Bab 13
Citra keluar dari kamarnya saat mendengar deru suara mobil yang sudah sangat hapal bunyinya, iya itu suara mobil Arjuna. Menatap belakang punggung Arjuna yang berdiri ditengah anak tangga menuju kamar wajahnya terlihat lelah, lingkar hitam menghiasai kantung matanya.
''Om,'' ucap Citra membuat Arjuna menoleh dengan tatapan datar tak ada senyum diwajahnya, ''Om semalam kemana, kenapa enggak pulang?''
''Masih peduli?'' sahutnya ketus dengan wajah datar melirik Citra yang tengah menahan air mata, karena sikap Arjuna yang mengacuhkannya. Hatinya terasa sesak dan perih karena selama ini tak pernah sekalipun Arjuna bersikap dingin padanya.
Arjuna kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar, melakukan rutinitas paginya, mandi. Bersiap berangkat ke kantor lagi.
Di meja sudah terhidang menu favoritnya nasi goreng, satu cangkir kopi hitam, dan buah-buahan segar yang di tata dengan cantik, Arjuna menarik salah satu kursi biasanya ada Citra yang menemani sarapan, tapi hari ini tak melihatnya.
Apakah dia marah gara-gara sikapku tadi, ucap Arjuna yang tentu saja hanya di ucapkan dalam hati dan kembali menyantap sarapannya yang terasa hambar .
''Mas Juna semalam, kemana? Kasihan lho Non Citra khawatir, sampai nggak bisa tidur gara-gara cemas nungguin, Mas Juna?'' ucap Bik Sumi meletakkan mangkuk yang berisi sayur sup panas.
Arjuna terdiam tak bersuara diam-diam hatinya menghangat mendengar Citra mengkhawatirkannya, jika boleh untuk kali ini saja rasanya ingin egois, tak ingin kehilangan orang yang disayangi lagi. Baginya sudah cukup untuk mengalah kini saatnya berjuang untuk kebahagian dirinya sendiri entah bagaimanapun caranya.
''Citra kemana, Bik?'' Arjuna membuka suara.
''Mas Arjuna emang nggak, tau? Non Citra sekarang kerja, Mas di Restoran. Udah berangkat dari tadi.'' Dahi Arjuna berkerut mendengar penuturan Bik Sumi yang membuatnya terkejut.
''Kerja? Sejak kapan?''
''Baru hari ini sih, Mas. Di Restoran tempat keponakan, Bibik. Kebetulan kemaren sedang buka lowongan terus, Non Citra masukin lamaran. Katanya enggak enak karena udah sering ngerepotin, Mas Juna,'' terang Bik Sumi.
''Ahgt dasar bocah itu,'' Arjuna bangkit dari duduknya meraih kunci mobil diatas meja.
.
Citra memasukkan bajunya kedalam loker dan berganti memakai seragam khusus karyawan ini adalah hari pertama kerja baginya. Ada rasa senang karena sudah mulai bekerja tapi juga sedih karena Arjuna masih mengabaikannya apalagi sikapnya tadi pagi membuat kepikiran dan tak tenang, kenapa serumit ini.
Restoran di jam-jam seperti ini biasanya sangat ramai karena banyak pengunjung datang untuk makan siang terlihat dari karyawan yang mondar mandir membawa nampan berisi makanan dan minuman sesuai pesanan.
''Citra ... tolong antarkan makanan ini kemeja nomer dua tiga ya,'' pinta salah satu staf karyawan. Sigap Citra mengambil baki berisi pesanan sesuai dengan interuksi rekannya. Kakinya terasa pegal karena sejak tadi belum sempat istirahat dan cacing di perutnya pun mulai demo.
Citra kembali ke dapur dan sedikit membungkuk mengelus perutnya yang lapar karena sejak pagi belum menyentuh sesuap nasi.
''Citra ... gantian gih, Saya lihat kamu dari tadi belum istirahat,'' ucap Adrian pemilik cafe.
Citra pun melepas celemek yang menempel di tubuhnya. Sejak tadi hal itu lah yang diinginkan tubuhnya seakan tidak kuat lagi untunglah Bos nya pengertian.
.
Citra berdiri di depan cafe menunggu ojol pesanannya yang belum juga datang membuatnya khawatir karena jalanan terlihat mulai sepi, apalagi ini baru pertama baginya pulang malam membuat jantungnya berdegup tak karuan, mengigit bawah bibirnya.
Sesekali melirik benda pipih ditangannya memastikan ojol pesanannya, tiba-tiba tiga orang datang menghampiri dengan wajah garang dan badan besar tersenyum menyeringai seperti menilai dari atas hingga bawah dengan tatapan seperti ingin menerkam.
''Hay cantik sendirian, aja? Boleh kita temenin nggak?'' ucap pria kurus dengan tato ditangannya.
Citra bergerak mundur merasa terancam sekaligus ngeri melihat tampang pria di depannya.
''Jangan takut, kita baik kok cuma mau ngajak kenalan aja,'' ucap pria bertubuh tinggi besar dengan rambut gondrong, sambil mengusap kumis tipisnya dengan pandangan seakan mau memakan.
''Pergi kalian, jangan ganggu aku!'' teriak Citra yang makin berjalan dan ketakutan, mundur mengambil ancang-ancang untuk berlari membuat tiga pria di depannya menjadi tergelak seolah ada yang lucu.
Ketiga pria itu sudah siap mengepung. Citra bersiap memasang kuda-kuda dan bersiap melakukan serangannya saat salah satu dari mereka ada yang lengah.
Brugh!
Citra menendang salah satu organ vital pria yang menghadang jalannya hingga membungkuk dan merintih kesakitan, berlari secepat mungkin menghindari mereka. Tenaganya mulai habis napasnya mulai tersengal-sengal bahkan jalannya pun mulai terseok tapi tetap mencoba terus berlari hingga kakinya menginjak sebuah batu membuat tubuhnya limbung dan terjatuh.
Sebisa mungkin Citra mencoba untuk bangkit tapi tenaganya seolah terkuras habis, keringat mulai bercucuran membasahi wajah dan tubuhnya.
"TOLONG ... !!!'' teriaknya sekuat mungkin, namun sayang tak ada seorang pun yang menolongnya karena jalanan terlihat sepi dan lengang sedangkan tiga orang pria itu makin mendekat. Tawanya makin nyaring terdengar, menikmati ketakutan wajah gadis di depannya. Citra melemparkan apa saja yang bisa digunakan hingga salah satu dari mereka berhasil mencekal pergelangan tangannya.
Citra terus mencoba berontak hingga satu tamparan mendarat di pipi mulusnya.
Plak!
Membuat sudut bibirnya sedikit robek dan berdarah, air matanya yang coba ditahan lolos begitu saja tubuhnya mulai gemetar berharap seseorang menolongnya.
''Teriak saja kalo bisa, aku pastikan tak ada seorang pun bisa menolongmu. Lebih baik kamu diam dan ikuti permintaan kami'' ucap pria bertato dengan bola mata yang seperti nyaris keluar.
Citra terus saja meronta hingga ketiga pria itu tidak sabar dan mendorong tubuh kecilnya, membuat tulang-tulangnya terasa rontok telapak tangannya terasa perih tergores batu krikil yang tajam.
Citra terus saja meronta dan berteriak minta tolong hingga dari salah satu dari ketiga pria itu, mulai menampar kembali dan mengoyak bajunya di bagian lengannya hingga robek dan menampilkan bahu putihnya yang bersih.
Brug!
Seseorang menendang salah satu tiga pria membuatnya jatuh tersungkur dan kedua pria itu langsung memasang kuda-kuda bersiap menyerang. Citra sedikit merasa lega menatap pria yang menolongnya dan memilih bersembunyi di balik semak-semak menatap ngeri ke empat pria yang sedang terlihat baku hantam.
Perkelahian terlihat tidak imbang karena satu lawan tiga, Arjuna sedikit kewalahan karena menghadapi tiga pria dengan badan besar dan kekar, beberapa kali terkena tonjok di pelipis membuat wajahnya sedikit babak belur dan perutnya kena tendang membuatnya terhuyung. Citra berinsiatif mengambil kayu yang tergeletak di dekatnya membantu Arjuna.
Arjuna tak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menghajar mereka habis-habisan hingga terkapar tak berdaya.
''Kamu engga apa-apa?'' tanya Arjuna khawatir meneliti semua anggota tubuh Citra takut ada yang terluka.
Citra menggeleng lemah tubuhnya terasa sakit terutama dibagian kakinya karena terkilir saat berlari. Arjuna berinisiatif memberikan jasnya saat melihat baju Citra yang terkoyak.
Citra berjalan tertatih membuat Arjuna tak tega dan berinisiatif menggendongnya, ''Om turunin, aku bisa jalan sendiri, kok.''
Arjuna diam saja dan hanya menatapnya sekilas. Membuat Citra salah tingkah dan tidak banyak bicara lagi saat sampai di depan pintu mobil barulah tubuhnya di turunkan.
''Makasih, Om udah nolongin Citra. Aku engga tau kalo engga ada Om, nasib aku bakal kaya apa?'' ujar Citra tertunduk sedih meremas ujung bajunya.
''Hemppt, buruan masuk,'' titah Arjuna singkat memutar ke depan mobil setelah membukakan pintu untuk Citra. Suasana di dalam mobil terasa hening tak ada yang membuka suara hingga sampai dirumah. Untung saja Arjuna memasang GPS yang tersambung di ponselnya jadi saat darurat seperti ini bisa diandalkan.
''Om, mau ngapain? Turunin aku bisa jalan sendiri kok---'' ucapnya tergagap saat Arjuna mulai menatapnya tajam yang seolah tak ingin dibantah.
''Kamu mau kakinya tambah bengkak? Bisa engga, kalo dibilangin engga ngebantah?!'' Citra terkesiap dan memilih diam dari pada harus melihat wajah angker Arjuna, ditambah kilatan kemarahan dari matanya.
Untuk pertama kalinya Arjuna masuk ke dalam kamar Citra sejak ditempatinya, tertata rapih dan harum aroma levender terasa menguar, membuat urat syarafnya terasa lebih rileks.
''Om mau ngapain?'' tanya Citra penasaran karena Arjuna tiba-tiba jongkok di depannya dan mengurut-urut kakinya.
''Awh, sakit?'' Citra meringis saat pergelangan kakinya di sentuh dan tekan tulang-tulangnya seperti lepas dari persendian.
''Coba gerakain,'' Sesui perintah Citra menggerakkan kakinya secara perlahan ternyata kakinya sudah lebih baik di banding tadi, wajahnya kembali tersenyum sumringah. Mata Arjuna berbinar melihat Citra yang tersenyum dan berniat kembali ke kamarnya, namun langkahnya dicegah oleh Citra.
''Tunggu, Om. Jangan kemana-mana.'' Citra beranjak dari duduknya berniat mengambil baskom dan air es untuk membersihkan luka-luka Arjuna dan mengompresnya.
Mata Arjuna menatap lekat tak lepas, selalu memperhatikan gerakan, Citra membuatnya risih dan menghentikan aktifitasnya. ''Bisa engga, Om liatnya biasa aja.''
''Kamu cantik. Awh ... sakit, Citra!'' pekik Arjuna tertahan karena tak ingin suaranya di dengar Bik Sumi saat Citra menekan lukanya dengan sengaja.
''Syukurin, emang enak. Duduknya yang bener, Om?'' Kali ini Arjuna menurut dan tak membantah lagi bersandar dikepala ranjang dengan kaki diluruskan, Citra duduk disampingnya membersihkan luka-luka yang tersisa.
Lamat-lamat kesadaran Arjuna mulai menghilang apalagi berada di dekat Citra membuatnya tenang dan nyaman, tak sadar matanya mulai terpejam karena beberapa hari ini kurang tidur gara-gara harus bolak-balik mengurus Laras dan pekerjaan yang makin menumpuk karena perusahaannya mulai berkembang pesat.
Matahari menyingsing dari perpaduannya Arjuna terpernjat dari tidurnya menghapus keringat yang menempel mengedarkan pandangan karena merasa asing dengan suasan kamarnya yang terlihat berbeda, Arjuna baru ingat ternyata masih berada dikamar Citra sejak semalam.
***
