Dua
Ini hari pertama Mia bekerja. Dirinya begitu bersemangat dan tidak sabar untuk menjalani hari ini.
Setelah lulus kuliah, akhirnya Mia bisa merasakan fase baru dalam hidupnya. Fase yang kata orang sulit dan melelahkan.
Mia menggunakan rok span selutut dan blouse berwarna navy. Hari ini Kaivan masih berbaik hati untuk mengantarnya, jadi Mia bisa hemat ongkos.
Sesampainya di kantor, Mia langsung diberitahu untuk segera menemui Chandra.
"Iya, Pak?" Tanyanya saat memasuki ruangan Chandra. Rasanya aneh memanggil Chandra dengan kata-kata itu, tapi ya mau bagaimana lagi. Sekarang kan lelaki itu bosnya.
"Sini, kamu saya buatin absen finger dulu."
Mia mengikuti arah langkah kaki Chandra di depannya.
"Jempol kanan kamu." Mia menempelkan jempolnya pada mesin absen, namun entah bagimana gagal.
"Sorry." Chandra menekan jempol Mia hingga akhirnya berhasil.
"Udah ya, Pak?"
"Iya. Sekarang saya kenalin dulu satu-satu."
Chandra berdiri di depan bilik-bilik para karyawan duduk.
"Selamat pagi," suaranya yang berat langsung membuat para karyawan mengalihkan perhatiannya dan menatap Chandra.
"Jadi hari ini kita punya rekan baru, namanya Mia. Mungkin dia akan bantu-bantu kita dibidang admin. Saya harap kerjasamanya ya." Lanjutnya, "Nah Mia, ini rekan-rekan kamu sekarang. Namanya kamu kenalan sendiri aja nanti. Lalu kamu duduk disebelah vinka ya, sekaligus dia yang akan bantu kamu."
Kesan pertama yang Mia dapati dari kantor ini beserta orang-orangnya adalah nyaman. Jobdesk Mia juga tidak terlalu sulit dan bisa dirinya mengerti.
Saat sedang memfotokopi berkas, Mia kaget karena ada sosok yang tiba-tiba berdiri di belakangnya dan menepuk pundaknya. Mia semakin kaget saat yang dilihatnya adalah Chandra.
"Kenapa?"
"Ke ruangan saya."
Entah kenapa, aura Chandra sangat berbeda saat sedang di kantor. Lelaki itu begitu tegas dan dominan. Sangat berbeda dengan Chandra yang sering main ke rumahnya.
"Permisi, Pak." Mia masuk setelah mengetuk pintu.
"Masuk, tutup pintunya."
Chandra menatap Mia sambil menarik napas. "Besok-besok, kamu jangan pakai rok lagi, bisa?"
"Iya? Gimana, Pak?"
Sebenarnya Chandra tidak mau mengatakan hal ini, tapi ia juga tidak mau adik sahabatnya ini jadi tontonan gratis laki-laki.
"Besok kamu gak boleh pakai rok, apalagi sambil fotokopi kayak tadi."
"Kenapa, Pak?"
"Paha kamu kemana-mana. Sampe kelihatan short pants kamu."
Benar saja dugaan Chandra, Mia langsung bersemu ketika mendengar dirinya mengatakan hal tersebut. Kalau Mia bukan adik sahabatnya, Chandra sih bodo amat. Tapi kan, Mia ini berlian milik Kaivan yang kalau lecet bisa menimbulkan kemurkaan. Makanya Chandra berhati-hati sekali.
"O-oke.."
"Bukan saya mau menjatuhkan kamu, enggak. Tapi kalau kamu kenapa-napa nanti Kai pasti langsung cari saya."
"Baik, pak." Mia ingin segera pergi dari hadapan Chandra, sumpah wajah miliknya sudah semerah tomat karena malu.
Chandra juga menyadari gelagat Mia yang ingin segera keluar, tapi lucu juga melihat wajahnya yang bersemu seperti itu.
"Boleh saya keluar, Pak?" Pertanyaan Mia langsung memecahkan lamunan Chandra, "oke silakan. Jangan lupa ucapan saya."
***
Hari pertamanya bekerja cukup lancar menurut Mia, hanya ada satu kejadian yang merusak kesempurnaan harinya. Iya masalah fotokopi tadi, rasanya Mia ingin menenggelamkan diri saat mengingat kejadian tersebut.
"Kak, jemput gue gak?"
"Gue lembur dek." Jawaban Kai membuat Mia langsung merengut.
"Yah, lama gak?" Tanya Mia lagi.
"Lama lah. Kalau sebentar mah bukan lembur namanya, naik ojek aja deh ya."
"Mau ujan, Kak." Bukannya Mia tidak mau naik ojek, tapi langit sore ini sudah cukup mendung dan Mia yakin beberapa saat lagi pasti akan hujan.
"Terus gimana? Naik grab car? Eh Chandra udah balik belum?" Mia menyerit, kenapa tiba-tiba menanyakan Chandra, kan sekarang mereka sedang membicarakan transportasi yang akan Mia gunakan untuk pulang.
"Belum kayaknya."
"Yaudah."
Yaudah? Mata Mia membulat sempurna saat panggilannya terputus begitu saja. Wah, Kai berani-beraninya memperlakukan Mia seperti ini. Liat saja nanti di rumah, semua earphone dan powerbank Mia akan dirinya rampas kembali dari tangan Kai.
Saat Mia sedang menyusun berbagai macam rencana untuk membalas Kai, telepon yang ada di mejanya berbunyi.
Siapa yang menelepon sore-sore begini?
"Halo?"
"Iya, Mi. Kamu pulang sama siapa?" Mia berpikir sejenak untuk mengenali suara ini.
"Ini siapa?"
"Chandra. Kamu pulang sama saya, tadi Kai telepon gak bisa jemput."
"Gimana?"
"Kamu turun duluan sekarang, entar ketemuan di parkiran belakang. Kamu tau mobil saya kan?" Bodohnya Mia menggeleng saat mendengar pertanyaan tersebut.
"G class, warna abu. Turun sekarang, saya nyusul lima menit lagi."
Mia akhirnya menuruti ucapan Chandra dan segera bergegas turun.
Lo ngapain nyuruh Chandra sih
Nyebelin
Hehe, your welcome
Tapi ati2, doi udah ga fresh lagi
Anak 1
Bodo
Saat ingin melihat balasan dari Kai, sosok Chandra sudah nampak di sampingnya.
"Ayuk."
Kalau bukan karena ucapan Kai dan tidak enak menolak Chandra, Mia ogah deh pulang bareng.
Mia merasa merepotkan orang lain. Kalau Kai mah memang sudah seharusnya direpotkan, tapi kan Chandra tidak.
Sekitar dua menit setelah Mia berada di dalam mobil, rintik hujan langsung turun dengan deras.
"Kamu umur berapa, Mi?"
Mia menoleh dan menatap Chandra sebentar. "22 pak, Bapak?"
Chandra entah kenapa terkekeh. "Kalau diluar gak usah panggil, Pak. Itu buat di kantor aja kok. Saya 30, tua ya?"
"Emang beda berapa tahun sama Kai?"
"Dua kayaknya. Dia adek tingkat saya waktu kuliah."
"Oh.." Mia masih bingung harus menanggapi apa, masalahnya ini pertama kali dirinya mengobrol berduaan dengan Chandra.
Ponsel Chandra berbunyi disela-sela keheningan yang tercipta di mobil.
"Iya? Ini Papi lagi jalan pulang."
"Hujan sayang. Naira mau apa nanti Papi beliin."
"Ya engga dong. Kan Papi naik mobil, kalau naik naga baru langsung sampe."
"Oke, princess. Love you."
Tanpa sadar Mia mengamati Chandra sejak lelaki itu berbicara di telepon tadi. "Anak saya, tau kan?"
"Oh, iya hehehe."
"Dia walaupun masih kecil, udah tau jam saya pulang makanya suka teleponin." Kata Chandra menjelaskan.
"Di rumah sama siapa, Kak?"
"Sama mba. Suka kasihan sebenernya, tapi mau gimana lagi kan?"
Mia tidak ingin bertanya lebih jauh lagi karena menurutnya itu akan sedikit lancang, apalagi Mia mengetahui apa yang terjadi dengan pernikahan Chandra. "Oh gitu.."
"Pernah sih kepikiran cari Mami buat dia, tapi saya gak suka cewek."
Mia langsung menatap Chandra penuh tanya dan kaget. Maksudnya?
Chandra tertawa melihat ekspresi Mia yang begitu terkejut. "Engga, saya gak homo. Tapi saya gak suka cewek jaman sekarang, kebanyakan mau sama saya nya doang. Anak saya gak mau, padahal kan kalau mau sama saya harus mau sama anak saya juga. Iya gak sih?"
