Pustaka
Bahasa Indonesia

Hasrat Sang Pengendali Ingatan

69.0K · Tamat
Nureyya Sharika
65
Bab
270
View
9.0
Rating

Ringkasan

Neena Zahara tak menyangka pernikahannya dengan Arkhanza Maheswari akan dibatalkan. Pasalnya, sehari menjelang pernikahan berlangsung, sosok misterius datang dan merenggut kesuciannya. Arkhanza yang tak terima, membatalkan pernikahan sepihak. Belum selesai di situ, sosok misterius kembali datang mengganggu dan mengendalikan ingatannya. Akhirnya, Neena terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Albirru Haeri yang tak lain adalah sahabatnya, sementara Arkhanza menikahi Clara Sabela. Di saat Neena berpikir telah menemukan si pelaku, ia mendapat kenyataan pelakunya orang lain. Siapakah sosok pelaku yang memiliki kemampuan mengendalikan ingatan itu? Akankah Neena menemukan semua yang terlibat?

SupernaturalPengkhianatanKawin KontrakTuan MudaDesainerRomansaPernikahanRevengePengantin PenggantiDewasa

Kesucian yang Terenggut Sebelum Pernikahan

“Sampai bertemu besok di pelaminan, Sayang,” ujar Arkhanza Maheswari pada calon istrinya lewat telepon. Ia tersenyum melihat sang kakak melintas. Diikutinya sang kakak setelah memasukkan ponsel ke dalam saku dan mengambil tas kerja.

Khanza, begitulah ia dipanggil. Pengusaha itu akan menikahi Neena Zahara, desainer ternama yang tak lain adalah sahabat sekaligus kekasihnya.

“Kak, gantikan aku rapat, ya. Aku mohon. Besok aku akan menikah. Tuxedo saja baru tadi kuambil. Lihat, aku harus membantu persiapan pernikahan,” ujarnya, memerhatikan orang-orang yang sibuk.

“Tidak mau! Pergi saja sendiri. Aku baru juga pulang, masih lelah,” jawab Soka-kakaknya, memasuki kamar.

“Ayolah, Kak. Aku benar-benar tidak bisa pergi. Jangan hanya karena Kakak tidak menyukai calon istriku, Kakak malah melakukan ini padaku,” ungkap Khanza.

Dia tahu betul bahwa Soka adalah orang pertama yang menentang hubungannya.

Soka menoleh, urung membuka jas.

“Tidak bisa!” Soka tetap pada pendiriannya.

“Aku janji tidak akan memaksamu lagi. Please, pergi ya. Demi Adikmu ini,” bujuknya memelas.

“Astaga!” Soka mengusap wajah.

“Baiklah, aku akan pergi. Dasar merepotkan!” Direbutnya tas kerja di tangan adiknya, lantas pergi sambil mengomel panjang.

Sementara Khanza melompat kegirangan karena berhasil membuat kakaknya pergi rapat, Neena Zahara merasa tidak nyaman. Sejak pulang dari butik untuk mengambil gaun, ia merasa diawasi.

Pandangannya tertuju pada jendela. “Aku yakin melihat sesosok bayangan di balik pohon persis seperti yang aku rasakan saat di butik.” Wanita berumur 25 tahun itu buru-buru menutup tirai.

“Masa iya? Ah, ini pikiranku saja. Lebih baik aku tidur,” katanya, mencoba menghilangkan pikiran-pikiran buruk.***

Malam semakin larut. Sesosok bayangan terlihat menatap arloji dari balik pohon. “Sudah waktunya.” Sosok bertopeng itu pun mengendap-ngendap sembari memerhatikan sekeliling. ‘Aman,’ batinnya.

Yakin tidak ada siapa pun di sana, sosok itu memanjat pohon menuju ke balkon. Tak butuh waktu lama, ia berhasil mendarat dengan mulus.

“Untung aku sudah menyiapkan kunci duplikat,” ujarnya, mengeluarkan kunci dari saku celana, lantas membukanya segera. Masuklah ia, langsung mengunci pintu dari dalam.

Terlihat Neena sedang tertidur pulas. Tubuhnya yang tertutup selimut, terlihat dari pantulan cahaya lampu dari balkon. “Pulas sekali tidurmu.” Laki-laki itu sedikit menaikkan topengnya, lantas menyingkap selimut.

Diperhatikan seluruh tubuh Neena yang benar-benar menggoda. Wajah cantiknya seolah membuai nafsu untuk menyentuh. Dikeluarkannya tali dari saku celana.

Diikatnya kaki dan tangan Neena pada tiang ranjang. Saking nyenyaknya, Neena tidak sadar apa yang terjadi."Mudah sekali. Hihihi.”

Wanita itu sesekali menggerakkan kaki, masih terpejam rapat. Ia tak menyadari sosok misterius kini berada di atas tubuhnya. “Ummm.” Neena menggeliat.

Dikecupnya mesra pipi itu. Bahkan tangannya bergerak liar menelusuri setiap lekuk tubuh Neena. Akibatnya, Neena terkejut dan bangun saat bibirnya dikecup paksa.

“Apa ini?” Neena kesulitan bergerak. Ia kaget mendapati tangan dan kaki diikat. “Hei, siapa kau? Lepaskan!” Dicobanya membuka ikatan di tangan, tapi tidak bisa. Terlalu kuat ikatan itu membelenggu.

“Diam!” Sosok itu menghardik.

Neena berusaha menolak, tapi tenaganya kalah. Di bawah tubuh kekar itu dia tak berkutik.

“Lepaskan aku! Si-siapa kau? A-apa yang kau mau? Jangan sentuh aku! Aku akan menikah besok. Jangan, aku mohon.” Air mata Neena mulai mengalir saat tangan itu membuka kancing bajunya.

“Aku akan melaporkanmu pada polisi!” bentaknya.

“Polisi? Itu kalau kau berhasil melihat wajahku, kan?” Pria misterius dengan wajah bertopeng hitam tetap membuka kancing baju, dan melemparkannya ke lantai.

“Seseorang!!! Tolooonggg!!!” Sekuat tenaga Neena berteriak. Dicobanya lagi untuk melepaskan ikatan. Dia yakin saat ini pergelangan tangannya pasti sudah membiru akibat gesekan dengan tali.

“Teriaklah sekencang mungkin! Tidak akan ada yang datang. Kau tahu kenapa? Karena aku sudah menyuruh seseorang mencampur obat tidur pada semua makanan dan minuman.” Sosok itu sedikit menggeser posisinya.

“Kau tahu apa yang menarik? Mereka menghabiskannya. Hahahaha!”

Neena kaget. Itu artinya, sosok yang kini berada di atasnya sudah merencanakan hal ini dengan sangat matang bersama suruhannya, persis yang ia takutkan.

“Tidak! Jangan apa-apakan aku! A-aku akan memberikan apa pun yang kamu mau. Am-ambil saja semua barang berharga di rumah ini, tetapi jangan sentuh aku.” Neena semakin menangis.

Pria bertopeng menyentuh leher Neena, membuat wanita itu menelan ludah dengan kasar. Napasnya bahkan bisa dirasakan saking dekatnya wajah mereka. Disekanya air mata wanita yang ketakutan setengah mati di bawahnya.

“Baiklah. Aku akan memberimu pilihan. Batalkan pernikahan esok dan kau selamat, atau kau tetap pada keputusanmu dan berakhir denganku!” Pria itu bicara seolah tengah bernegosiasi.

“Tidak akan! Memang kau siapa, berani memerintah?”

“Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, Sayang. Kau membuatku semakin kesal.” Pria itu mengecup.

“Kau jangan menangis, Sayang. Mari, kita terbang ke surga, dan menikmati malam yang indah ini. Aku tidak butuh semua barangmu sebab kau yang aku mau. Hahahah!” Sosok itu sekuat tenaga menyobek celana Neena.

“Tidak!!! Mama!!!” Neena berteriak histeris. Ia menendang-nendang ke segala arah agar tangan itu tak menyentuhnya. Namun, sosok itu menakut-nakuti diiringi tawa menggelegar, membuat tubuh Neena bergetar hebat.

Kini tubuhnya polos tak ada sehelai benang pun yang menutupi. Neena ketakutan. Bagaimana kalau ia dinodai menjelang hari pernikahan?

Neena terus memohon, berharap tangis pilu itu akan membuat si misterius akan luluh dan mengurungkan niatnya.

“Tolong ... jangan lakukan ini. A-aku akan mengikuti keinginanmu, tapi lepaskan aku,” rengeknya.

“Terlambat! Waktumu untuk berpikir sudah habis. Sekarang waktu hanya milikku!”

“Lepaskan aku!”

“Kau berisik sekali!” Sosok bertopeng itu merasa terganggu mendengar tangis dan permohonan Neena. Diambilnya baju Neena di lantai, kemudian menyumpal mulut itu.

“Emm ... emmmm ....” Neena menggelengkan kepala. Ia benar-benar dalam keadaan bahaya.

Tanpa menunggu lebih lama, sosok itu langsung melakukan tujuannya datang. Direnggutnya paksa kesucian wanita itu. “Mama!!!!” Hati Neena berteriak saat pria bertopeng itu beraksi.

Makhluk yang saat ini berada di atas tubuhnya, menjajah segala hal indah milik wanita itu. Merampas hal paling berharga yang 25 tahun terjaga dengan sangat baik. Sedalam-dalamnya! Sungguh, mahkota kesuciannya disentuh dengan kasar.

‘Aku akan membunuhmu, Sialan!’ umpat Neena.

Wanita itu masih terus berusaha melepaskan diri di bawah tindihan tubuh si jahat. Berkali-kali mencoba, tetapi gagal. Tubuhnya tak mampu melawan.

Air mata tak henti-henti mengalir. Rasa perih, sakit, kecewa, hancur, semua kini seolah menyatu.

Neena terus menendang. Dia tidak mau sosok itu semakin brutal menguasai tubuhnya. “Semakin kau berusaha maka aku akan menikmati," bisik sosok itu.

Parau suaranya terdengar ngilu. Mengganas dan menggila ia dikoyak. Tercabik-cabik dalam gejolak jiwa dan raga.

Hasratnya tersalurkan. Dia akan puas setelah gelodak hasrat itu mencapai puncak keinginannya. Biarkan saja di bawahnya sosok wanita sedang tersiksa jiwa raga, asal impiannya terlaksana.

Neena terus menangis. ‘Tuhan, kenapa harus seperti ini? Papa, Mama ... aku sudah berakhir!’***

Malam semakin berlalu. Suara ayam berkokok mulai terdengar. Sosok itu menghentikan aksinya. Disekanya keringat di kening, lalu tersenyum puas. Ia bisa melihat dalam keadaan yang temaram, wanita itu menarik napas kasar.

“Apa kau menikmatinya? Bagaimana, Sayang? Kau suka?” tanyanya, bagai bertanya pada seorang istri.

“Jangan pernah menyalahkan aku yang menyentuhmu dengan paksa! Aku punya hak atas apa yang aku mau, termasuk dirimu! Salahkan dirimu itu, kenapa kau lebih memilih pria lain dibandingkan aku!” Sosok itu beredar.

Neena masih menangis tersedu-sedu, kaget dengan alasan si pelaku. Ia merasa jijik melihat tubuhnya kini. Ia dapat merasakan bercak darah yang membasahi tubuh bawahnya.

Sakit! Sungguh, demi apa pun itu, sakitnya luar biasa.

Dielusnya pipi itu pelan, dan membuka sumpal di mulut Neena. Wanita itu bernapas tak beraturan, terengah-engah.

“Sialan!” umpatnya.

“Sampai aku tahu kamu melaporkan hal ini pada polisi, siapkan saja kuburan untuk keluargamu, ya,” bisiknya, lalu mengecup kening dan bibir Neena. Kali ini pelan.

Setelah membuka semua ikatan di tubuh korbannya, ia segera pergi lewat jendela, seolah tak pernah terjadi apa-apa, padahal seorang wanita muda sudah kehilangan segalanya.

“Tidaaakkkk!!!!” Neena berteriak keras. Ia tidak tahu akan seperti apa nasibnya besok. Yang jelas, ia tidak bisa lagi bertahan.

Tubuhnya terasa remuk. Kesedihan yang mendalam dirasakan, membuatnya tak sadarkan diri.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Siapakah dalang di balik insiden tersebut?****