Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

10. Kabur Dari Rumah

Shaenette pov

Ku amati wajah teman-teman ku satu persatu, wajah yang sudah berteman dengan baik denganku di sekolah ini, apalagi sahabat baikku Diandra.

Aku dan Sanee gak satu sekolah, dia sekolah di SMA dekat rumah, sedangkan aku memilih bersekolah di dekat rumah Granny di Bandung.

"Lo jadinya mau lanjutin kuliah dimana Shae?"

Ku tersadar dari lamunanku, aku menoleh kearah Diandra yang sedang sibuk bertandatangan dengan teman-teman yang lainnya.

"Hmm ... gak tahu"

Ku edarkan pandanganku kearah gadis tembus pandang di dekat toilet. Bisa dibilang dia hantu penunggu toilet di sekolah ini.

"Gue ke toilet dulu"

"Mau ketemu si hantu itu"

Ku berjalan menuju toilet perempuan. Tidak perlu kaget karena Diandra sudah tahu kalau aku seorang indigo. Bahkan aku sering bercerita dengannya mengenai beberapa hantu di sekolah. Yang paling akrab denganku adalah si penunggu toilet ini.

"Haiy manusia"

Ku putar bola mataku malas, selalu seperti ini. Ku duduk di dekat wastafel dan memandangnya yang terlihat tembus pandang di depanku.

"Senang eh sudah selesai SMA"

Dia terlihat sedih. Aku tahu dia pasti mengingat masa-masa hidupnya dulu.

"Ya gitu deh, elo gimana bisa mati sih?"

Dia tertawa, tawanya sungguh membuat bulu kuduk merinding disko.

"Oke. Dulu gue pulang paling akhir di sekolah ini karena pacaran lebih dulu sama Andre pacar gue, terus waktu gue jalan ke toilet, gue lihat tukang kebun lagi mabuk, dia terus seret gue ke sini dan gue di perkosa"

Dia mulai menangis, tangisannya terdengar menyakitkan di telingaku. Aku tahu bagaimana sedihnya dia.

"Dan gue dibunuhnya. Gue di gantung di pintu itu"

Tunjuknya pada pintu utama toilet. Aku merasa merinding disko rasanya.

"Kejadiannya kapan?"

Dia tertawa yang terdengar sangat menakutkan. Ku pejamkan mataku kala sekelebat bayangan saat dia digantung itu terlintas di mataku.

"Udah sekitar 20 tahun yang lalu. Padahal teman baik gue Lea sudah mengingatkan gue saat itu. Tapi dasarnya gue yang nakal dan berakhir penyesalan selama ini"

"Shaeeee"

Teriakan cempreng dari Diandra membuat geram Devi. Dia sudah kembali ke mode marah. Gawat.

"Tante, gue balik pulang ya. Ntar kalau gue ketemu sama tante Lea, gue sampein salam tante"

Dia tersenyum, lalu aku segera pergi dan menyambar tangan Diandra sebelum terjadi hal-hal yang bisa mencelakakan dirinya.

???

Aku melihat mobil Daddy ada disana. Aku berlari masuk ke dalam rumah dan melihat Daddy sedang duduk bersama Granny, di sana ada Mommy dan juga Sanee. Ku peluk mereka bergantian.

"Shae"

Daddy mendekatiku, membelai rambutku dengan sayang. Aku memilih bersekolah disini karena kesibukan Daddy dan Mommy yang sebagai dokter selalu menyulitkan diriku untuk bertemu dengan mereka. Hanya Sanee yang bertahan disana bersama pembantu.

"Kuliah kedokteran ya nak. Daddy ingin lihat kamu menjadi dokter"

"No way. I don't like being a doctor Dad"

"Why?"

"Daddy gak bakalan ngerti. Waktu menjadi dokter itu menyiksa ku Dad, kebersamaan ku dengan Daddy dan Mommy menyiksaku membuatku sulit bertemu kalian"

"Tapi nak, sebagai dokter kamu bisa menolong mereka--"

"Dan menyaksikan bagaimana mereka meninggal"

Potongku langsung membuat Mommy melototi diriku. Aku sudah muai dengan pembicaraan ini.

"Mommy dan Daddy gak tahu bagaimana perasaan ku. Aku nggak suka melihat orang meninggal dan aku gak suka melihat mereka yang berkeliaran sebagai wujud berbeda, yang bisa sebebasnya terbang dan menembus dinding. Semuanya ada di rumah sakit dan aku benci itu"

Aku menuju kamarku dan menutupnya keras. Ku benamkan wajahku di bantal dan menangis terisak disana.

Kenapa sih Daddy dan Mommy selalu memaksaku untuk menuruti keinginannya, menuntutku menjadi seperti mereka.

Tring

Aunty Marcella

Le cordon blue buka pendaftaran Shae

Yes Inilah jalan keluarnya.

Shaenette

Aunty tolong daftarkan aku disana, aku akan beli tiketnya untuk kesana segera

Aunty Marcella

Okay Shae sayangnya Aunty

Ku hapus air mataku dan tersenyum lebar. Ini adalah impianku menjadi chef terkenal dengan lulusan dari Le Cordon blue. Sempurna.

Ku kemasi barang-barangku di ransel, ku pesan tiket untuk ke Inggris besok pagi. Pagi sekali aku harus berangkat tanpa memberitahu mereka semua.

???

Aku sudah berdiri di depan jendela. Suratku untuk Mommy dan Daddy sudah ku tempelkan di kaca kalau-kalau mereka akan mencariku.

Ku lempar ranselku keluar jendela, ku lompat jendela dan berjalan mengendap-endap agar sampai ke pagar, dan ku buka pelan saat ku lihat Bi Iyah keluar untuk membuang sampah.

Ku berlari secepat kilat agar sampai depan kompleks dan segera memesan taksi online agar sampai ke bandara secepatnya.

Ku pejamkan mataku kala mengingat bagaimana isi surat yang aku tujukan untuk Mommy dan Daddy ku.

Dear Mommy and Daddy

I'm so sorry

Maaf aku gak bisa menjadi dokter yang kalian impikan. Aku harap dengan aku yang mengejar mimpiku ini kalian bisa paham bagaimana perasaan ku selama ini.

Shaenette

???

Aiden memandang hapenya yang tengah berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk dari Ana. Aiden menghentikan kegiatannya dari mengecek beberapa dokumen tentang laporan keuangan restoran ini.

Chef Ana 

Ada 10 peserta yang lolos, kita akan seleksi kembali, sampai menjadi 1 untuk menjadi perwakilan

Aiden Luwiston

Oke, kirim aja dulu nama pesertanya 

Chef Ana

Daranita

Fanda

Udin

Barawa

Awali

Tata

Rewa

Rizal

Tuta

Andara

Mata Aiden berbinar saat nama Andara tertulis di sana. Aiden selalu berdoa, semoga keberuntungan menyertai Andara. Jadi dia bisa magang secara real di restoran, dan bisa bertemu dengannya.

Aiden kembali menekuni pekerjaannya ini, karena sebelum jam makan siang, dia harus segera pergi syuting.

Semuanya sudah beres, waktunya dia berangkat. Mempercayakan restorannya pada Manager. Dia harus pergi sekarang juga.

Menjalankan mobil suv miliknya, dia mulai mengarahkannya ke arah rumah Andara. Entah kenapa, dia ingin sekali melihat Andara di sana, walau sekedar lewat saja.

Di sana Andara baru saja keluar dari mobil sedan warna hitam, di ikuti oleh Rendy.

Aiden berhenti di seberang jalan, dia ingin memantau lebih jelas apa yang mereka bicarakan.

”Harusnya kamu bersikap dewasa Dara, harusnya kamu tahu diri, jangaj kegatelan!” Andara menganga seperkian detik saat kejulidan menyertainya.

Tangan Andara melayang di udara, niat hati dia ingin mencekik leher panjang milik Rendy. Kalau tidak ingat membunuh itu haram, dia pasti benar-benar akan melayangkan nyawa Rendy saat ini dengan senang hati.

”Fix, mata lo siwer Pak Tua! Gue di kasih ya bukan meminta, lo ngerti gak artinya di kasih? perlu kamus EYD nggak?” Aiden rasanya ingin tertawa mendengar Andara menyebut Rendy Pak Tua.

”Aku belum tua Dara!” desisnya tidak terima.

”Umur tiga puluh tahun belum tua? Astaga Bapak, kita beda sepuluh tahun kalau Bapak lupa. Udah ah, gue mau masuk, lo pergi!”

”Dara!”

Andara mengacungkan jari tengahnya dan segera berlari masuk ke dalam rumah. Dia butuh penyegaran untuk hatinya yang panas karena kejulidan Rendy.

Aiden menutup kaca mobilnya dan tertawa terbahak-bahak, dia bahkan benar-benar terhibur atas apa yang di lakukan Andara pada Rendy saat ini.

Tiba di lokasi syuting pun, Aiden masih bisa memamerkan senyumnya ini. Dia bahkan tidak jarang menyapa kembali para kru yang menyapanya.

Aiden yang irit senyum pun, hari ini berubah menjadi murah senyum. Hatinya terlalu gembira saat melihat sendiri apa yang dilakukan Andara tadi. Andara ... ah kenapa rasanya jadi kangen sama dia.

***

Andara berdiri kokoh di depan Papanya, dia harus meminta bantuannya. Kepada siapa lagi dia harus meminta selain Papanya. Andara beringsut duduk di sampingnya, lalu merebahkan kepalanya di bahu pria paruh baya itu.

”Dara mau curhat sama Papa.” Papanya mengangguk, dia menutup koran yang dia baca dan menangkup wajah anak bungsunya itu.

”Papa siap dengerin curhatan kamu 24 jam.” Andara terkekeh, lalu menceritakan segalanya. Hubungan antara dia dan Rendy yang sudah mulai membuatnya jengah.

Apalagi tadi Rina ingin mengajaknya pergi memilih cincin pertunangan. Ini sudah membuat Andara mulai gila. Dia tidak ingin bertunangan ataupun menikah dengan Rendy. Ini sudah cukup.

Andara menolak keras apa yang diminta Rina. Apalagi Rendy dengan sengaja datang, saat Andara beralasan ujian susulan. Dan saat Rendy tiba, Andara sedang ngobrol bersama teman laki-lakinya yang dengan sengaja memberikan sebuah coklat padanya.

Andara hanya menerima bukan meminta. Tapi itu tidak berpengaruh pada Rendy. Yang Rendy lihat adalah Andara menerima coklat itu dari laki-laki lain. Adakah yanh punya golok buat tebas leher Rendy sekarang. Dia benar-benar sudah di batas ambang kesabaran menghadapi Rendy.

”Dara ingin benar-benar putus dari Rendy, Pa. Dara minta tolong sama Papa, tolong bantu Dara!” Tangannya menggoyangkan lengan Papanya sekilas.

”Oke. Kita bicarakan ini sama Mama kamu ya!” Andara bersorak gembira.

Dia menguatkan kembali hatinya, jika nanti Mamanya akan kecewa padanya, karena sudah menolak anak dari teman baik Mamanya. Andara duduk di depan Mamanya, menggenggam tangan wanita paruh baya itu. Tangan ini yang sudah mengajarinya banyak hal, dan tangan ini pula yang sudah mengantarkan dia hingga menjadi seperti ini.

”Dara minta maaf Ma, Dara mau putus sama Rendy.”

Setelah kalimat itu dia ucapkan, tidak ada reaksi apapun dari Mamanya, hingga Andara menatap Mamanya yang tersenyum padanya. Andara masih bingung menerima dengan jawaban Mamanya. Satu anggukan dari Mamanya telah menjawab kebingungannya.

”Putus aja. Mama udah tahu kebusukan Rendy,

Ah benar, Rendy memang busuk. Dia jalan dengan sekretarisnya sendiri di depan mata Andara. Ah bukan, lebih tepatnya adalah Andara tidak sengaja tahu, Rendy bermesraan dengan sekretarisnya. Andara hanya ingin putus dari Rendy, itu saja.

Tapi ternyata, Mamanya juga mengetahui kebusukan Rendy. Dan Andara bisa bernapas lega, karena dia tidak bersalah dalam hal ini. Dan jalan selanjutnya adalah, memutuskan Rendy.

***

Rendy sedang berkutat dengan laporan bulanan yang mampu membuatnya di dera pusing kepala. Ada ketidak cocokan angka yang membuatnya ingin murka detik ini juga. Tapi suara pintu ruangannya yang terbuka, membuatnya urung melakukan hal itu.

Di sana berdiri seorang wanita dewasa yang cantik dan sangat anggun. Dia adalah mantan pacar Rendy. Perempuan yang sangat dia cintai, yang meninggalkan dirinya begitu saja saat karir wanita itu menanjak pesat. Bisnis butik yang dia kelola sudah mencapai internasional.

Rendy benar-benar terpaku, saat wanita itu berjalan mendekatinya, dengan senyuman yang mampu membuat raga Rendy menghilang dari bumi.

”How about you baby?”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel