Pustaka
Bahasa Indonesia

Huang Xue Na

82.0K · Tamat
Baekhyun_G
46
Bab
22.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Han Xue Yui tak tahu, dan tak ingin tahu. Apa yang baru saja terjadi? Bagaimana bisa ia berada di tempat yang hanya pernah ia nonton di Tv? Lalu, mengapa ia bisa ada di sini? Sebab ketika ia tahu semuanya, Han Xue Yui takut, takut dengan apa yang akan ia hadapi, takut dengan kenyataan yang akan ia lalui, dan ia sangat takut setelah sadar dengan apa yang ia hadapi dan lalui, semuanya berubah dan tidak akan sama lagi. Lalu apa yang harus ia lakukan?

RomansaFantasiCinta Pada Pandangan PertamaZaman KunoKeluargaPernikahanSweet

Bab 1 - Prolog

Terkejut?

Bingung?

Dan, takut?

Semua perasaan itu bersatu padu dan menjadi satu kesatuan rasa yang saat ini ia rasakan. Jujur saja, Han Xue Yui tidak pernah berpikir, apalagi berani membayangkan akan mengalami hal di luar nalar dan akal sehatnya.

Han Xue Yui tak tahu. Dan tak ingin tahu!

Apa yang baru saja terjadi?

Bagaimana bisa ia berada di tempat yang hanya pernah ia nonton di Tv?

Lalu, mengapa ia bisa ada di sini?

Sebab, ketika ia tahu semuanya, Han Xue Yui menjadi takut. Takut dengan apa yang akan ia hadapi, takut dengan kenyataan yang akan ia lalui, dan ia sangat takut setelah sadar dengan apa yang ia hadapi dan lalui, semuanya berubah dan tidak akan sama lagi.

Selama ini ia tak percaya dengan perkataan sahabatnya yang selalu menyibukan diri dengan segala naskah novel sejarah, novel mengenai perjalanan seseorang kemasa lalu atau novel-novel kerajaan yang selalu ia baca selama menjadi editor di sebuah perusahaan penerbitan.

Selama ini ia hanya menganggap perkataan sahabatnya sebagai sebuah candaan, hal yang selama ini membuatnya mengeleng dan berkata bahwa sahabatnya hanya sedang stress sehingga ia berilusi dan berhalusinasi tinggi.

Sejak dulu ia selalu percaya bahwa hal mustahil itu tidak akan pernah ada, namun hal yang sangat tidak ia percaya dan anggap mustahil itu kini harus ia alami.

Di saat seperti ini, apa yang harus ia lakukan?

*****

Han Xue Yui adalah seorang pegawai yang bekerja di Bank swasta ternama yang ada di China. Xue Yui adalah wanita yang cantik, tubuh tinggi semampai bak model terkenal, kulitnya putih bersih dan matanya bulat seperti mata rusa betina. Sayang kesempurnaan seorang wanita yang ada pada diri Xue Yui tak sebanding dengan kelakuannya yang berbanding terbalik dengan keseharian Xue Yui yang lebih mirip seorang laki-laki berwajah cantik dan menawan.

Saat ini Xue Yui tengah melangkah tergesa menuju ruang Arsip yang berada di lantai bawah. Ia ingin menyimpan kelengkapan berkas data nasabahnya. Tanpa berpikir panjang atau meminta bantuan Chen Lao dari bagian Arsip Xue Yui memilih menyimpan data nasabahnya sendiri tanpa rasa takut sekalipun.

Saat Xue Yui tengah sibuk mencari berkas nasabahnya, lampu ruangan Arsip seketika mati. Namun tak berselang berapa lama lampu kembali menyala dan kembali mati kembali. Hal itu terus terjadi selama 5 menit sebelum akhirnya lampu ruangan Arsip benar-benar padam.

Walaupun Xue Yui merupakan wanita cantik yang berjiwa laki-laki, Xue Yui pun tak akan menyangkal kalau saat ini ia tengah dilanda rasa takut.

"Chen Lao" teriak Xue Yui

"Chen Lao! Mengapa lampunya mati?" Teriak Xue Yui panik dan juga ketakutan.

"Chen Lao!" Teriak Xue Yui untuk ke sekian kalinya.

"Ck, ke mana perginya Chen Lao? Biasanya ia akan selalu berada di mejanya" decak Xue Yui

"Sial, baterai ponselku tinggal 5 persen. Jika seperti ini, aku tidak dapat menggunakan senter ponselku" keluh Xue Yui

"Mana ruangannya gelap lagi, kalau seperti ini aku tidak biasa lihat apa-apa! Gerak saja susah, takut tabrak yang berujung aku yang kesakitan" dumel Xue Yui

Menghela nafas lelah, Xue Yui kembali menggerutu " Hari ini kok aku sial banget, dosa apa aku sampai harus ketimbang kesialan seperti ini"

Saat Xue Yui menunduk, seketika ada sebuah cahaya terang yang mengundang Xue Yui untuk mendongak dan mendapati sebuah pintu yang tampak bersinar terang dari luar. Dan seketika Xue Yui mengembangkan senyumnya, ia lalu melangkah tergesa menuju cahaya terang tersebut.

Xue Yui berpikir cahaya terang tersebut datang dari pintu utama ruang Arsip, tanpa merasa curiga sedikit pun ia mempercepat langkahnya hingga ia mencapai ambang pintu dengan perasaan lega.

"Ku pikir aku akan terjebak di dalam kegelapan yang menyelimuti ruang Arsip" kata Xue Yui lega.

"Chen Lao ter-" perkataan Xue Yui seketika terputus saat cahaya yang menyinari pintu mulai merengutnya dan menyelimuti seluruh tubuhnya.

Xue Yui menjerit saat merasakan cahaya yang menyelimutinya seakan mencabik-cabik tubuhnya dan membuatnya menangis dalam kesakitan.

'Apa yang terjadi?' Batin Xue Yui

'Mengapa cahaya itu seakan menyerangku?' Tanya Xue Yui

"To-olong!" Jerit Xue Yui terdengar memilukan

Rasa sakit yang Xue Yui rasakan semakin bertambah hingga membuat kepalanya terasa berat dan pusing. Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas dan pandangannya mulai buram, sebelum kesadarannya menghilang, Xue Yui masih mampu mendengar sebuah kalimat yang ucapkan oleh seseorang yang entah siapa.

'Ketika kau ditarik ke masa lalu, maka ada hal yang belum terselesaikan'

Kalimat itu terus menggema, hingga kesadaran Xue Yui lenyap ditelan kegelapan yang pekat dan menghantarkan hawa dingin yang menusuk hingga tulang.

'Sebenarnya, apa yang telah terjadi kepadaku?'

*****

Tahun 956 SM di sebuah kediaman besar yang ada di ibukota ZhaoChu kerajaan ZhaoYu dibawa pemerintahan Dinasti Zhao, tetapnya di kediaman mendiang jendral besar Huang Li Juan atau yang lebih di kenal dengan jendral besar Juan saat ini tampak sangat sepi dari luar gerbang kayu setinggi 2 meter tersebut.

Sayangnya pemandangan dari luar sama sekali tidak tampak sama dengan apa yang terjadi dari dalam kediaman.

Saat ini para penghuni kediaman dengan bangunan-bangunan besar nan mewah itu tengah berkumpul di aula leluhur keluarga Huang. Mereka semua tampak menunduk takut saat jendral besar Huang Li Shen yang merupakan putra Di (putra pertama dari istri sah) mendiang jendral Juan mengamuk dan mencerca mereka dengan luapan amarah.

"BERANI-BERANINYA ORANG RENDAHAN SEPERTI KALIAN MEMBUNUH PUTRIKU!" Teriak jendral Shen murka.

"Kakak pertama, anda salah paham" bela Huang Di Lu putra kedua Shu (anak pertama dari selir/istri kedua) mendiang jendral Juan.

"SALAH PAHAM?" Beo jendral Shen menekan setiap kata yang ia ucapkan sehingga semua orang yang mendengarnya mengigil ketakutan.

"KESALAH PAHAMAN APA YANG SAMPAI MEMBUAT PUTRIKU MENINGGAL, COBA KATAKAN?" teriak jendral Shen berang.

"Paman Lu, berhentilah menyangkal! Semua ini adalah kesalahan Huang Ru Mei, adik ketiga Ru Mei yang menyelakai mei-mei hingga seperti ini!" Kata Huang Qiu Lay yang merupakan putra kedua jendral Shen

"Kau jangan menuduh yang tidak-tidak, adik kedua!" Kata Huang Li Bao yang merupakan anak pertama dari Huang Di Lu

"MENUDUH?" beo Lay tidak terima

"KAKAK KEDUA JANGAN PIKIR AKU TIDAK MELIHAT PERBUATAN ADIK KETIGA! AKU MELIHATNYA DENGAN MATA KEPALAKU SENDIRI BAGAIMANA IA MENDORONG MEI-MEI KU HINGGA JATUH KE KOLAM, DI SANA BUKAN HANYA ADA AKU YANG MELIHATNYA TAPI ADA KAKAK KEDUA, NYONYA KEDUA CHEN RUI QI, PELAYAN PRIBADI ADIK KETIGA, PELAYAN DAN JUGA PENGAWAL PRIBADI MEI-MEI YANG KALIAN TAHAN UNTUK MENOLONG MEI-MEI-KU!" Kata Lay menggebu

"AKU MELIHAT SEMUANYA, BAHKAN KAKAK PERTAMA JUGA MELIHATNYA!" Tambah Lay

Wajah Huang Li Bao dan nyonya kedua Rui Qi seketika pucat pasif saat mendengar pengakuan Lay yang melihat aksi kejahatan mereka terhadap Huang Xue Na.

Nyonya kedua Rui Qi melirik jendral Shen sekilas sebelum buru-buru bersujud memohon maaf, ia bahkan membenturkan dahinya ke lantai saat melihat kabut gelap menyelimuti jendral Shen.

"Kakak pertama, adik iparmu ini memohon maaf dan belas asihmu!"

"Mohon ampuni kami" pinta Rui Qi memohon iba.

Suaminya Huang Di Lu jelas terkejut, ia tidak tahu penyebab kematian putri bungsu kakak pertamanya adalah perbuatan istri dan anak-anaknya. Saat ia baru pulang dari kantor pemerintahan kebudayaan, ia di kejutkan dengan kabar meninggalnya Xue Na juga kabar kepulangan saudara pertamanya. Namun siapa sangka penyebab kematian ponakannya di sebabkan oleh keluarganya.

Di sisi lain, keluarga rumah ketiga kediaman Huang sangat menikmati tontonan yang sungguh menarik ini. Kemalangan yang menimpa rumah pertama dan kedua jelas membawa kesenangan untuk rumah ketiga.

"Aku tak menyangka, Rui Qi nekat mengali lubang kematian untuk diri dan keluarganya" gumam Huang Chao Cai putra ketiga shu mendiang jendral Juan pada istrinya Liu Sun Mei.

Liu Sun Mei tersenyum miring dan berkata sambil mengelus perut buncitnya "kakak Rui Qi, memang seceroboh itu”.

Di saat semua orang yang ada di aula leluhur di landa ketegangan karena keheningan yang mencekam. Huang Xin Fai yang merupakan anak pertama jendral Shen, hanya mampu memeluk tubuh Xue Na yang telah dingin dan terbujur kaku.

Dalam diamnya ia terus merapalkan doa dan memohon pada Sang pencipta agar adiknya di beri kesempatan hidup dan membalas semua ketidakadilan yang selama ini ia rasakan tanpa sepengetahuan mereka.

Di luar, langit tampak bergemuruh dan awan hitam pekat mulai menyelimuti langit yang cerah siang ini. Angin kencang berembus hingga menciptakan badai kecil yang menyapu tanah dan dedaunan.

Semua penduduk ibukota ZhaoChu kerajaan ZhaoYu berbondong-bondong keluar dari kediaman mereka seraya menyaksikan kejadian yang menurut mereka tak lazim.

"Pertanda apa ini?!" Gumam seorang tetua yang pandai meramal.

Langit yang sedari tadi cerah kini telah di selimuti awan hitam yang tebal dan pekat, suara gemuruh bersahutan seakan mengertak hati semua orang yang mendengarnya.

Embusan angin kencang menyapu tanah dan dedaunan, serta menghempas segala benda hingga berjatuhan. Semua penduduk ibukota ZhaoChu kerajaan ZhaoYu berbondong-bondong keluar dari kediaman mereka seraya menyaksikan kejadian yang menurut mereka tak lazim.

"Pertanda apa ini?!" Gumam seorang tetua yang pandai meramal.

Orang-orang yang berada di sekitarnya menoleh dan menatap pria tua dengan perasaan takut, salah satu dari mereka pun kini bertanya dengan sedikit perasaan ragu "Peramal Meng, apakah ini pertanda buruk?"

"Aku tidak tahu!" Jawab peramal Meng "aku harus pergi" lanjut peramal Meng meninggalkan mereka.

Semua orang yang berada di sana hanya mengangguk dan membiarkan peramal Meng meninggalkan mereka yang masih melihat pemandangan yang membuat hati mereka terasa di gertak hingga gemetar ketakutan.

"Semua ini tidak akan terjadi, jika tak ada sebab akibat" gumam peramal Meng di sela sela langkahnya yang tergesa "langit hitam bergemuruh menandakan amarah dari orang yang teraniaya, angin kencang menandakan sebuah balasan. Entah apa yang akan terjadi, melihat langit berubah gelap tiba-tiba membuat pria tua ini merasa akan terjadi pertumpahan darah yang besar setelah ini"

Di sisi lain, di kediaman Huang. Tepatnya di aula leluhur, semua orang tak berani beranjak di bawah aura mengintimidasi serta aura membunuh yang jendral Shen pancarkan. Saat ini wajah jendral Shen sangat mengerikan, dan hal itu membuat Huang Di Lu meneguk salivanya susah.

"Kakak per-

"DIAM!" Bentak jendral Shen yang membuat nyali Huang Di Lu menciut.

"KESALAHAN KALIAN TAK MAMPU DI MAAFKAN!" Geram jendral Shen

"TIDAK ADA AMPUNAN BAGI KALIAN, DARAH HARUS DIBAYAR DENGAN DARAH, DAN NYAWA HARUS DI BAYAR DENGAN NYAWA!" lanjut jendral Shen yang membuat Ru Mei gemetar ketakutan dan berakhir pingsan.

Huang Di Lu tak mampu berbuat apa-apa. Ini adalah konsekuensi yang harus mereka terima. Saudara pertamanya bukanlah orang yang mudah apa lagi akan bersikap murah hati jika sudah menyangkut anak-anaknya. Dalam hati Huang Di Lu mengutuk dan menghujat istrinya dan anak-anaknya, rasa sombong dan juga arogan yang ada pada diri mereka membuat mereka buta bahwa apa yang mereka lakukan akan mengancam keselamatan mereka.

Jujur saja Huang Di Lu sudah merasa bosan dan enggan pada istrinya Rui Qi, Rui Qi memang wanita yang cerdas dan mampu mengelola keuangan kediaman Huang. Namun Huang Di Lu terlalu benci wanita cerdas yang suka mengatur dan mengekang seperti istrinya tersebut. Entah ia harus merasa senang dan bersyukur bisa lepas dari Rui Qi, setidaknya dengan ia bisa lepas dari istri yang suka mengaturnya itu, ia bisa leluasa membawa banyak gadis muda di kediamannya.

"Kakak ipar, a-apa yang anda katakan?" Tanya Rui Qi terbata.

"Ini tidak bisa! Ini tidak bisa terjadi. Ru Mei hanya sedang bercanda, Xue Na saja yang tidak mampu berenang! Ini tidak adil jika Ru Mei harus membayarnya juga dengan nyawa" teriak Rui Qi putus asa.

"WANITA JALANG! KAU MENYALAHKAN MEI-MEI-KU DAN BERKATA KEMATIAN MEI-MEI-KU ADALAH KESALAHANNYA SENDIRI KARENA IA TAK PANDAI BERENANG, KAU JUGA MENGATAKAN INI TIDAK ADIL JIKA ADIK KETIGA HARUS MEMBAYARNYA DENGAN NYAWANYA, LALU BANGAIMANA DENGAN MEI-MEI-KU? BUKANKAN INI LEBIH TIDAK ADIL LAGI UNTUK DIRINYA" Teriak Jendral Fai berang.

Ini adalah kalimat terpanjang yang keluar dari mulut jenderal Fai semenjak kedatangannya, sedari tadi ia hanya bungkam namun setelah mendengar perkataan Bibinya, amarah yang sedari ia tahan akhirnya meledak.

Mereka yang berada di aula leluhur semakin gemetaran, jendral Fai yang di kenal pendiam ternyata sangat menakutkan ketika sedang marah.

Huang Di Lu pun memberanikan diri berkata "Kakak pertama, anda bisa menghukum mereka. Adikmu ini sama sekali tidak peduli, asalkan semua ini selesai" kata Huang Di Lu acuh tak acuh dan hal itu membuat Rui Qi dan putranya Huang Li Bao terkejut.

"Tuan, apa yang anda katakan!" Teriak Rui Qi

"Ayah mengapa anda berkata seperti itu?" Tanya Bao tidak percaya dengan perkataan Di Lu

"APA? INI SEMUA PERBUATAN KALIAN! JANGAN MENYERETKU DARI MASALAH YANG KALIAN CIPTAKAN, KALIAN YANG BERBUAT MAKA KALIAN SENDIRI LAH YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB!" Geram Di Lu tidak senang.

Disaat keluarga kediaman kedua bersitegang, dalam pelukan jendral Fai. Tubuh Xue Na yang terbujur kaku dan dingin perlahan mulai melemas dan menghangat, tanda-tanda kehidupan pada gadis tersebut mulai tampak seiring dengan lenyapnya awan hitam pekat karena cahaya matahari yang bersinar sangat terang.