Bab 6
Setelah kejadian itu, keluarga mamak benar-benar menjaga jarak dengan kami. Semua akses untuk bertemu ataupun berkomunikasi dengan mereka telah mereka hapus begitu saja, aku sih tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, itu hak mereka melakukannya, yang menjadi masalahnya sekarang adalah mamak jadi uring-uringan karena pikiran kekanakan dari keluarganya itu.
Sudah satu Minggu lamanya mamak tiba-tiba jadi pendiam, melamun sendiri di dalam kamar.
Aku jadi heran kenapa mamak bisa seperti ini setelah apa yang dilakukan keluarganya kepadanya, dia lah yang merasa sangat bersalah disini padahal sebenarnya adalah keluarnya.
"Sudahlah Mak, jangan menyiksa diri hanya untuk hal yang sia-sia"kata ku yang duduk disebelah mamak.
"Kau tidak tau rasanya dikucilkan, kak. Jadi dengan mudahnya kau mengatakan hal seperti itu"
"Bagaimana aku bisa merasakannya jika mamak selalu memprioritaskan ku" ucapku kepada mamak yang langsung dihadiahi senyuman manis darinya.
"Itu karena anak mamak hanya kau, coba saja anak mamak itu ada lima kau tentunya sudah terkucilkan sedari lahir" ucapan mamak membuat bibirku berkedut, apa-apaan ini dikucilkan sedari lahir lalu mengapa harus melahirkan jika akan berakhir seperti itu.
Terdengar helaan nafas panjang dari mamak, seperti memang banyak beban yang ditanggung mamak seorang diri, ditambah lagi dengan keluarganya yang memiliki pikiran kekanakan seperti itu, menutup segala akses untuk mamak dan aku.
Untung saja dari dulu kami tidak terlalu menggantungkan hidup kepada keluarga mamak, jadi tidak terlalu terasa saat mereka melakukan ini.
Jika tidak sudah ku pastikan mamak akan setres karena memikirkan bagaimana nasib kami setelah di jauhi seperti itu.
Setiap malam tentunya akan menangis mengadu kepada Bapak yang jelas-jelas sudah beda alam dengan kami, menceritakan hari berat yang mamak lalui dan bagaimana akhirnya keluarga nya menjauhi nya juga.
"Jangan khawatir Mak, kita bisa melewati ini semua. Jangan terlalu dipikirkan karena hanya membuat sakit kepala saja, biarkan mereka melakukannya sesuka hati mereka akan ada saatnya mereka berusaha mencari mamak untuk satu keperluan yang benar-benar hanya mamak yang bisa" ucap ku seperti orang bijak pada umumnya.
"Semoga saja, dan waktu nya pun tidak akan terlalu lama" jawab mamak setelah menghembuskan nafasnya.
Aku jelas melihat raut sedih dari wajah mamak, terlihat jelas Dimata ku. Sehingga jika mamak berbohong mengatakan bahwa dia baik-baik saja mungkin dengan cepat aku tidak mempercayainya.
Ku genggam tangan kanannya, menggenggam nya dengan yakin membuat mamak melihat ku penuh tanda tanya.
"Roda kehidupan selalu berputar, jangan pernah menyalahkan hidup hanya karena kesalahan yang jelas bukan kita lah yang mendominasi hal itu, mamak punya aku jadi mamak masih punya orang yang bisa mamak andalkan dihidup mamak jangan karena mereka aku jadi benar-benar merasakan yang namanya dikucilkan" mamak yang mendengarnya tersenyum hangat kepadaku.
"Kau selalu bisa menenangkan mamak, dalam situasi apapun"
"Ah ya sudah ayo bantu mamak masak" mamak berdiri dari duduknya dan keluar dari kamar untuk segera melakukan perang dimedan tempur yang biasa ku sebut dapur.
Aku pun langsung berdiri mengikuti mamak ke dapur, membantu semua hal yang diperlukan nya mulai dari mengambil pisau, mencuci piring dan terakhir mematikan kompor gas, tidak terlalu banyak karena semuanya hanya mamak yang menguasainya dan aku mungkin hanya setaik kuku saja
Setelah selesai memasak mamak mulai membersihkan meja makan untuk meletakkan makanan yang sudah selesai dimasak, menatanya dengan rapi sampai benar-benar pas di mata mamak.
Aku yang melihat bagaimana mamak sibuk dengan dunianya sendiri dalam menata makanan diatas meja itu membuat aku jengah karena harus menahan rasa laparku untuk melihat menunggu kegiatan mamak sampai selesai.
"Kapan kita akan makan?" Tanya ku yang sudah benar-benar jengkel.
"Sebentar lagi, ini masih kurang pas untuk disini" jawab mamak yang masih fokus menatanya.
"Itu akan kembali berantakan jika kita makan nanti"
Mamak melihat ku dan mengangguk
Mungkin mamak mulai sadar ternyata merapikan nya sebelum makan itu hal yang salah karena nantinya akan berantakan jika aku menyentuhnya.
"Itu karena kau" aku mendengus mendengar sahutan mamak, jauh dari perkiraan yang telah ku prediksi sebelumnya.
"Iya karena aku, jadi ayo lah berhenti melakukannya aku sudah sangat lapar"
"Ah iya baiklah, mamak jadi melupakan tikus kecil mamak yang sudah sangat lapar sedari tadi" ucap mamak tertawa kemudian duduk di depanku.
Mengambil satu piring kosong dan mulai memasukkan nasi dan lauk pauk yang akan kami nikmati untuk malam ini.
Memberikannya kepada ku yang dengan cepat aku terima.
Setelah selesai menuangkan nasi dan lauk pauk dipiring kami masing-masing, mamak menuntun kami untuk segera berdoa.
"Amin" jawab ku cepat dan langsung makan dengan rakus, tidak tahan lagi menahan rasa lapar yang memang sudah sedari tadi menggerogoti perutnya.
"Kau seperti tidak makan selama setahun" ejek mamak melihatku seperti orang kelaparan.
"Iya aku sudah tidak makan setahun karena mamak ku mementingkan gaya kerapian saat makan" sahutku yang membuat mamak tertawa.
"Makan yang pelan" peringat mamak
"Ini juga sudah pelan Mak" jawab ku yang masih terus memasukkan suapan demi suapan kedalam mulut ku.
Hingga setelah lama akhirnya perutku benar-benar terisi ditambah dengan segelas susu yang aku tenggak habis membuat perut ku terasa senang.
"Aku terasa kenyang sekali" ucap ku menyenderkan punggung ku di pembatas kursi.
Setelah beberapa menit menikmati isi perut yang sudah kenyang penuh nasi diperut kami masing-masing.
Mamak mulai membawa tumpukan piring ke dapur untuk segera dicuci, aku pun mengikuti mamak dengan membawa beberapa sendok ditangan ku membuat mamak tersenyum mengejek.
"Kau hanya membawa beberapa sendok"
"Intinya aku sudah berniat untuk membantu" jawab ku yang menunjukkan tampang bodoh amat.
Mamak hanya menggeleng kemudian berlalu dari hadapanku untuk mengambil gelas diatas meja.
Setelah terkumpul semuanya tangan lincah mamak mulai membersihkan noda membandel disemua piring sendok dan gelas yang tadi kamu pakai untuk menyantap makanan lezat buatan mamak yang tidak pernah gagal dalam membuatku senang menikmati setiap makanan buatan mamak.
"Aku jadi membayangkan kita punya restoran dan mamak yang mengolahnya sendiri"
"Kau hanya melihatnya dan tidak berniat sama sekali membantu mamak"
Aku tertawa mendengar perkataan mamak, memang semuanya benar apa yang diucapkan mamak.
Karena jelas aku terlalu malas untuk membantu bukan karena tidak merasa kasihan sama mamak tapi karena memang terlalu besar rasa malas ditubuhku.
Pernah sekali aku membantu mamak dan berakhir sia-sia karena mau tidak mau mamak lah yang berakhir melakukan nya, karena aku tidak bisa.
"Jika aku membantu mamak bukan nya sama saja aku mengacaukan semuanya?"
Mamak mendengus mendengar nya "Setidaknya kau tidak hanya duduk manis seperti juragan saat mamak sedang sibuk"
