Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Eight

Hari ini, gue lagi di rumah Kai untuk menyia0kan perlengkapan tugas praktek kami. Jadi kami ditugaskan untuk mensurvey tingkat pendidikan disebuah desa.

Rumah Kai itu besar banget, belakangnya ada empang empat petak yang menjadi tempat ternak lele. Kebetulan keluarga Kai adalah peternak lele yang sukses. Mereka menjadi supplier untuk restoran dan banyak warung makan pecel lele terbesar di Jabodetabek.

Kai menatap ponselnya sambil berkata ke gue. "Kita kebagian di Ciwidey nih, Cal. Mayan deket sih, tapi akses ke desanya susah."

Gue hanya manggut-manggut. "Ya gapapa lah Kai, daripada jauh-jauh. Paling akses ke desanya gak sampe seharian."

"Minjem mobil Chan boleh gak, Cal?" tanya Kai.

"Emang kalo naik travel kenapa?"

"Naik travel gak sampe desa, Cal. Lagian mobil Chan kan tinggi tuh, jadi menunjang untuk akses kesananya." jelas Kai

Bener sih, kalo bawa kendaraan pribadi bakal lebih enak. Tapi kan itu mobil Chan, bukan mobil gue, jadi gue gak bisa mastiin.

"Emang mobil bokap lo gak bisa?" tanya gue.

Kai berdecak. "Yang gue pegang kuncinya yang losbak doang, mobil buat nganter lele. Mau?"

Ya, gila aja kali gue naik losbak? Mana bau lele lagi, males banget.

Gue gak menjawab pertanyaan Kai tetapi menatap dia dengan tatapan jengkel.

Ketika kita sedang ngobrol tiba-tiba Chan memasuki kamar Kai. Meskipun gue sama Kai di dalam kamar berdua, tapi pintu terbuka lebar. Juga ada adik Kai yang lagi asyik main PS di ruangan depan.

Aroma tubuh Chab menyengat banget. Bukan bau alkohol, tetapi parfum perempuan. Selama dua hari terakhir gue gak kontekan sama Chan, oleh karena itu sedikit terkejut ketika dia kesini.

"Gue tadi ke apart lo, Cal tapi lo gak ada." ucapnya. Chan berjalan menghampiri gue. Dan semakin Chan mendekat, gue semakin jelas melihat beberapa bercak merah keunguan di area leher dan rahangnya. Gue paham betul alasan dibalik hal itu apa.

Gue rasa Kai juga memiliki pemikiran yang sama dengan gue. Karena setelah menatap Chan, Kai langsung memberikan gue tatapan penuh arti.

Chan langsung merebahkan tubuhnya, dia menjadikan paha gue sebagai bantal lalu memeluk pinggang gue erat.

"Gue capek banget, Cal." Keluh Chan. Dia memejamkan matanya kala mengucapkan kata-kata tersebut.

"Sama berapa orang sih, Chan sampe capek gitu?" tanya Kai iseng.

"Diem lu bangke." sinis Chanyeol.

Kai mendecih, "Ini rumah gue ya, kampret! Mending lo yang diem." Sungutnya balik.

Waduh, kok Chan sama Kai jadi ngegas-ngegasan, sih? Kalau sampai beneran berantem kan bahaya. Bisa-bisa gue cuman jadi penonton kerdil yang gak bisa melerai.

Gue berdehem lalu mengelus rambut Chan, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Chan, gue sama Kai boleh pinjem mobil lo gak? Buat dipakai ke tempat tugas kita."

"Boleh, tapi kasih gue handjob ya?" tanyanya sambil menatap gue.

Gue memutar bola mata jengah. "Gak jadi."

Chan ketawa. Dia mengeratkan rengkuhannya sambil menggigit pinggang gue dengan gemas.

Gue meringis, lalu mendorong kepala Chan, "Ngapain sih goblok!" teriak gue.

Chan terkekeh, "Yaudah pake."

"Pake apaan, Chan?" tanya Kai menggebu. Wajahnya sudah berseri-seri karena mendengar perkataan Chan.

Chan mengulang kembali ucapannya. "Mobil gue, pake aja."

Kai langsung tersenyum lebar. Akhirnya rencana kami berhasil!

Gue sama Kai kembali membahas tugas praktek kita. Demi apapun Kai pinter banget. Gak aneh kalau dia mendapatkan kesempatan student exchange ke Swiss tahun lalu.

Perhatian gue benar-benar terfokus dengan apa yang sedang Kai jelaskan, hingga gue merasakan sebuah tangan yang masuk ke kaos gue.

Badan gue langsung membeku karena terkejut, "Kenapa, Cal?" tanya Kai.

Gue mencoba berbohong dengan gak mengatakan apapun, karena nantinya malah gue yang malu.

"E-engga, Kai. Ada nyamuk tadi makanya gue Kaget."

Kai kembali fokus dan menjelaskan hal-hal yang harus kita pahamin.

Tangan Chan memang sudah gak di pinggang gue lagi tapi sekarang dia mengangkat kaos gue semakin tinggi dan mulai menempelkan bibirnya di permukaan kulit perut gue.

Sumpah Chan gak waras!

Kegiatan Chan gak terlihat oleh Kai, karena sebagian tubuh gue tertutup dengan meja.

Gue mulai gelisah karena Chan selain mencium perut gue, tangannya pun kembali membelai pinggang gue.

Saat ini gue pengen banget mendorong Chan menjauh, tapi rengkuhan dia terlalu erat. Gue bahkan sampe kringetan, padahal kamar Kai pake AC.

"Chan, kalo lo gak berhenti, lo gue usir ya! Gue lagi ada urusan penting sama cewek lo, kalo lo sange, lo ke kamar mandi aja. Jangan lo manfaatin cewek lo." tegas Kai.

Gue kaget, kok Kai bisa tau?

Kai mengalihkan atensinya dari buku, "Jangan kira gue gak tau lo ya! gak mungkin Calya gak lo apa-apain tapi gelisah daritadi," lanjutnya, "bangun gak, gue tau lo gak tidur. Gue itung ampe 3 lo gak bangun, gue tendang burung lo! 1...2...-"

"Sialan! Ribet banget sih lo item!" Protes Chan. Dia langsung ke posisi duduk dan menatap Kai marah.

Kai menyunggingkan smirknya, "Lo horny an banget sih, gak ada puasnya! Jauh lo! Gue mau belajar sama Calya!"

"Kayak elo engga aja! Gue mau disini, entar gue anter Calya pulang." sanggah chan.

"Yaudah sini pindah sebelah gue!"perintah Kai.

"Dih ogah banget!" tolak Chan sengit.

"Kalo gak mau, lo pulang! Pilih mana?" Ancam Kai.

Dengan berat hati Chan bangkit dan menendang paha Kai, "Kalo gue gak inget lo sahabat gue, misah kali itu kepala sama leher!"

Kai ketawa, Chan tuh emang gampang banget disulut emosinya.

Setelah masalah penting yang harus gue dan Kai bahas, Kai langsung nanya ke Chan, "Beneran boleh pinjem mobil lo, Yeol?"

Chan mengeluarkan rokok dari kantongnya, berniat menyalakannya.

"Anjing kamar gue pake ac goblok, kalo mau nyebat sono keluar!" omel Kai.

"Elah, tinggal semprot parfum juga ilang." timpal Chan.

"Gak ada! Entar gue diomelin Umi!" tolak Kai.

Chan akhirnya kembali mengalah karena gak tega juga ngebayangin liat Kai diomelin Uminya yang super bawel.

"Serius, Chan. Boleh nih?" tanya Kai memastikan.

"Boleh, anjing item lo nanya lagi gue bakar lo ya ampe gosong!" seru Chan.

"Mantap, Cal. Entar kita berdua gantian ya nyetirnya." ucap Kai. Dia tersenyum senang menatap gue.

"Tapi gue ikut." kata Chan.

Gue dan Kai langsung menatap Chan penuh tanya.

"Ikut kemana, Chan?" tanya gue.

"Ke tempat lo praktik, lah!"

Kai menghela napaa. "Lo kan kuliah, Chan." kata Kai.

Gue gak habis pikir ama Chan, maksudnya apa sih mau ikut segala? Emang dia kira gue mau jalan-jalan kali ya?

"Gue udah tinggal nyusun skripsi keles, gue kan juga mau jagain cewek gue." jelas Chan. Dia menatap gue lalu menaik turunkan alisnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel