalu gue mulai bosen, gue emang ngobrol sama mereka tapi gue gak tau apa yang lagi omongin.

Gue berinisiatif berkeliling karena gue bosen. Rumah Mark rame banget, tapi karena rumah dia gede gak berasa engap sama sekali.

halaman belakang rumah tersedia kolam renang dengan seorang dj yang berdiri diantara perlengkapan dj set. Orang-orang disana udah gak karuan bentuknya. Gue aja sampi enek ngeliat kelakuan mereka.

Gue berjalan ke arah dapur untuk cari minum, namun disaat udah sampai dapur, gue melihat pemandangan yang memuakkan, gue lihat Chan sama Sesil lagi ciuman mesra banget.

Kaki gue berjalan menuju keluar karena sudah kesel banget sama Chan, kenapa dia ngajak gue kalau dia malah senang-senang sama mantannya?

Gue gak sengaja nabrak punggung orang karena terlalu tergesa-gesa. Pas gue dongak, ternyata orang itu Jungkook.

"So-sorry.." ucap gue gugup.

"Oh, gpp." sahut Juna sambil tersenyum. kalau gue dalam mood yang baik pasti gue bakal mengagumi ketampanan Juna.

"You okay baby girl?" tanya Juna sambil mengelus pipi gue.

Kenapa sih, cowok ganteng bangsat banget? Baru ketemu udah pegang-pegang.

"Get off your hands from mine!" geram Chan sambil mendorong Juna

"Gue gak tau lo nyembunyiin harta karun kayak gini dari orang-orang." ucap Juna

Chan gak nanggepin ucapan Juna, dia langsung pergi menarik gue keluar dari rumah Mark.

"Masuk!" perintah Chan saat kita udah sampai di mobil dia.

"Lo diapain aja sama dia?"

Gue gak jawab pertanyaan Chan, gue masih kebayang adegan yang gue lihat tadi.

Gue emang sering denger dia senang-senang sama cewek lain. Tapi gue gak tau kalau ngeliatnya secara langsung akan senyesek ini.

"Lo diapain aja sama si bangsat?" tanya Chan lagi.

Gue semakin nundukkin kepala karena gue bener-bener gak mood.

"Gue bilang lo gak perlu kemana-mana, lo tinggal--"

"Do you care about me, Chan?" tanya gue.

Gue menunggu jawaban dari pertanyaan yang gue ajukan ke Chan, setelah beberapa saat akhirnya dia menjawab.

"Yeah,"

Yeah, cuman itu jawaban dari Chan.

"If you don't care about me you can say--"

Ucapan gue terhenti karena Chan mencium gue. Bukan ciuman seperti yang tadi gue lihat. Chan hanya menempelkan bibirnya di bibir gue, tanpa menggerakkannya sedikit pun.

Setelah cukup lama, Chan berkata, "Don't say something i won't to hear, please."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel