Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Saat sudah jauh dari rumah kakek , mamak  menjewer telinga ku, kemudian tertawa lepas seperti orang gila, aku saja takut melihatnya.

Ku letakkan tangan kanan ku ke dahi mamak ku, setelah itu ku samakan dengan hangatnya ketek ku.

"Pantesan" ucapku prihatin.

"Kenapa?" Tanya mamak yang masih tertawa.

"Hari ini jadwalnya mamak Gilak ya"

Mamak langsung memandang ku datar. "Tidak sopan, bintang satu"

Aku meringis sakit saat jidatku disentil mamak "aw, KDRT!'

"Punya anak goblok bener"

"Goblok goblok gini juga anak mamak ye"

"Kamu siapa? Mamak siapa?"

"Jangan mulai deh Mak" Ucapku datar, jujur saja aku sungguh kelelahan setelah berdebat dengan sesepuh genderuwo tadi, astaga aku durhaka sekali.

"Kak"

"Hemm"

"Makasih" apa?! gak salah dengar kan? Mamak ngucapin makasih? Siapapun tolong katakan lah kalau ini cuma mimpi.

"Jangan gitu Mak, aku jadi ngeri sendiri ini" ucapku saat kami telah sampai dirumah.

"Sialan!"

"Mamak beneran ini, makasih karena udah jadi anak nakal dirumah kakek tadi" aku diam menyimak sembari mencomot keripik kentang diatasi meja.

"Aku keren tadi kan Mak?"

"Iya keren,  sampai-sampai membuat mamak hampir mati saja" aku tertawa mendengarnya, jadi ingat gimana ekspresi mamak saat tadi.

"Kenapa mamak gak cerita sama ku, kalau setelah Bapak pergi mamak sering dimintai untuk menikah lagi?" Tanya ku menyelidik.

Mamak menghembuskan nafas lelah

"Kalau mamak cerita sama mu, kau akan membuat onar dirumah kakek atau bahkan lebih parahnya lagi kau yang menjadi alasan kakek mu meninggal nantinya, kau kan titisan genderuwo"

"Iya aku adalah titisan dedemit uak uak" ucapku dengan memukul mukul dadaku pelan.

"Itu mah monyet" ucap mamak ku jengkel.

Aku tertawa mendengarnya ucapan mamak.

"Kak"

"Hemm"

"Kak"

"Apa mamak ku sayang"  jawab ku gemash.

"Jangan pernah membenci keluarga mamak ya, terutama kakek mu"

"Tidak akan, selama mereka tidak semena-mena sama mamak" jawab ku sembari merangkul pundak mamak.

"Bau ketek mu membuat mata mamak perih" ucap mamak sembari mengelap sudut matanya yang sudah berair.

"Kalau terharu ya terharu aja Mak, gak usah gengsi gitu bau ketek ku dibawa-bawa lagi" kenapa mamak ku suka sekali membuat ku kesal, astaga.

"Waktu mamak sama Bapak mu dulu belum nikah, Bapak mu itu macarin banyak cewek loh" curhat mamak tiba-tiba.

"Satu hari itu ada dua perempuan yang Bapakmu gandeng, heran kenapa mereka semua mau ya? Padahal Bapak mu itu jelek banget"

Ok tarik napas dalam-dalam trus buang hufh, sungguh istri durhaka mamak ini. Mengatakan Bapak jelek.

"Tapi setelah itu pulang-pulang Bapak mu babak belur karena dipukuli warga"

"Pernah lagi Bapak mu dikeroyok massa karena gak terima bapakmu membunuh kepala Desa"

"Ternyata dulu Bapak segabut itu sampai berani membunuh kepala Desa" gumam ku tidak habis pikir.

"Tapi karena kejadian itu mamak sama Bapak mu jadi dekat dan mulai dari situ juga Bapak mu mulai ngilangin sifat buruknya untuk macarin banyak perempuan"

Aku terlonjak kaget saat mamak memukul pundak ku tiba-tiba.

"Santai mak"

"Bapak mu juga nyari kerja dan keterima menjadi security di perusahaan sawit"

"Trus Mak kenapa pada akhirnya mamak sama Bapak bisa nikah? kata Bibi dulu itu mamak bucin banget sama siapa itu? ah iya om Indra?"

"Karena mamak dekat sama Bapak mu, padahal waktu itu mamak benar-benar nganggep Bapak mu teman loh dan Bapak mu juga gitu" jelas mamak ku dengan mengusung senyum masam.

"Dia bilang mamak selingkuh sama Bapak mu, padahal dia nya yang sudah tunangan sama perempuan lain, jahat banget kan kak?"

Aku manggut-manggut tanda setuju.

"Iya jahat banget, kalau emang udah bosan sama mamak setidaknya jangan pake acara fitnah gitu, kesannya malah bilangin diri sendiri"

"Sejak kapan kamu paham masalah ginian?"

Bibirku berkedut mendengar pertanyaan mamak. "Sejak berteman sama mamak" jawab ku sembari menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.

"Sembarangan" lagi lagi aku meringis kesakitan karena mamak menyentil dahi ku, entah sudah yang keberapa kali hari ini dahi ku terkena sentilan dari tangan maut mamak.

"Mamak mau kemana?" Tanyaku saat mamak beranjak dari tempatnya.

"Mau ke rumah Pak Slamet"

"Ngapain Mak?" Tanyaku polos

"Mau ngingetin kalau nanti jadwal ngepet nya Pak Slamet"

"Sesekali serius gitu Mak jawab nya"

"Anak mamak yang paling cantik sedunia, tidakkah kau lihat mamak ini berjalan ke arah dapur kenapa kau tanya lagi nak ku?" Aku yakin mamak sudah gemash sekali dengan ku, lihat saja wajahnya yang sudah memerah tanda sedang menahan diri untuk tidak marah.

"Ya kan mana tau mamak ke dapur, tiba-tiba nembus ke alam baka" jawab ku santai.

Mamak sudah berkacak pinggang

"Oh jadi kau mau mamak nyusul Bapak mu?"

"Iya Mak" jawabku mulai memancing.

"Oh ya sudah, mamak sih mau-mau aja dengan begitu mamak bisa ketemu sama Bapakmu dan bisa bersatu lagi, dan kau akan tinggal bersama kakek dan nenek mu"

Aku menggeleng cepat, barusan tadi aku membuat keributan kepada mereka, dan mungkin mereka menyimpan dendam padaku, tidak mau sungguh tidak mau jika tinggal bersama mereka aku akan ditindas habis-habisan.

"Kenapa tidak tinggal sama Omma dan Oppa saja?" Tawarku

Mamak tersenyum remeh melihat ku

"Mana ada yang mau mungut anak Dajjal macam kau"

"Berarti mamak Dajjal nya dong?" Jawab ku sembari terkik geli.

"Tau ah gelap"

Aku semakin tertawa keras saat mamak memilih untuk melanjutkan langkahnya.

"Hati-hati Mak, ada tuyul di dapur" teriak ku keras, setelah itu aku menjerit sekeras-kerasnya sembari berlari menghampiri mamak.

"Kamu kenapa?" Tanya mamak ku dengan memasang wajah tak berdosa, padahal karena ulahnya aku seperti orang gila.

"Makanya jangan nakutin mamak, mamak takutin balik kamu nya langsung kena mental"

Aku mencebikan bibirku kesal.

"Padahal aku gak pernah minta punya mamak yang jahat gini loh ya" lirihku sembari terduduk dilantai dapur.

"Sama" kata mamak ku yang sudah siap dengan celemek yang menempel ditubuhnya. "Mamak tidak pernah minta punya anak cengeng dan penakut seperti mu" sambung mamak ku diakhiri kekehan nya.

"Bibir mamak sungguh pedas kali ah" ucapku lirih.

"Sudah-sudah bangkitlah dari sana, bantu mamak masak"

Aku pun menurut dengan tangan yang sibuk membersihkan jejak air mataku yang sempat keluar tadi. "Apa yang harus aku lakukan Mak?"

"Cuci piring"

"Itu mah bukan bantu mamak masak" jawab ku kesal tapi tetap menurut untuk menyuci piring.

"Kak"

"Apa" jawabku ketus

"Ish ish ketus nya jawab panggilan mamak"

"Iya apa Baginda Ratu? Apakah dikau ingin aku terjun dari lantai delapan milik hotel bintang lima?"

"Kau lucu"

"SUDAH TAU" Cukup menyesal dalam hati karena aku menaikan suaraku merespon perkataan mamak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel