Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Hana sangat tidak ingin menambah masalah. Dengan sangat terburu-buru ia berjalan menuju ke kamar mandi. Rasa sakit dan perih di bagian intinya, membuat Hana harus sedikit memperlambat langkah kakinya.

Hana masuk ke dalam kamar mandi, dirinya mengisi bathtub dengan air hangat. "Menyedihkan amat sih nasib Aku, nikah dengan kanibal. Punya jantung tapi gak punya hati. Yang buat dia patah hati siapa, yang di siksanya siap? Sepertinya dia hanya sedang bermimpi kalau kak Berlin akan kembali bila mengetahui kondisi aku seperti ini. Apa dia tidak tahu, bahwa status aku hanya adik tiri. Aku hanya di jadikan tumbal mama tiri dan kakak tiri ku. Ah sudahlah, tidak perlu di pikirkan. Jalankan saja dulu, namanya hidup dan Takdir." Hana berkata di dalam hatinya sambil menunggu air di dalam bathtub.

Hana memegang air di dalam

bathtub berwarna putih, guna mengecek suhu didalam air dengan tangannya. Setelah yakin suhu air itu tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin. Dimasukkannya sabun yang ada di dekat bathtub. Dirinya bersyukur karena hanya ada satu botol yang di sediakan, itu artinya dirinya tidak akan salah untuk menuangkan cairan di dalam botol tersebut.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya Hana keluar dari dalam kamar mandi. "Sudah cocok jadi pelayan." Hana berkata dalam hatinya ketika menyadari apa yang telah diperbuat oleh suaminya. Suaminya memperlakukan dirinya tidak seperti suami memperlakukan istrinya. "Sabar, sabar, sabar." Hanya Kalimat ini yang diucapkannya ketika dirinya keluar dari kamar mandi dan memandang suaminya yang bertubuh tinggi dan kekar itu.

"Handuk," pinta Daffin.

"Tapi Tuan, Hana begitu sangat ragu ketika suaminya meminta handuk yang ada di tubuhnya.

"Dimana isi kepalamu, Apa kau menyuruh aku memakai handuk yang menjijikan itu?" ucap Daffin memandang handuk yang tadi dipakai Hana.

Hana menggelengkan kepalanya.

"Sini handuknya," perintah Daffin.

Hana sangat malu ketika melepaskan handuk yang melilit tubuhnya. Ia memberikan handuk itu kepada suaminya. Dirinya sungguh sangat malu, terlihat polos seperti ini. Hana menutup bagian penting tubuhnya.

"Tubuhmu menjijikkan." Daffin berkata ketika memandang tubuh istrinya yang penuh dengan luka yang dibuatnya.

"Iya tuan, saya tahu," Jawab Hana. "Moga aja dia gak berselera lihat aku seperti ini." Hana berkata di dalam hatinya.

Daffin memandang handuk yang diberikan istrinya. Pria itu terlihat jijik ketika akan memakai handuk bekas Istrinya, namun pria itu tetap memakainya.

Hana hanya diam dengan menundukkan kepalanya ketika Daffin berjalan menuju ke kamar mandi.

Di dalam kamar ini, tidak ada pakaian Daffin yang bisa disiapkannya. Pada akhirnya Hana mengambil selimut dan membungkus tubuhnya dengan selimut yang ada di atas tempat tidur.

Daffin keluar dari kamar mandi setelah dirinya selesai melakukan ritual mandinya. Pria itu mengerutkan keningnya ketika melihat istrinya yang terbungkus di dalam selimut. " Aku tidak suka melihat kau seperti itu, buang itu selimut," perintahnya.

Hana begitu sangat bingung, apa lagi yang boleh dipakainya. Dirinya tidak memiliki satu helai pakaian di dalam kamar ini. Bahkan pakaian dalam juga tidak ada. Handuk yang tadi dipakainya, sudah tidak diperbolehkan oleh suaminya untuk dipakai.

"Tidak dengar perintahku?" Daffin kembali bertanya ketika istrinya hanya diam.

Hana menganggukkan kepalanya dan melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya.

Melihat tubuh polos istrinya membuat Daffin ingin kembali melakukan hal tersebut. Di tariknya tubuh istrinya hingga merapat dengan tubuhnya.

"Mengapa badan mu kurus sekali, seperti orang kurang gizi," ejek Daffin.

Hana hanya diam ketika mendengar ejekan dari suaminya. "Ma_maaf tuan anda mau apa? Wajah Hana pucat ketika melihat tatapan mata Daffin. Tubuhnya terasa lemas dan lunglai. Bahkan rasa perih masih begitu sangat dirasakannya di bagian intinya. Matanya terbuka lebar ketika suaminya menjatuhkan handuknya.

"Turuti perintahku," pinta Daffin.

Tanpa menunggu jawaban istrinya, Daffin menarik rambut istrinya dan menundukkan kepala Hana, hingga kepalanya berada dipenda miliknya yang sudah dalam posisi berdiri. "Masukkan ke mulut mu." Perintah Daffin.

Hana menelan air ludahnya ketika mendengar perintah dari suaminya. Belum sempat dirinya menjawab benda tersebut sudah ada di ujung bibirnya. Dengan ragu, Hana memasukan benda itu ke mulutnya. Rasanya sangat aneh. Wajahnya begitu sangat merah, menahan rasa malu

"Jangan kau gigit." Daffin merasakan gigi istrinya yang sedikit tergigit benda kesayangannya.

Hana yang tidak memahami apa-apa hanya menuruti perintah suaminya. Berulang kali dirinya hampir muntah ketika benda itu memenuhi mulutnya dan membuat dirinya sangat sulit untuk bernafas.

Wajahnya begitu amat merah ketika suaminya menekan kepalanya hingga benda yang berbentuk bulat dan panjang itu memenuhi mulutnya hingga ke anak lidahnya yang membuat dirinya tidak mampu untuk bernafas dan ingin muntah.

Cukup lama Daffin melakukan hal tersebut hingga menarik kepala istrinya. Dengan sangat kasar ia mendorong tubuh istrinya keatas tempat tidur. Kali ini dirinya tidak mengikat tangan dan juga tidak menyumbat mulut Hana. Dibiarkannya istrinya bebas seperti ini.

Tanpa memberikan rangsangan untuk istrinya, Daffin memaksa memasukkan barang miliknya.

Hana merasakan begitu sangat sakit ketika suaminya melakukan hal ini. Namun dirinya tidak berkata apa-apa. Ia hanya diam menikmati rasa sakit yang diberikan oleh suaminya. Hatinya sakit di saat suaminya melakukan dirinya seperti ini. Ingin rasanya ia menangis namun hal itu tidak mungkin dilakukan. Menunjukkan kelemahannya di depan orang adalah hal yang sangat memalukan bagi Hana. "Bertahanlah L sampai semuanya selesai." Hana berkata di dalam hatinya.

Dirinya sudah tidak sanggup ketika suaminya melakukan penyatuan dengan cara yang sangat kasar tanpa ada kelembutan sedikitpun. Bagian intinya terasa perih setiap kali gesekan itu terjadi.

Beberapa kali Hana merubah posisi ketika suaminya memerintahkannya. Dirinya tidak ada henti-hentinya berdoa agar pria itu secepatnya menyelesaikan pekerjaannya. Namun pria itu terlihat masih begitu sangat kuat tanpa ada niat untuk menyelesaikan Apa yang dilakukannya.

Daffin memandang wajah istrinya yang meringis menahan sakit. Namun rasa ibah dan kasihan sudah tidak dirasakannya lagi. Dirinya tetap melakukan penyatuan dengan sangat kasar dan dengan waktu yang lama. Daffin menyadari bahwa Hana tidak merasakan sedikitpun rasa nikmat, namun dirinya tidak menghiraukannya.

"Selagi kau tidak menyerah dan tidak mengatakan bahwa kau sakit,aku tidak berhenti," ucapnya.

Keringat bercucuran di kening Hana kakinya sudah terasa begitu amat pegal. Namun suaminya tidak juga menyelesaikan apa yang diinginkannya. 1 jam berlalu akhirnya Apa yang dilakukan oleh pria itu selesai juga.

Hana terkulai lemas di atas tempat tidur. Ia hanya diam tanpa berkata apa-apa. Dilihatnya Daffin berjalan menuju ke sofa yang ada di dalam kamarnya. Pria itu duduk di atas kursi sofa tersebut.

Matanya tidak ada berhenti mengawasi Daffin. Dilihatnya Daffin menghubungi petugas hotel dan meminta diantar makanan. "Aku berharap setelah makan dia berhenti," ucapnya yang ingin menyerah dengan perbuatan suaminya.

"Tutup tubuhmu." Perintah daffin ketika mendengar suara bel di pintunya.

Hana menutup tubuhnya dengan selimut ketika petugas hotel masuk ke dalam kamarnya.

Petugas hotel meletakkan pesannya di atas meja makan. Setelah petugas hotel pergi dan menutup pintu, Hana menurunkan selimut itu hingga ke batas dadanya.

"Makan!" Perintah Daffin ketika petugas

Hotel sudah keluar dari dalam kamar.

"Saya akan makan Setelah Anda tuan," jawab Hana. Dirinya begitu ingin beristirahat sejenak.

"Sekarang!" Davin memberikan perintah.

Hana sangat panik ketika mendengar perintah gila suaminya. Dirinya tidak memiliki pakaian, tidak pula boleh menutup tubuhnya dengan selimut. Tidak boleh memakai handuk yang sudah kotor. Lalu dirinya akan duduk dengan tampilan polos seperti ini dengan banyaknya luka gigitan dari pria tersebut. Memikirkan ini semua membuat selera makannya hilang.

"Kau tidak dengar?" Daffin mengeraskan suaranya.

"Dengar Tuan, saya akan ke kamar mandi sebentar. Apa boleh saya memakai selimut ini?" Tanya Hana.

"Tidak," jawab Daffin.

Hana hanya bisa pasrah dan berjalan dengan jalan yang terlihat sudah sangat jauh berbeda. Dirinya merasa begitu sangat kesakitan dan juga kakinya yang terasa lemas. Ia kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hana keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya. Ia duduk di depan suaminya dengan berusaha menutup bagian terpenting dalam tubuhnya.

"Tidak perlu kau tutupin, aku tidak berselera melihatnya," ucap Daffin.

Hana hanya menganggukkan kepalanya. "Tidak berselera, tapi aku dibuat kayak gini, dasar kanibal." Hana begitu sangat kesal namun dirinya tidak berani menunjukkan wajah marahnya.

"Asal kau tahu saja, aku paling tidak suka bila aku makan dan kau hanya melihatku," jelas Daffin. Sedikit demi sedikit, pria itu memberi tahu istrinya apa saja yang tidak di sukai ya.

"Maafkan saya tuan," jawab Hana yang mengambil steak daging nya. Hana memakan steak daging di piringnya meskipun mulutnya terasa sangat sakit dan juga perih, namun Hana tetap memakan dengan sangat lahap. Makan enak seperti ini begitu sangat tidak pernah dirasakannya. Setelah seluruh harta kekayaan papanya dijual oleh mam tirinya, Hana begitu sangat kekurangan bahkan dirinya harus harus bekerja Ketika pulang sekolah. Tidak jarang gaji yang diperolehnya dari hasil kerjanya diambil oleh mama tirinya.

Daffin memandang istrinya. "Kau makan dengan sangat rakus, Apa kau tidak pernah mencoba makan enak?" Tanya Daffin ketika melihat istrinya tersebut.

Hana menggelengkan kepalanya. "Ini harganya mahal tuan, dan saya tidak pernah membelinya. Daripada uangnya dibeliin untuk satu kali makan, lebih enak uangnya Saya beliin telur 1 papan," jawabnya dengan sangat jujur

Daffin diam ketika mendengar jawaban Hana. "Begitu banyak uangku yang dihabiskan oleh kakaknya. Apa saat ini dia hanya sengaja berakting. Dasar keluarga tukang akting," Daffin memandang Hana dengan menaikkan sudut bibirnya.

Hana tersenyum setelah piringnya bersih tanpa sisa. Ia meminum susu coklat yang ada di dalam gelas bening miliknya.

"Tuan, Saya sudah selesai makan. Saya izin mandi dulu," pamit Hana. Ia harus membersihkan tubuhnya.

"Pergilah," ucap Daffin.

Hana kembali mandi. "Baru aja selesai mandi, sudah mandi lagi." Hana mengomel dalam hatinya. Diambilnya handuk yang tadi di pakai Daffin.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel