Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 - Bertemu Dengan JIwa Huang Xue Na Di Masa lalu

"Mengapa, kau terkejut?"

"Bukankah hal itu tidak perlu di tanya lagi?" Balas Xue Yui

Jiwa Huang Xue Na yang ada di hadapannya tertawa lalu berkata "aku bersyukur kau memiliki sifat dan sikap berbanding terbalik dengan separuh jiwaku yang lain, dengan kepribadianmu sekarang. Aku tak menyesal menarikmu ke masa lalu untuk menyelesaikan beberapa hal yang belum mampu aku ataupun dirimu selesaikan, karena Sang pencipta lebih dulu memanggilku"

"Apa maksudmu dengan separuh jiwa? Dan lagi, perlu kutekankan, aku sudah seperti ini sejak dulu!" Tekan Xue Yui.

"Kau masih tak mengerti? Kupikir kau cukup pintar untuk memahaminya atau saat ini kau hanya sedang berpura-pura bodoh?" Kata jiwa Xue Na mencemoh.

Xue Yui berdecak, ia menatap jiwa Xue Na dengan garang "aku tidak sebodoh itu untuk menangkap maksudmu, hanya saja kau selalu membahas separuh jiwamu yang ada pada diriku, lalu di mana separuh jiwamu yang lain? Mengapa tidak dia saja yang kau panggil dan seret kemari?" Kata Xue Yui menggebu.

"Saat jiwaku reinkarenasi, jiwaku terbelah menjadi dua. Jiwaku yang terbelah harus mengisi dua raga yang merupakan bayi kembar, kau sebenarnya memiliki seorang kakak yang merupakan kembaranmu. Aku tidak bisa memanggil kakak perempuanmu, sebab saat ia lahir, ia memang tidak di takdirkan untuk melihat dunia seperti dirimu yang di beri keberuntungan" jedanya.

"Kau tidak tahu hal itu, sebab Papamu menyembunyikannya darimu. Selain karena tidak ingin terus berduka kehilangan seorang putri, ia juga harus kehilangan Mamamu yang merupakan istri yang paling ia cintai"

"Jika mendiang mamaku adalah istri yang paling ia cintai, lantas mengapa ia ingin menikah lagi?" Balas Xue Yui sengit.

"Bukankah sudah ku katakan, apa yang terjadi di masa lalu akan selalu berhubungan dengan masa depan!" Balas jiwa Xue Na.

"Jika kau ingin kembali pulang, hanya ada satu kunci yang bisa membawamu kembali"

"Katakan, apa yang bisa membawaku kembali pulang?!" Cerca Xue Yui

Jiwa Xue Na tersenyum miring, ia lalu menjawab "tuntaskan semua masalah di sini, ketika semua masalah telah selesai, jiwamu akan kembali ke masa depan dengan sendirinya"

"Perkataanmu bisa di percaya bukan?" Tanya Xue Yui memincing curiga.

Jiwa Xue Na mengangguk.

"Tapi sebelum itu, izinkan aku memberimu semua ingatanku!" Kata jiwa Xue Na perlahan menghilang di gantikan sebuah bola cahaya kecil yang bersinar sangat terang.

Bola cahaya itu perlahan terbang menuju Xue Yui, saat bola cahaya itu berhasil masuk pada kepala Xue Yui, seketika Xue Yui menjerit kesakitan tatkala ingatan milik Xue Na terus berputar seperti kaset rusak dalam kepalanya dengan begitu cepat dan tak terkendali. Ingatan itu berusaha berbaur dan menyatu pada diri Xue Yui, namun semuanya tidak mudah. s

Sebab, selalu ada hal yang harus di korbankan, seperti halnya rasa sakit yang menyerang kepala Xue Yui yang seakan di pukul palu yang bertalu-talu.

"Ahhhgggtt!"

Xue Yui terus menjerit kesakitan, hingga pandangannya mulai berputar dan kesadarannya mulai menghilang di gantikan oleh kegelapan.

******

Huang Qiu Lay tergesa-gesa menghampiri jendral Shen yang saat ini tengah berdiri di balkon pavilium utama rumah pertama kediaman keluarga Huang. Saat ini jendral Shen tengah memberi intruksi pada sekumpulan prajuritnya yang tengah berlatih.

Saat Qiu Lay tiba di samping jendral Shen, menteri muda itu pun memanggil jendral Shen dengan suara pelan agar tidak menimbulkan tatapan penasaran dari bawahannya.

"Ayah!"

Jendral Shen menoleh dan menatap putra keduanya dengan salah satu alis terangkat tinggi.

"Ada apa Lay'er?" Tanya jendral Shen

"Mei-mei tidak ada di kamarnya!" Kata Qiu Lay tampak khawatir dan juga ketakutan.

"Apa maksudmu? Bagaimana bisa kau lalai dalam menjaga Na'er?" Tanya Jendral Shen dengan suara meninggi.

Huang Qiu Lay meringis, ia tahu, ayahnya akan semarah ini jika ia memberitahunya. Sayangnya menteri muda itu tak punya pilihan lain, ia sudah mencari adik perempuannya di berbagai tempat di rumah pertama, namun ia tak menemukan adiknya. Maka Qiu Lay memilih jalan memberi tahukan ayahnya seraya mendapat bantuan, walaupun ia harus mendapat amukan kemarahan ayahnya.

"Aku hanya pergi buang air kecil sebentar, saat aku balik di pavilium mei-mei, mei-mei sudah tidak ada di kamarnya" jelas Qiu Lay.

Jendral Shen memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut hebat, saat ini ia tengah melatih prajurit-prajurit yang akan menggantikan prajurit-prajurit khusus yang usianya sudah terlalu tua. Jendral Shen ingin membuat formasi baru dengan menempatkan prajurit-prajurit muda di garis depan pertahanan mereka.

Ia sudah pusing dengan formasi pasukan yang akan ia rombak, di tambah dengan kekacauan yang terjadi di kediaman keluarga besar Huang, dan sekarang putrinya tiba-tiba menghilang sungguh membuat sakit kepala yang ia rasakan bertambah berkali-kali lipat.

Mu Chi An yang merupakan wakil jendral dan juga salah satu prajurit khusus senior. Chi An merupakan orang kepercayaan jendral Shen, mereka sudah sangat akrab bak keluarga. Chi An yang merasa ada yang salah segera menghampiri ayah dan anak yang saat ini tampak sedang serius.

"Jendral besar, apa terjadi sesuatu?" Tanya Chi An

Jendral Shen menoleh dan menatap tangan kanannya yang usianya 3 tahun lebih tua dari Huang Xin Fai, ia merenung sejenak sebelum bertanya.

"Chi An, apakah kau melihat Xue Na?" Tanya jendral Shen.

"Ah, nona muda keempat saat ini sedang berada di perpustakaan, jendral besar Shen" jawab Chi An

"A-pa?"

Setelah mendengar penjelasan Chi An secara mendetail, jendral Shen dan Qiu Lay segera bergegas menuju perpustakaan. Perpustakaan di kediaman mereka tidaklah sebesar perpustakaan yang ada di ibukota, namun buku-buku yang ada di sana cukup lengkap karena Qiu Lay akan selalu menambah buku baru untuk memuaskan hobinya.

Langkah kedua pria beda usia dan beda generasi tersebut, tampak sangat tergesa-gesa. Bukan tanpa alasan, mereka hanya khawatir Xue Na akan kembali dilukai oleh orang-orang dari kediaman kedua ketika mereka semua lengah dengan kesibukan masing-masing.

Saat mereka tiba di perpustakaan, para penjaga segera membuka pintu dan memberi jalan pada junjungan mereka, keduanya lantas melangkah memasuki perpustakaan dan mencari keberadaan Xue Na.

"Xue Na"

"Xue Na, kau di mana nak?" Teriak jendral Shen.

Jendral Shen dan menteri muda Qiu Lay memilih berpencar, ruangan perpustakaan memang tidak seberapa besar. Namun rak-rak tinggi yang berjajar rapi menyulitkan keduanya. Berpencar adalah cara paling cepat untuk mereka menemukan Xue Na yang entah keberadaannya ada di mana di dalam perpustakaan ini.

"Mei-mei?"

"Mei-mei, kau di mana?" Teriak Qiu Lay

Saat mencari di rak buku paling ujung, Qiu Lay menemukan siluit Xue Na tengah menyandar pada rak buku. Qiu Lay segera menghampiri Xue Na dan menggungcang tubuh mungil tersebut dan terus memanggil adiknya.

"Mei-mei"

"Mei-mei, bangun!"

"Xue Na, ayo bangun!"

Qiu Lay terus berusaha membangunkan Xue Na, namun apa yang ia lakukan terasa sia-sia. Sebab Xue Na bahkan tidak merespons dan melakukan pergerakan apa pun, semuanya nihil. Sadar akan ada yang salah, Qiu Lay langsung menggendong tubuh mungil Xue Na, ia berteriak memberitahukan jendral Shen bahwa ia menemukan adiknya sebelum berlari keluar perpustakaan.

"Ayah, mei-mei pingsan!" Teriak Qiu Lay berlari keluar dari perpustakaan.

*****

Huang Qiu Lay terus menatap Xue Na dengan tatapan dalam, setelah kepergian tabib sehabis memeriksa adiknya, Qiu Lay terus berada di pavilium adiknya dan terus menjaga Xue Na. Keberadaannya di sini dikarenakan Qiu Lay takut lengah seperti hari ini, ia takut adiknya kembali dicelakai oleh kediaman kedua yang membenci adiknya saat ia tidak ada. Qiu Lay terus menatap Xue Na dan terus berpikir dalam. Ia memikirkan hal apa yang membuat rumah kediaman kedua begitu membenci adiknya.

Xue Na adalah gadis yang lembut dan tampak rapuh, ia lebih sering menghabiskan waktunya berada di kamar ketimbang harus keluar mengunjungi teman-teman sebayanya. Qiu Lay bahkan tidak yakin jika adiknya memiliki seorang teman, karena Xue Na adalah gadis yang cukup pendiam dan sulit berbaur dengan gadis-gadis muda yang sepentara umurnya. Lalu hal apa yang membuat kediaman kedua berusaha mencelakai adiknya dan selalu menindasnya?

Saat Qiu Lay mencari jawaban atas pertanyaannya, sebuah ingatan samar melintas di benaknya. Saat itu Qiu Lay menanyai Xue Na, ia bertanya mengapa Xue Na tidak bermain di luar atau mengunjungi teman-teman sekolahnya. Saat itu Xue Na kembali menetap di paviliumnya dan menghabiskan waktu di sana. Mengejutkannya, Xue Na memberinya jawaban yang membuatnya tertengun.

Xue Na menjawab dengan mengatakan, ia tak memiliki teman. Jikapun ia punya, ia juga tidak akan bersusah payah pengunjunginya. Saat Qiu Lay bertanya mengapa, Xue Na menjawab dengan mengatakan ketidak sukaannya. Semua nona-nona muda hanya akan memamerkan apa yang mereka miliki, mereka akan mengumbar apa yang baru saja mereka beli dan mereka akan bertindak seenaknya hanya karena posisi dan jabatan keluarga mereka yang lebih tinggi. Xue Na tidak suka denga perawakan nona-nona muda sekarang yang begitu suka menyombongkan pencapaian keluarganya, mereka selalu mengandalkan posisi dan jabatan keluarganya untuk menindas mereka yang berada dikalangan bawah. Hal inilah yang menjadi alasan Xue Na memilih berdiam diri dirumah, walaupun ia sering mendapat banyak undangan dari para nona-nona muda bangsawan yang ingin menjalin pertemanan dengannya.

Sayang, Xue Na memilih abai. Xue Na sadar, mereka yang mengundangnya hanya ingin mencari dukungan dari keluarganya. Xue Na benci dengan orang-orang yang berpura-pura baik hanya untuk menjilat dan mencari pelindung yang akan membuatnya bertahan di posisi dan jabatan mereka. Xue Na sadar, politik dan segala urusan pemerintahan dan juga segala urusan kerajaan adalah sesuatu sangat mengerikan.

Mengingat itu semua membuat Qiu Lay sadar akan satu hal. Mungkinkah Xue Na tak ingin membantu kediaman kedua, karena kebenciannya terhadap politik, pemerintahan dan keluarga kerajaan? Seingat Qiu Lay, Huang Li Bao akan mengambil ujian sarjana bulan depan. Mangkinkah kediaman kedua meminta dukungan dari Xue Na yang jelas berakhir dengan kesia-siaan? Apakah hal ini yang membuat mereka marah dan berakhir mencelakai adiknya? Jika praduganya adalah hal yang benar, Qiu Lay akan menghabisi mereka.

******

Keesokan harinya Qiu Lay masih menemani Xue Na di pavilium milik adiknya, Qiu Lay baru saja membersihkan dirinya dan masih mendapati Xue Na yang masih terpejam.

"Sebenarnya, mei-mei pingsan atau sedang tidur? Mengapa ia tak kunjung bangun?" Gerutu Qiu Lay

Saat Qiu Lay memperbaiki simpul pakaian kebesaran perdana menteri nya, Huang Xin Fai membuka pintu dan mendapati Qiu Lay yang telah bersiap hendak memasuki istana.

"Apakah mei-mei belum bangun?" Tanya Xin Fai yang masih berdiri diambang pintu.

"Mei-mei belum bangun gege pertama. Aku bahkan bingung, mei-mei sebenarnya sedang pingsan atau hanya tertidur? Semalam hingga pagi ini ia tak kunjung bangun" jawab Qiu Lay.

"Sudahlah, sekarang berangkatlah bekerja. Biar gege yang menjaga mei-mei sekarang" kata Xin Fai dengan nada sedikit mungusir.

"Gege mengusirku?" Tanya Qiu Lay dengan nada kesal.

"Gege tidak mengusirmu, mungkin hanya perasaanmu saja" balas Xin Fai yang membuat Qiu Lay cemberut dan melangkah keluar dari kamar Xue Na sambil mengerutu.

"Itu bukan hanya perasaanku, tapi memang gege mengusirku" gerutu Qiu Lay.

Tak lama setelah Huang Qiu Lay pergi, diatas peraduan Xue Na mulai bergerak gelisah. Ia terbangun dan mendudukan dirinya di atas peraduan. Jendral Xin Fai segera menghampiri adiknya, ia duduk di pinggir peraduan dan meraih kedua tangan adiknya seraya menggenggamnya erat.

"Mei-mei, akhirnya kau sadar" kata jendral Xin Fai lega "apakah kau merasa sakit atau membutuhkan sesuatu?" Tanyanya

Xue Na menggeleng dan menjawab "aku tidak merasa sakit atau memerlukan sesuatu gege pertama, aku hanya lapar"

Mendengar jawaban Xue Na, rahang jendral Xin Fai jatuh saking terkejutnya dengan jawaban adiknya. Tidak ada yang salah bukan. Xue Na hanya lapar, lantas mengapa kakak pertamanya begitu terkejut? Sejak semalam Xue Na hanya makan sedikit, dan ketika ia bangun, bukan merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya melainkan Xue Na merasa lapar.

Pagi ini para pelayan dapur kediaman rumah pertama tengah terburu-buru memasakan Xue Na makanan, mereka yang hanya terbiasa memasak makanan siang dan malam hari jelas terkejut mendapat perintah membuat makanan pagi ini.

Karena di buru waktu, para pelayan dapur hanya memasak makanan sederhana dan seadanya. Mereka menunduk dalam saat membawakan masakan sederhana itu di depan Xue Na, Xue Yui atau sekarang adalah Xue Na tanpa kata mulai menyantap makanannya.

"Gege pertama, apakah gege tidak ingin sarapan pagi bersamaku?" Tanya Xue Na yang dibalas galengan dari jendral Xin Fai.

"Tidak, kau saja yang makan mei-mei" tolak jendral Xin Fai halus.

Xue Na hanya mengangguk dan melanjutkan makannya, yang terpenting ia sudah menawarkan saudaranya itu untuk makan. Menerima atau tidak, itu terserah kakak pertamanya.

"Mei-mei?"

Xue Na melap mulutnya dengan sapu tangan setelah menyelesaikan makannya, ia lalu menatap jendral Xin Fai dengan tatapan bingung dan berkata "gege pertama, ada apa?" Tanya Xue Na penasaran saat melihat raut wajah kakak pertamanya tampak gelisah.

Jendral Xin Fai langsung menarik Xue Na dalam dekapannya, ia memeluk adiknya itu setelah pelayan membersihkan peralatan makan Xue Na. Jendral Xin Fai, mengelus punggung Xue Na dan berkata.

"Maaf"

"Maaf karena gagal menjagamu mei-mei" kata jendral Xin Fai menyesal.

"Apa yang gege pertama maksudkan?" Tanya Xue Na tidak mengerti, ia mendongak dan menatap wajah kakak pertamanya yang kini berubah mengeras dengan rahang mengetat.

"Berhentilah pura-pura baik-baik saja" tegas jendral Xin Fai "Gege sudah tahu semuanya, gege sudah tahu, selama ini mereka selalu menyiksamu" lanjut jendral Xin Fai

Mendengar hal itu, membuat Xue Na dalam pelukan jendral Xin Fai seketika menunduk. Tubuhnya seketika gemetar hebat, ingatan yang di berikan jiwa Xue Na padanya membuat Xue Yui yang kini mengisi raganya seketika menangis hebat. Ingatan itu sangat mengerikan, semua ingatan itu penuh dengan tangisan pilu dan luka.

Xue Na meremas pakaian jendral Xin Fai kuat, ia sudah berjanji akan membalas perbuatan semua orang yang pernah menyiksa Xue Na. Ia berjanji akan membuat hidup mereka lebih tersiksa dan menderita dibanding dengan kematian.

*****

Jendral Shen baru saja pulang setelah mendapat panggilan dari istana. Kaisar Yu Long Wu baru saja memberinya hadiah dan penghargaan setelah ia pulang membawa kemenangan untuk kerajaan mereka ZhaoYu. Kaisar Yu Long Wu atau biasa di panggil kaisar Wu memberi jendral Shen beberapa hadiah berupa bertel-tel emas dan perak, perhiasan, dan beberapa gulung kain sutra terbaik dan keluaran terbaru. Selain itu Kaisar Wu akan memberi jendral Shen dan para prajuritnya penghargaan berupa jamuan besar pesta kemenangan atas apa yang jendral Shen dan prajuritnya raih.

Saat ini jendral Shen melangkah menuju pavilium barat yang merupakan kediaman putrinya, Xue Na. Sebelumnya jendral Shen mendapat kabar dari Ji Rao Dan yang merupakan kepala pelayan sekaligus pelayan pribadi jendral Shen yang menyambutnya di pintu gerbang kediaman pertama, bahwa putra pertamanya, Huang Xin Fai baru saja kembali pagi tadi.

Mendengar kabar tersebut, jendral Shen segera melangkahkan kakinya menuju kediaman putrinya di mana Xin Fai berada. Sejak kejadiaan yang nyaris merengut nyawa Xue Na, sejak hari itu, jendral Shen memerintahkan putra pertamanya untuk menyelidiki apa yang terjadi di kediaman keluarga besar Huang selama ia pergi bersama putranya di medan perang.

Jendral Shen merasa ada hal yang ia lewatkan, dan hal itu sangat mengusik seorang jendral Shen yang berperawakan kejam. Jendral Shen merasa ada sesuatu hal yang selama ini ia tidak ketahui, hingga ia sadar di hari di mana putrinya berada di ambang kematian bahwa ada yang salah dengan para penghuni kediaman keluarga Huang. Ada kebusukan yang masih tersembunyi rapat, dan hari ini kebusukan tersebut akan tercium kepermukaan. Sebab jendral Shen akan mengorek lebih dalam sampai ia mendapat apa yang menganjal hatinya.

"Jendral ini tidak akan memberi ampun, apabila menemukan sesuatu yang salah" tekad jendral Shen melangkah masuk melewati gerbang pavilium barat milik Xue Na.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel