Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 - Mukjizat

Denyut nadi yang sempat hilang kini telah kembali, aliran darah dan nafas yang sempat terhenti kini telah mengalir dan berembus kembali. Dalam pelukan jendral Fai, gadis yang nafasnya telah terhenti itu kini mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jiwanya yang telah pergi kini telah terganti dengan reinkarenasinya dari masa depan.

Sebelum gadis itu sadar, Xue Yui yang kini menempati tubuh tersebut sempat mendengar sederet kalimat yang kembali terngiang-ngiang dalam benaknya.

'Semua yang terjadi di masa depan, akan selalu berhubungan dengan masa lalu'

'Suara itu!' Batin Xue Yui

Suara yang sama sebelum datang cahaya terang membakar dan mencabik-cabik jiwanya.

'Mengapa terdengar sangat Femilia?'

Kesadaran Xue Yui mulai terkumpul hingga ia mulai melenguhkah sebuah rintihan kecil yang menarik kesadaran jendral Fai sepenuhnya.

"Ugh!"

Jendral Fai kini menunduk dan mengamati saudari bungsunya, ia nyaris berteriak saking terkejutnya saat menyadari adik bungsunya kembali bernafas.

"Mei-mei"

"Mei-mei kau masih hidup?" Kata jendral Fai mengguncang tubuh mungil gadis itu pelan.

"A-apa yang terjadi?" Tanya Xue Yui parau.

"Xue Na, Xue Na kau masih hidup?" Tanya jendral Shen menghampiri putrinya dengan perasaan membuncah hebat.

"Terima kasih, terima kasih Sang maha pencipta, mei-mei ku kembali" kata Lay penuh syukur.

Semua yang ada di dalam aula leluhur tampak terkejut, pasalnya Xue Na telah meninggal sejak satu jam yang lalu. Namun sekarang mereka mendapati Xue Na kembali hidup, Sang pencipta sungguh sangat menyayangi nona muda Xue Na hingga memberinya kesempatan kembali hidup dan bernafas.

"Xue Na'er katakan apakah ada yang sakit?" Tanya jendral Shen memeluk putrinya sayang.

"Xue Na? Siapa Xue Na?" Tanya Xue Yui yang membuat semua orang terkejut.

"Apa maksudmu? Kamu adalah Xue Na yang kami maksud mei-mei" jawab Lay

Xue Yui mengerut keningnya dalam, ia jelas bingung menghadapi situasi yang ia alami sekarang. Saat matanya menjelajah sekitarnya, ia terkejut saat mengetahui pakaian orang sekitarnya tampak seperti pakaian orang - orang kerajaan zaman dulu. Ia semakin terkejut saat mendapati dirinya pun berpakaian sama.

Terkejut?

Bingung?

Dan, takut?

Semua perasaan itu bersatu padu dan menjadi satu kesatuan rasa yang saat ini ia rasakan.

Jujur saja, Xue Yui tidak pernah berpikir, apalagi berani membayangkan akan mengalami hal yang di luar nalar dan akal sehatnya.

Han Xue Yui tak tahu. Dan tak ingin tahu!

Apa yang baru saja terjadi?

Bagaimana bisa ia berada di tempat yang hanya pernah ia nonton di Tv?

Lalu, mengapa ia bisa ada di sini?

Sebab, ketika ia tahu semuanya, Xue Yui takut, takut dengan apa yang akan ia hadapi, takut dengan kenyataan yang akan ia lalui, dan ia sangat takut setelah sadar dengan apa yang ia hadapi dan lalui, semuanya berubah dan tidak akan sama lagi.

Selama ini ia tak percaya dengan perkataan sahabatnya yang selalu menyibukan diri dengan segala naskah novel sejarah, novel mengenai perjalanan seseorang kemasa lalu, novel historical fiction atau novel-novel kerajaan yang selalu ia baca selama menjadi editor di sebuah perusahaan penerbitan.

Selama ini ia hanya menganggap perkataan sahabatnya sebagai sebuah candaan, hal yang selama ini membuatnya mengeleng dan berkata bahwa sahabatnya sedang stress sehingga ia berilusi dan berhalusinasi tinggi.

Sejak dulu Xue Yui selalu percaya bahwa hal mustahil itu tidak akan pernah ada, namun hal yang sangat tidak ia percaya dan anggap mustahil itu kini harus ia alami. Di saat seperti ini, apa yang harus ia lakukan?

*****

Jendral Shen memilih memanggil seorang tabib untuk memeriksa keadaan Xue Na, sedangkan untuk pemberian hukuman pada adik ipar dan ponakannya sementara ia tunda. Saat ini di kediaman pertama keluarga Huang, Xue Yui yang saat ini telah berubah menjadi Xue Na menatap pantulan wajahnya di sebuah cermin besar setinggi dirinya. Di sana Xue Yui melihat dirinya berbalut baju hanfu yang terbuat dari sutra terbaik dan tampak pas di badannya. Xue Yui menatap pantulan dirinya, ia tak lupa berputar untuk mengamati dirinya sendiri.

Tidak ada yang aneh, semuanya masih sama dengan dirinya sebelum terseret di sini. Hanya bajunya saja yang berubah serta gaya rambutnya yang di kepang rapi dengan beberapa jempitan yang menghiasinya.

"Tidak ada yang berbeda!" Ucap Xue Yui setelah mengamati pantulan dirinya

"Aku masih tetap cantik, walaupun tampak masih pucat" tambahnya memuji diri.

Namun perasaan senang yang ia rasakan hanya sementara, kini perasaannya telah terganti dengan perasaan gelisah. Xue Yui tak mau tahu, dan tak ingin tahu apa yang terjadi sehingga ia bisa berada di sini.

Yang Xue Yui ingat ia sedang berada di ruangan Arsip tempatnya bekerja untuk menyimpan kelengkapan berkas nasabahnya. Siapa sangka? Kesialan dan kemalangan menimpanya hingga akhirnya membawanya kesini.

Xue Yui jelas masih memikirkan dua kalimat yang terus terngiang-ngiang di kepalanya, sebelum kesadarannya terangut ia masih bisa mendengarnya dengan jelas sebuah suara misterius yang tidak asing di telinga Xue Yui.

"Ketika kau tertarik ke masa lalu, maka ada hal yang belum terselesaikan!" Gumam Xue Yui mengulang kalimat yang sempat ia dengar.

"Apa maksudnya?" Kata Xue Yui bingung.

Seketika Xue Yui terkejut, matanya membulat dan mulut menganga lebar. Dengan cepat Xue Yui mendekap mulutnya dan bergumam "apakah ini dimasa lalu?"

"Tapi mengapa aku bisa di sini?"

"Sadarlah Xue Yui, bukannya kau telah meyakinkan dirimu untuk tidak tahu dan tidak ingin tahu?" Kata Xue Yui menyadarkan dirinya dan menepuk pipinya keras.

"Tapi jika aku tidak mencari tahu bagaimana aku bisa kembali?" Gumam Xue Yui.

"Argghhhttt!" Geram Xue Yui

"Aku tidak penasaran! Aku tidak akan penasaran! Peduli setan dengan masa lalu dan urusan yang belum terselesaikan. Aku tidak peduli, dan tidak mau peduli. Itu bukan urusanku!" Kata Xue Yui meyakinkan dirinya.

"Yah ini bukan urusanku!"

"Aku hanya perlu mencari cara dan jalan, bagaimana aku pulang"

Di sisi lain, tepatnya di aula leluhur kediaman utama Huang. Huang Di Lu dan keluarga kediaman kedua masih betah berada di sana, walaupun para penghuni kediaman Huang lainnya telah pergi sedari satu jam yang lalu.

Saat ini Huang Di Lu menatap Rui Qi, istrinya dengan tatapan membunuh. Bagaimana tidak, perlakuan Rui Qi sudah melampaui batas dan nyaris menyeretnya dan membuat karir yang selama ini ia daki akan runtuh dan jatuh.

"APA YANG SELAMA INI KAU AJARKAN PADA PUTRA DAN PUTRIMU, RUI QI? MENGAPA KALIAN MELAKUKAN TINDAKAN CEROBOH YANG NYARIS MEMBUAT KALIAN MATI, JIKA SAJA XUE NA TIDAK KEMBALI SADARKAN DIRI! AKU TAK YAKIN, KAKAK PERTAMA AKAN MEMBIARKAN KALIAN TETAP HIDUP" Cerca Huang Di Lu.

"APA YANG TUAN KATAKAN? LI BAO DAN RU MEI JUGA ANAK TUAN!" Geram Rui Qi mengingatkan Di Lu bahwa putra dan putrinya bukan hanya anaknya, tapi anak Huang Di Lu juga.

"ANAK? MEREKA BUKAN ANAKKU! AKU TIDAK PERNAH MENGAJARKAN MEREKA MENYULUT API, MENAMBAH MINYAK DAN MEMBAKAR DIRI MEREKA SENDIRI SEPERTI YANG KAU AJARKAN!" Balas Huang Di Lu

Pada dasarnya, sikap Huang Di Lu memang seperti ini. Ia hanya akan menganggap kedua anaknya, ketika keduanya membawa prestasi yang membanggakan. Namun apabila kedua anaknya membawa malu serta aib, Huang Di Lu tidak akan menganggap kedua anaknya dan semua kemarahan dan kekesalannya selalu ia lemparkan pada istrinya, Chen Rui Qi.

Pada dasarnya, seorang istri bukan hanya melayani suami, tapi juga mendidik anak-anak mereka serta mengelolah keuangan dengan baik. Sedangkan seorang suami hanya bertugas menafkahi dan memenuhi kebutuhan keluarganya dengan bekerja. Peraturan yang entah dari mana asal dan usulnya tersebut sudah ada sejak dulu, bahkan peraturan tersebut seakan sudah menjadi hukum alam di mana wanita selalu berada di bawah pria.

"HAMBA TIDAK PERNAH MENGAJARKAN HAL ITU KEPADA MEI'ER!" Bantah Rui Qi

"JIKA KAU TAK MENGAJARKANNYA, MENGAPA IA BISA MENCELAKAI XUE NA HINGGA NYARIS MATI!" Bentak Di Lu.

"DAN MENGAPA KALIAN HANYA MELIHAT TANPA NIAT MEMBANTU XUE NA, DAN MEMARAHI SERTA MEMBERI HUKUMAN RU MEI!" Jeda Huang Di Lu "AKU TIDAK TAHU, HAL APA SAJA YANG PERNAH KALIAN PERBUAT PADA XUE NA. TAPI JIKA KAKAK PERTAMA MENYELIDIKI SEMUA PERLAKUAN BURUK KALIAN SELAMA INI, AKU TEGASKAN KEPADA KALIAN BERTIGA UNTUK TIDAK PERNAH MENYERETKU DALAM MASALAH YANG KALIAN BUAT!" Tambahnya dengan nada mengancam.

"Ayahanda, anda tidak bisa seperti itu!" Kata Ru Mei

"AYAHANDA! KAMI ADALAH TANGGUNG JAWA ANDA, MENGAPA ANDA TEGA DAN KEJAM SEPERTI INI KEPADA KAMI?" Tanya Huang Li Bao tidak terima.

"KALIAN MEMANG TANGGUNG JAWABKU, TAPI MASALAH YANG KALIAN BUAT SENDIRI ADALAH TANGGUNG JAWAB KALIAN!"

*****

Di saat rumah pertama kediaman Huang sibuk mengurus Xue Na yang kembali terbangun pada saat dirinya telah mencapai ambang kematian, dan rumah kedua kediaman Huang tengah mendapat kemarahan Huang Di Lu. Maka rumah ketiga kediaman Huang tampak sangat santai dan juga sangat senang sehingga menikmati kemalangan yang menimpa rumah pertama dan rumah kedua alami.

Secara naluriah, semua rumah yang ada di kediaman utama Huang selalu bersaing secara sembunyi-sembunyi. Mereka tidak pernah saling akur satu sama lain, walaupun tinggal di kawasan yang sama.

Huang Li Shen yang merupakan anak pertama dari istri sah mendiang jendral besar Juan, memiliki sifat dan sikap yang sama dengan mendiang jendral besar Juan. Sedangkan Huang Di Lu yang merupakan anak kedua dari seorang selir memiliki sifat yang tidak beda jauh dari mendiang selir pertama jendral besar Juan. Berbanding terbalik dengan keduanya, Huang Chao Cai sama sekali tidak menuruni sikap dan sifat mendiang jendral besar Juan yang cerdas, pemikir dalam, tegas, kejam dan berwibawa, atau sikap dan sifat mendiang ibunya yang lemah lembut, cerdas serta licik.

Huang Chao Cai terkesan santai dan masa bodoh, ia tidak pernah ingin bersusah-susah menjilat banyak orang demi merangkak naik dan membuat posisi dan jabatannya semakin tinggi seperti yang di lakukan Huang Di Lu. Ia juga tak ingin bersusah payah melatih dirinya cukup keras, bertarung dengan para musuh dan mempertaruhkan nyawanya demi mempertahankan keamanan dan melindungi rakyat dan kerajaan seperti yang di lakukan Huang Li Shen.

Huang Chao Cai menikmati hidupnya yang lebih memilih menikmati hasil jerih payah mendiang ayahnya dan juga kedua saudaranya, sebab ia tak ingin membuang-buang tenaganya untuk hal yang percuma dan menurutnya sia-sia.

Hanya dengan prestasi kakak pertama dan kakak keduanya, semua menteri dan pejabat lain akan menghormatinya juga sebab ia juga dari keluarga yang sama. Terlebih sekarang kedua ponakannya, Huang Xin Fai yang kini menjabat sebagai jendral dan Huang Qiu Lay yang saat ini meraih prestasi besar sebagai perdana menteri peringkat senior pertama membuat nama keluarga Huang semakin tinggi dimata kalangan rakyat dan bangsawan.

Walaupun awalnya Huang Chao Cai amat sangat iri dengan prestasi dan pencapaian kedua putra dari kakak pertamanya, namun setidaknya ia patut bersyukur, sebab berkat mereka semua orang tidak lagi memandangnya rendah.

"Kapan terakhir aku merasa sesenang ini?" Gumam Huang Chao Cai.

*******

Xue Yui, atau sekarang telah berubah nama menjadi Xue Na hanya menatap malas tabib yang tengah mengobatinya. Setelah mengobati Xue Na dan memberi resep obat, tabib tersebut lantas pamit undur diri setelah mendapat bayaran. Sebelum tabib pergi, ia lebih dulu menjelaskan kondisi Xue Na. Tabib itu berkata, tidak ada luka yang parah, hanya ada beberapa luka kecil dan goresan yang akan hilang setelah di beri salep. Namun Jendral Shen terus bersikukuh memerintah tabib tersebut memeriksanya berulang kali, hingga jawaban tabib itu memuaskan.

Sayang ada hal yang belum tabib itu mengerti, mengenai keluhan jendral Shen yang mengatakan putrinya melupakan namanya sendiri, selain namanya ia juga melupakan keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Saat tabib memeriksanya beberapa waktu yang lalu, tabib sama sekali tidak menemukan luka atau lebam hasil benturan keras yang membuat Xue Na lupa ingatan. Mungkin saat ini Xue Na terlalu terkejut hingga sistem syaraf otaknya belum bekerja secara maksimal.

Xue Yui, ah maksudnya Xue Na hanya mampu menghela nafas lelah. Ia tak habis pikir, mengapa jendral Shen yang merupakan ayahnya di masa ini bersikukuh untuk memeriksa apakah ia hilang ingatan atau tidak. Nyatanya hal yang jendral Shen lakukan adalah kesia-siaan, sebab ia sama sekali tidak hilang ingatan, ia hanya tak tau apa-apa dan jelas tidak ingin tahu apa - apa. Saat ini Xue Yui hanya ingin fokus mencari cara agar ia bisa kembali pulang ke masanya. Ia yakin, orang-orang suruhan keluarganya dan orang-orang terdekatnya sedang khawatir mencarinya.

"Aku ingin pulang!"

Saat ia berniat mencari jalan untuknya pulang, Xue Yui atau sekarang berubah menjadi Xue Na putri dari jendral Shen yang merupakan keluarga kemiliteran dari kerajaan ZhaoYu. Tampak tertidur pulas di atas peraduannya. Memikirkan banyak hal membuat Xue Na kelelahan dan berakhir tertidur di atas peraduannya, selepas jendral Shen dan kedua saudaranya pergi dari pavilium miliknya.

Saat Xue Na terbangun, hari sudah gelap. Hal itu sudah jelas memberitahukan kepada Xue Na, bahwa hari telah beranjak malam. Dengan malas, Xue Na beranjak menuju permandian yang ada di samping kamarnya. Ia butuh membersihkan diri dan menjernihkan pikirannya, setelah itu ia akan pergi ke perpustakaan kediaman Huang seraya mencari jawaban. Mungkin saja, apa yang ia cari bisa ia dapatkan di sana.

Malam ini suasana rumah pertama kediaman Huang tampak masih sangat ramai, hal itu di karenakan banyaknya prajurit-prajurit yang masih berlatih di bawa ajaran dan bimbingan jendral Shen dan gege pertamanya Xin Fai.

Xue Yui melewati sekumpulan prajurit, hal yang sungguh sangat mengejutkan dan mencuri perhatian dengan pandangan penuh kekaguman dan rasa penasaran semua prajurit lemparkan. Xue Yui sudah terbiasa mendapat pandangan seperti itu, namun mengapa semua prajurit tidak melepas pandangannya bahkan saat Xue Yui telah menghilang di balik pintu perpustakaan rumah pertama.

Tak ingin memikirkannya terlalu jauh, Xue Yui lebih memilih menyelusuri rak-rak buku yang berjajar rapi setelah para penjaga pintu perpustakaan mempersilahkan Xue Yui untuk masuk. Tidak ada hal yang istimewa di dalam perpustakaan, semua buku yang ada di sana hanya mengenai strategi perang, sejarah perang, dan semuanya hanya berbau perang. Selain itu hanya ada beberapa buku mengenai pemerintahan, buku kesenian dan budaya, dan terakhir beberapa novel romansa yang hanya mampu di hitung jari.

"Mengapa tak ada satu buku pun yang memberiku jawaban mengenai bagaimana aku bisa pulang?" Gerutu Xue Yui yang ada dalam tubuh Xue Na.

Xue Yui telah mencari dan membaca beberapa buku secara acak, namun tak ada satu bukupun yang memberinya jawaban. Sedari tadi Xue Yui terlalu berharap, mungkin ia bisa menemukan sesuatu yang bisa memberinya kunci bagaimana ia bisa pulang kedunianya, sayang harapan yang ia bangun membuat dirinya sendiri jatuh kedalam keputus asaan.

Xue Yui terduduk lemas di atas lantai perpustakaan yang mulai mendingin dikarenakan udara malam akhir musim gugur telah bercampur dengan hawa dingin awal musim dingin. Xue Yui tak peduli dengan rasa dingin yang menusuk hingga tulangnya, saat ini ia hanya ingin pulang kerumahnya.

Xue Yui sadar, penyesalan memang selalu datang belakangan. Disaat ia berada di masa lalu, saat ini juga ia mengenyesal pergi meninggalkan rumahnya lantaran kecewa dengan Papanya yang kabarnya akan kembali menikah dengan wanita yang sangat Xue Yui benci sedari pertama ia bertemu.

Xue Yui menangis. Ia menangis dalam diam, seraya meratapi nasib dan penyesalan yang memukulnya secara bertubi-tubi sehingga membuatnya amat sangat sesak.

Saat Xue Yui terus menangis tanpa mempedulikan sekitarnya, tanpa ia sadari semua penerang yang ada di perpustakaan telah padam. Suara langkah terdengar mendekati Xue Yui yang masih memeluk kedua lututnya dan membenamkan kepalanya di sela-sela pelukannya.

Suara langkah kaki itu terhenti tepat di hadapan Xue Yui, sedangkan Xue Yui sama sekali tidak menyadari hal itu.

"Bukankah sudah ku katakan, keberadaanmu di sini karena ada hal yang belum terselesaikan?"

Seketika Xue Yui mendongak dan menatap sosok yang ada di hadapannya dengan mata sembab, namun tak berselang berapa lama, mata sipit Xue Yui yang semakin sipit kini terbuka lebar.

"Ka-kau --"

"Mirip dengan mu?"

"Hal ini jelas tidak salah, sebagian jiwaku ada pada dirimu! Walaupun marga dan akhiran nama kita berbeda, kau tetap saja adalah separuh dari aku, dan aku adalah separuh dari kamu" jelasnya yang membuat Xue Yui bingung.

"Intinya kamu adalah reinkarenasi sebagian jiwaku di masa depan" jelasnya yang membuat Xue Yui terkejut.

"A-apa?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel