Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

One

Malam ini, sama kayak malam-malam sebelumnya. Gue yang hampir tertidur, harus dikejutkan dengan dering ponsel gue. Ketika gue lihat siapa yang menelepon, gue udah tau apa yang terjadi. 

"Di tempat biasa ya, Cal?"

"Lagi, Bay? What the hell he doing in there now?"

"You know what. Sekarang ya, tolong, gue sama anak-anak udah nyerah." ucap Bayu di seberang telepon.

Setelah menutup telepon dari Bayu, gue langsung bergegas menuju tempat yang dia maksud. 

Gue berjalan dengan cepat ketika tiba di basecamp. Saat gue buka pintu, semua orang di sedang dalam posisi berdiri, hanya satu orang  yang lagi duduk sambil menyesap rokoknya. 

"Lo lama banget gila, gue hampir mati dikeprak make botol bir!" ucap Kai sambil menghampiri gue. 

Gue menatap sekeliling ruangan dan satu kata yang menggambarkan keadaannya sekarang, kacau. 

"Sorry," kata gue ke Kai. 

"Lo mending bawa dia pulang sekarang, he such a mess." perintah Sam yang gue balas dengan anggukan kepala. 

Dengan langkah yang yakin gue berjalan menghampiri lelaki yang masih terduduk pada sofa yang berada di tengah ruangan. Gue gak takut sama dia, cuman keadaan dia saat ini bener bener mengerikan. 

Rambut merahnya terlihat berantakan, lingkaran hitam di bawah matanya tercetak jelas, belum lagi beberapa luka yang terletak di pipi, hidung dan sudut bibirnya. 

"Pulang." kata gue tenang. 

Dia hanya melirik gue yang berdiri tepat di depannya tanpa menjawab sepatah katapun. 

"Gue bilang pulang, sekarang" perintah gue. 

Orang yang gue ajak ngomong lagi-lagi bungkam. Dia dengan santainya menyesap rokok dan mengarahkan asepnya ke muka gue. 

"Bacot," satu kata yang keluar dari mulut dia. 

"Yaudah kalo lo gak mau pulang, gue tinggal telfon Kak Yura biar dia jemp--"

Ucapan gue terpotong karena Chan dengan tiba-tiba narik tangan gue lalu melangkahkan kaki ke luar ruangan. Mungkin orang yang ngeliat kelakuan dia ke gue akan berasumsi betapa gak sopannya perilaku dia. Tapi gue udah biasa aja diperlakukan kasar sama Chan.

Chan berhenti dan langsung mojokin gue di tembok, "Lo bisa gak sih gak usah ngancem-ngancem gue dengan bawa-bawa keluarga gue, hah?!" bentak dia sambil nunjuk-nunjuk muka gue. 

"Kalo temen-temen lo dan gue udah gak lo dengerin mungkin satu-satunya orang yang akan lo dengerin ya kakak lo." Sahut gue.

"Bangsat!" Bentaknya sambil meninju tembok samping wajah gue. Gue tentu kaget, tapi sekali lagi udah biasa. 

Chan berjalan mendahulu gue, gue hanya ngikutin dia dari belakang. Chan berhenti sambil ngelempar kunci mobilnya ke arah gue, "Lo yang nyetir!" perintahnya. 

Sampai di parkiran gue langsung menuju ke kursi pengemudi, disusul chan yang duduk di sebelah gue. 

"Anjing, si Juna tonjokannya parah juga, sial." Chan bermonolog sambil menyentuh rahang kanannya.

"Lagian bukan salah gue kan Cal, kalo si Nana pacar dia mau aja gue ajak seneng-seneng?" tanya dia sambil menatap gue. 

Gue ngerti maksud Chan apa. Chan emang gak pernah bilang secara terang-terangan ke gue tentang hal ini sebelumnya. Tetapi gue gak tau, kenapa dia bisa selantang itu sekarang saat dia tau gimana eneknya gue sama si Nana

Gue sama sekali gak menanggapi Chan. gue hanya ingin pulang terus tidur, karena besok gue harus masuk kelas pagi. Saat di pertigaan lampu merah, dimana arah kanan adalah jalan menuju apartemen gue, dan arah kiri jalan menuju apartemen Chanyeol, dia ngomong. 

"Gue nginep, apart gue berantakan."

"Gak, gue capek mau istirahat," tolak gue.

"Gue bilang gue mau nginep." Paksa Chan sambil menekankan setiap kata-katanya. 

Bodo amat, ucap gue dalem hati. Gue tetep mengarahkan mobil Chan ke jalan menuju apartemen dia. 

Saat di tengah jalan gue kaget karena tiba-tiba Chan mencengkram pinggang gue erat banget, dan bikin gue ngerem mendadak. 

Gue mencoba mengendurkan cengkram tangan dia di pinggang gue, tetapi semakin gue usaha semakin dia ngeratin cengkramannya. 

"Lepas! Apaansi, sakit Chan!" teriak gue yang masih mencoba melepaskan diri dari cengkraman Chan.

"Puter balik." Ujarnya sinis.  Chan juga gak melepaskan cengkramannya dari pinggang gue. 

"Lepasin dulu baru gue puter balik!" Bentak gue. 

Dia gak menjawab ucapan gue, malah semakin mengeratkan cengkramannya lagi. Sumpah, kalo gue udah sampe rumah dan ngecek pinggang gue, gue yakin bakal ada bercak memar karena Chan bener-bener ngegunain tenaganya saat ini. 

"Lepas Chan, sakit," lirih gue sambil menatap Chanyeol. 

Dia baru melepaskan cengkramannya saat kita udah di jalan menuju apartemen gue. 

Sambil menyesap rokok yang dia baru nyalain dia memandang gue, "sekali lagi lo coba-coba ngebantah ucapan gue, gue gak akan main-main!" kata Chan. 

Gue yang mendengar ucapan Chan hanya bisa mendengkus. 

Ketika kita udah sampai apartemen gue, Chan langsung masuk ke kamar gue dan merebahkan diri di kasur gue. 

Setelah selesai gue ganti baju dan bersih-bersih, gue menghampiri Chan yang sedang tengkurep di atas kasur gue. 

"Geser, Chan." kata gue, jujur gue udah capek banget. Gue cuman pengen tidur. 

Chan yang mendengar ucapan gue langsung menggeser tubuhnya untuk merapat ke arah tembok. 

"Lo ganti baju dulu deh, kalau mau sekasur sama gue, lo bau asbak." kata gue yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Chan. 

Chan emang menyiapkan beberapa baju ganti di apartemen gue, katanya untuk keadaan darurat kayak gini jadi berguna banget. 

Dia udah masuk ke kamar gue dengan ganti baju hitam polos dan celana joger dengan warna senada. 

Chan langsung naik ke kasur dan memeluk gue. 

"Memar ya, Cal?" tanya Chan dengan nada sendu. 

"Menurut lo?" kata gue yang masih munggungin dia. 

"Makanya lo jangan tambeng bisa gak, sih, Calya?" 

"Kok gue?"

"Yaiyalah, karena lo harus ngerti."

Setelah mendengar ucapan Chan, pelukan yang ia berikan saat ini ke gue bener bener terasa hampa dan gak berarti apapun di tubuh gue. 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel