Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Six

Sesil memilih untuk ikut kita daripada jalan berdua sama Chan. Akhirnya kita berempat makan siang bersama di salah satu restoran yang ada di mall ini. Gue duduk di samping Bayu sedangkan Chan dan Sesil dihadapan kita. Sejak tadi, wajah Bay uterus merengut kesal karena kehadiran Sesil.

Ketika sedang menunggu pesanan kaki gue tersenggol oleh seseorang. Gue langsung menoleh untuk meminta maaf, tapi setelah gue melihat orangnya ternyata itu Jae.

Wajah Jae langsung tersenyum ketika melihat gue. "Hai, Calya!" sapanya. Dia melepaskan earphone yang dipakai dan menghampiri gue. Ketampanan Jae lebih memancar ketika dilihat dari jarak dekat.

"Ha-halo." balas gue gugup.

Jae kembali tersenyum lalu bertanya. "Gue gak tau kita bisa ketemu disini, what are you doing in here?"

Dia masih berdiri sampai gue mempersilahkan dia duduk disamping gue.

"Makan lah ngapaen lagi!" sahut Bayu.

Gue menoleh kaget, awalnya gue mengira Bayu marah. Ternyata mereka malah ketawa bareng-bareng..

"Diculik adeknya Bubah Alfian ya?" tanya Jae yang melirik ke arah Bayu.

Bayu memasang wajah ponggah. "Sorry ya, gue ini adeknya Tasya Farasya."

Gue ketawa ngelihat mereka. Gue baru inget kalau Jae dan Bayu satu UKM, dan posisi mereka tuh Ketua dan Wakil. What a tiny world?

"Oh hai, Chan and your girlfriend, right? I saw you guys kissing last night." ucap Jae sambil tersenyum.

Bayu yang ngedenger ucapan Jae langsung menyanggah, "Jae, yang pacarnya si brengsek ini, noh cewek sebelah lo, yang disamping Chan sekarang cuman mantan!"

Jae langsung merasa gak enak dan merasa bersalah.

"So-sorry, gue gak tau. Karena kemaren pas ditanya Yogie Chan gak bilang Calya pacarnya. Maaf ya, gue gak maksud." jelas Jaebum sedih.

"Gapapa Jae, bukan salah lo." sahut gue.

Seandainya gue belum pacaran sama Chan, gue yakin banget bakal naksir ini cowok. Jae ganteng banget dan auranya begitu tenang.

"Yaudahlah urusan mereka emang rumit, lo mau pesen apa Jae?" Tanya Bayu.

"Gue udah pesen sih Bay, tapi belom dianter mungkin karena gak ngeliat gue kali ya, waitersnya?" tanya Jae sambil melirik kanan kiri.

"Gak mungkin cowok ganteng gak keliatan."

Ucapan gue barusan langsung mendapatkan tatapan maut dari Chan, dan senyuman manis dari Jaebum. Dua lelaki yang terlihat sangat kontradiktif.

Mungkin ini yang disebut perbedaan setan dan malaikat.

Setelah pesanan kita semua dateng dan kita selesai makan, gue nanya ke Ja., "Lo abis dari mana, Jae?"

"Oh ini gue abis nyari lensa." jawabnya sambil menunjukan sebuah paper bag.

"Nyari lensa apa nyari yang laen?" ledek Bayu.

Jae tertawa, "nyari lo sebenernya baek," lanjutnya, "oh iya! Bay gue baru inget, adek gue mau wisuda lo bisa make up in dia gak? Dia fans lo sebenarnya."

Bayu menatap Jae sambil mengunyah makanannya."Kayak artis aja gue punya fans, sebenarnya gue lagi gak ambil job, tapi kapan acaranya?"

Selama gue, Bayu dan Jae ngobrol, Chan cuman menatap gue dengan tatapan marah. Gue sadar akan hal itu, tapi gue memilih untuk mengabaikannya.

"Dua minggu lagi, kalo gak bisa gak usah dipaksain, Bay. "

Bayu manggut-manggut sambil tersenyum genit."Entar lo sms gue aja ya, kita obrolin secara private.”

Pas kita lagi ketawa, tiba-tiba suara Sesil mengintrupsi/ "Emm aku duluan ya, masih ada urusan lain."

"Yaudah ayuk aku anterin pulang, Sil.” Sahut Chan dengan cepat.

Gue terperangah ketika melihat perlakuan Chan ke Sesil. Ada rasa sesak yang tiba-tiba muncul di dada gue.

"Gue pulang nanti gimana, sialan?" tanya Bayu kesal.

Chan langsung mengeluarkan dua lembar uang seratusan ribu dari dompetnya dan berniat ngasih ke Bayu. Tapi hal itu terhenti karena ucapan Jae.. "Gak usah, Chan, nanti mereka gue anter aja."

"Bagus, gue jadi gak direpotin." balas Chan sinis.

"Kalo lo merasa direpotin, lo bilang aja, gue rela direpotin mereka gantiin lo." timpal Jaebum.

Oh my God, sekarang mereka sedang menatap satu sama lain dengan sinis.

Gue sama Bayu cuman saling melempar pandangan ngeri ketika melihat mereka lagi tatapan seakan mereka adalah musuh.

"Sampah," ucap Chan sambil pergi meninggalkan kita.

Saat udah selesai makan, kita langsung segera pulang. Jaebum nganterin gue lebih dulu, baru nganterin Bayu.

Apartemen gue masih sepi, berarti Chan belom pulang.

Ngeliat Chan yang segitu perhatiannya sama Sesil bikin gue sedih, dari semua cewek gue tau gak ada satupun yang Chan peduliin kayak gitu termasuk gue..

Gak sadar, gue nangis. Gue juga gak tau kalau Chan udah ada berdiri nyender dipintu kamar gue, "Diapain lo sama Jae sampe nangis?"

Tangisan gue semakin histeris ketika dengar pertanyaan dia. Emang dia gak sadar, ya? Kalau dia yang bikin gue nangis.

"Lo kenapa, sih?" bentak Chan.

Gue gak jawab dan malah bangun untuk meluk dia.

Gue ngerasa dia kaget, badannya jadi kaku pas gue peluk dia. Gue mendongak mencoba natap dia, "Lo masih sayang sama Sesil?.

Chan menatap gue sinis. "Apaan sih."

"Gue cuman pengen lo jawab." tanya gue lagi.

"Calya--"

Ucapan Chan gue potong.

"Do you love me?" tanya gue.

Dia gak menjawab pertanyaan gue, dia malah mencium bibir gue, he kiss me, so soft and gentle.

Gue melepaskan pagutan gue dan dia, "Gue cuman pengen lo jawab, bukan malah--"

Dia mencium gue lagi, kali ini jauh lebih lama dan dalam dari yang sebelumnya. Gue sampai kehabisan nafas, tapi dia belom ngelepasin juga.

Gue memukul dadanya pun juga gak digubris, gue menggigit bibir bawah Chan dengan keras yang menyebabkan dia meringis hingga akhirnya melepaskan pagutan kita.

Chan menatap gue lama, lalu dia berkata, "Don't ask something that you alredy know the answer."

Then he kiss my forehead for once more.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel