Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bertemu Sang Pembeli

"Halo cantik, bagaimana dengan penawaranku? Kebetulan sekali seorang bos besar meminta pesanan istimewa malam ini. Aku akan membayarmu dua kali lipat." Madam Yura mulai menebar umpan.

"Sebutkan saja padaku nominalnya, agar jelas." Hana ingin kepastian. Ia berhasil membujuk dirinya sendiri untuk lebih berani, ia juga berhasil menanggalkan seluruh rasa takut yang bercokol di dalam hatinya.

"Awalnya aku akan memberimu harga seratus juta. Sekarang naik menjadi tiga ratus juta. Jika pelanggan puas, ia pasti akan memberikan tips yang besar kepadamu. Datanglah ke tempat kemarin, sekarang juga. Akan kuberikan seratus lima puluh juta sebagai pembayaran awal." Suara Madam Yura terdengar tegas di seberang line panggilan.

'Fantastis,' batin Hana. Ia girang bukan kepalang, meskipun di sisi lain ia merasa tengah melemparkan moralitasnya ke dasar jurang.

"Baiklah Madam, aku datang." Hana tidak ingin berpikir ulang. Ia segera menyetop taxi, bergegas menuju Helios Club milik Madam Yura. Helios Club adalah salah satu night club ternama di kota itu.

Sementara itu di Helios Club, Rei sedang di dekati oleh salah seorang model cantik bertubuh molek suruhan Alan yang memang berencana mengusili saudara sepupunya yang dingin itu.

Alan sungguh penasaran ingin melihat sejauh mana pertahanan Rei di depan si cantik dan molek Lisa, sementara mereka menunggu gadis perawan yang dipesannya dari Madam Yura tiba.

"Malam ini tidak akan berarti kalau Anda duduk diam di sini. Mari berdansa denganku sekali saja." Lisa mencoba sekali lagi untuk meruntuhkan arogansi Reigan.

Reigan bergeming. Ia sama sekali tidak peduli dengan wanita cantik bestatus model papan atas terkenal di hadapannya. Reigan justru merasa sangat terusik.

Reigan menghadiahi Lisa dengan sebaris senyum sinis. "Aku sedang tidak berselera, enyah dari hadapanku sebelum orang-orangku mengusirmu dengan  kasar," pungkas Rei dengan kalimat tajam yang menghujam harga diri Lisa hingga terkoyak.

"Uuu... benar-benar manusia kutub. Baiklah, aku menyerah. Semoga jadi perjaka tua selamanya. Bye...." Lisa beranjak pergi sambil bergumam kecil dan menahan malu  di hadapan Alan dan yang lainnya. Arogansi Reigan membuatnya kehilangan muka.

"Dengan sikapmu itu, pantas saja  beredar kabar kalau dirimu seorang gay."  Kali ini Alan melontarkan peluru panas yang dibalut kelakar.

"Heh!" Reigan kian sinis. Ia enggan menanggapi gosip murahan yang  tidak penting.

Lain halnya dengan Rangga, baginya setiap hal yang merusak reputasi sang majikan, wajib ditelisik dan dilenyapkan dengan cara apapun.

"Siapa yang memulai rumor itu? Aku akan membumihanguskan siapapun penyebar hoax tentang Tuan Reigan." Rangga mengancam dengan geram.

Alan meneguk saliva-nya kepayahan, sebab reaksi Rangga yang tidak pernah diduga olehnya. Bukannya ia takut kepada Rangga, tapi di sisi Rangga ada tatapan Reigan yang setajam belati, mampu menyiutkan nyalinya.

"Itu hanya selentingan para gadis penggemar Rei. Sudahlah, tidak  perlu dipermasalahkan. It is not a big thing, isn't it?" Alan menetralisir ucapannya,  berusaha menenangkan suasana.

"Aku tidak memikirkan omong kosong, mana gadis murni yang kamu janjikan?" Iris coklat Reigan kian dingin menatap wajah Alan yang tersudut. Reigan yakin, gadis perawan di kota mereka telah punah. Alan tidak akan mendapatkan gadis murni dengan mudah.

"Tunggulah. Madam bilang padaku, gadis ranum kali ini sangat spesial, berbeda dari  gadis-gadis sebelumnya. Aku membayarnya mahal untukmu," tandas Alan penuh akal licik di dalam kepala.

Alan jelas memiliki rasa iri yang tinggi akan ketampanan Reigan yang jauh di atasnya. Ditambah lagi imej perfect yang Reigan ciptakan di depan publik, sungguh Alan ingin seluruh dunia tahu siapa Reigan sebenarnya. Ia curiga Reigan adalah si kumbang jalang penghisap nektar para gadis belia. Ia belum pernah melihatnya secara langsung, akan tetapi ia mendengar selentingan itu dri beberapa orang.

Selama ini, Alan  selalu memiliki rencana rahasia untuk merusak reputasi  Reigan. Namun sayang, rencananya belum pernah berhasil hingga sekarang.

Tanpa disadari oleh orang-orang yang berada di dalam lingkaran pesta lajang yang brutal itu, Alan telah memasang beberapa kamera pengintai secara tersembunyi untuk mendapatkan beberapa aib dari orang-orang yang tidak disukainya, termasuk sepupunya sendiri, Reigan.

Tuk tuk tuk tuk....

Ketukan high heels Madam Yura yang khas, bergema di antara alunan musik yang terkadang menghentak. Tampilannya sangat cantik, sopan dan elegan, bertolak belakang dengan dunia yang digelutinya.

Alan tersenyum manis, menyembunyikan rencana liciknya dengan baik. "Madam, bagaimana pesananku? Apakah benar-benar sesuai kriteria yang sudah kusampaikan?" sambut Alan antusias.

"Selamat malam, Tuan Alan. Pesanan eksklusif Anda sudah siap. Silakan Anda menuju kamar president suite yang kami sediakan. Buat Anda, semuanya kami rancang spesial."

"Selamat malam. Aku ingin gadis itu dibawa kemari, sebab aku memesannya untuk saudaraku, Reigan. Ingat, dia harus cantik dan perawan." Iris kelabu Alan mengerling nakal.

"Tentu saja, bahkan kami menggunakan pemeriksaan khusus oleh dokter untuk hal itu. Jumlah uang yang And keluarkan sangat menentukan kualitas." Madam Yura sangat diplomatis.

"Oh, shit! Dia benar-benar melakukannya." Reigan bergumam kesal. Ia heran mengapa Alan menganggapnya penghisap nektar gadis belia.

Sekonyong-konyong Reigan mulai teringat kalimat yang sering dilontarkannya. Saat  Alan kerap menawarkan model-model seksi dan cantik kepadanya ia berusaha menolak secara halus dengan sedikit berbohong, "Sorry, aku enggak suka cewek yang kamu ambil sembarangan dipinggir jalan. Hanya gadis perawan murni yang menarik buatku," ucapnya di beberapa waktu yang telah lalu.

'Rupanya Alan menganggap serius ucapanku, padahal aku hanya mencari alasan untuk menghindari trik liciknya. Gara-gara itu ia pikir aku sering merawanin anak gadis orang. Dasar otak mesum!' rutuk Rei dalam hati.

"Yura, tunjukkan saja di mana bisa kutemui gadis itu." Reigan berbicara dan menyebut Yura tanpa embel-embel madam.

"Silakan naik ke lantai tiga di kamar president suite, Tuan Reigan. Felix akan mengantar Anda." Madam Yura menunjuk orang suruhannya.

"No, Reigan! Ini tidak sesuai perjanjian. Setidaknya aku ingin melihatmu bersenang-senang dengan gadis perawanmu di lantai dansa. Pegang janjimu, Rei. Jangan pengecut." Alan mendesak. Netranya setajam ujung tombak yang menghujam iris mata Reigan yang coklat dan dingin.

Reigan terpengaruh. "Oke! Let's do it. Hanya untuk malam ini, aku kasih makan egomu yang kelaparan."

Alan tahu Reigan kesal, tapi ia bergeming. Sesekali ia ingin membuat reputasi Reigan lebih gelap dari reputasinya, agar Reigan merasakan digunjing dan disudutkan media.

"Madam, bawa gadis itu kemari. Kami ingin melihat cahaya kecantikannya." Alan tersenyum, sorot matanya penuh misi.

"Baik Tuan Alan," sahut Madam Yura dengan satu kerlingan yang dapat diartikan bahwa ia sangat berbahagia.

"Sepupu brengsek, seharusnya aku tidak mengikuti permainanmu," geram Reigan. Wajah tampannya kian menyemburatkan aura dingin yang menikam.

"Terkadang peting untuk bermain-main setelah urusan kantor yang membuat penat. Semua ini adalah bentuk kasih sayang seorang saudara, hargailah sedikit." Wajah Alan tampak puas.

"Sebaiknya tutup mulutmu dan berhenti berbicara. Jangan sampai aku membuatmu babak belur." Reigan terlihat serius dengan ucapannya, membuat nyali Alan seketika menciut, sebab ia tahu sifat Reigan dengan baik. Reigan tidak pernah gentar kepada siapapun saat ia sedang marah begini.

Alan langsung menutup mulutnya rapat-rapat, mencari aman.

Tuk-tuk-tuk-tuk....

Ketukan high heels kembali terdengar mendekat, para pria yang berada di lingkaran Reigan spontan mengarahkan pandangan mereka kepada gadis cantik dengan kulit putih mulus dan bersinar terang ditempa cahaya lampu pesta.

Gadis itu tampak kikuk dalam balutan dress berbelahan dada rendah. Kelima jemarinya menutupi area terbuka itu dalam tingkah malu-malu. Ia berjalan di sisi Madam Yura dengan wajah merunduk tak mampu menentang dunia.

"Ucapkan selamat malam pada Tuan terhormat yang telah berbaik hati memberimu kesempatan malam ini," perintah Madam Yura.

Wajah gadis itu kian merunduk dalam, membuat rambutnya kian jatuh di kedua pipinya. "Selamat malam, Tuan Reigan. Terima kasih atas kesempatan yang Anda berikan." Suara polos si gadis menyita perhatian Reigan.

"Angkat wajahmu, cantik."

Madam Yura memerintah dengan tegas, sehingga gadis belia itu tak berani membantah. Dengan wajah ketakutan, Hana segera mengangkat wajahnya perlahan.

Sontak netra Reigan membeliak lebar, mulutnya ternganga untuk beberapa detik lamanya, menyadari siapa gadis yang kini berdiri kikuk di hadapannya.

"Gadis bandel, apa yang kamu lakukan di sini?!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel