Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

"Mamak mau denger cerita aku gak?"

"Enggak"

Jawaban mamak sungguh membuat dadaku terasa sakit, kenapa mamak ku seperti ini ya Tuhan.

"Cerita aja kan mamak dengerin" ucap mamak sembari tertawa melihat wajah kesal ku.

Bagaimana aku tidak kesal jika respon mamak cuek seperti itu, jika saja mamak adalah teman sekelas ku mungkin saja badan mamak remuk semua.

Ku perbaiki sikap duduk ku dan terik nafas ku dalam-dalam kemudian kentut ku pun keluar sebelum keluar dari mulut ku.

"Tadi aku dipanggil di ruang BK" tangan mamak langsung menjewer telinga ku.

"Kamu buat ulah lagi?" Tanya mamak yang masih menjewer telinga ku.

"Bukan Mak, makanya dengerin dulu" Ucap ku menahan emosi.

"Lanjutkan" ucap mamak, yang kemudian melepaskan tangannya dari telinga ku dan melanjutkan kegiatan menjahit nya.

"Aku dipanggil di ruang BK karena gurunya mau ngasih tau kalau aku ke pilih jadi siswa eligible dengan nilai tertinggi pertama seangkatan" ku tarik napas ku dalam dalam dan melepaskannya juga pelan tidak sampai keluar dari pantatku lagi.

"Oh ya? trus?"

Aku sudah tidak bersemangat lagi melanjutkan cerita ku saat melihat raut wajah mamak yang berubah sekarang, sudah ku tebak akan seperti ini.

Ku hembuskan nafas ku panjang dan melihat lurus kedepan disana terlihat anak-anak kecil sedang bermain kelereng bersama teman-temannya.

"Aku tolak"

Jawabku membuat mamak menatapku dalam.

"Kau serius dengan ucapan mu?" Tanya mamak pelan-pelan ku tau dia tidak ingin membuat ku bersedih namun mau bagaimana lagi sedari awal melihat wajah mamak yang berubah tidak seceria sebelum aku menceritakan tentang ini aku sudah menahan sesak dadak ku.

Aku mengangguk nanar, terasa berat bagiku apalagi saat mengingat bagaimana diriku diruang BK tadi saat disekolah banyak guru yang sangat menyayangkan keputusan mutlak dari ku, aku pun berharap ucapan ku tadi disekolah tidak pernah terucap.

Mamak tau seberapa besar keinginan ku untuk mendapatkan kuota eligible ini, dan usaha ku yang tidak main-main untuk mempersiapkannya sejak awal masuk SMA.

Tapi mau bagaimana lagi, semua nya kini telah berbeda tidaklah sama seperti dulu lagi, jika saat dulu mamak lah yang paling bersemangat saat mendengar ceritaku saat disekolah dan bagaimana guru-guru menaruh harapan mereka kepada ku disetiap perlombaan yang ku ikuti dan bagaimana aku mendapatkan nilai yang sempurna diantara banyaknya teman-temanku.

Sekarang adalah orang yang paling bersedih saat mendengar ku menceritakannya, apalagi mengenai kuota eligible yang tidak diragukan lagi jika aku akan terpilih untuk mendapatkan nya.

Ada rasa sakit yang mendalam saat aku melihat mata mamak, tersirat luka disana yang berusaha mamak tutupi agar aku tidak mengetahuinya.

"Maafkan mamak, karena mamak kau terpaksa melakukan itu"

Tubuhku dipeluk mamak, di elus nya punggung ku penuh sayang.

"Mamak jangan menyalahkan diri mamak, ini semua bukan salah mamak" jawabku kepada mamak, meskipun ada rasa sakit direlung hati saat mengatakan nya.

Ku rasakan tubuh ku ikut bergetar saat tubuh mamak bergetar karena menangis memelukku, air matanya membasahi bahuku.

"Karena mamak tidak punya biaya untuk membiayai mu kuliah, terpaksa kau harus mengubur impian mu jadi pilot hebat"

Tangisan mamak semakin hebat setelah mengatakan impian yang sedari kecil aku agung agungkan.

"Tidak apa, mungkin emang bukan jalanku untuk tahun ini"

Tangan ku terus mengelus punggung mamak untuk menenangkan mamak dari tangisnya, jujur aku merasakan hantaman di dadaku setiap kali mamak menangis apalagi karena akulah penyebab air mata mamak keluar.

"Hanya satu tahun, setelah itu aku bisa mengejar impian ku yang tertahan"

Aku meyakinkan mamak dengan ucapan ku, karena aku yakin Tuhan itu baik dan akan membantu setiap orang yang memiliki impian yang ingin sekali mereka capai.

"Iya hanya setahun setelah itu usahakan mengejar mimpi mu" ucap mamak melepas pelukannya dan membersihkan wajahnya dengan tissue.

Aku tersenyum melihat mamak yang tidak lagi menangis walau bekas air mata diwajahnya masih mendominasi.

Aku berjanji pada diri ku akan berusaha mencari uang selama satu tahun ini dan berusaha mengejar mimpi ku setelah semua biaya yang ku butuhkan terkumpulkan.

"Jadi pas guru mu dengar kau menolak nya bagaimana?" Tanya mamak yang ternyata masih ingin tau kelanjutan dari cerita ku

"Ya gitu mereka semua bilang sangat menyayangkan keputusan ku, tapi mereka berusaha untuk mencarikan ku beasiswa yang full, berbagai info beasiswa dikasih tau sama ku. Tapi, ku tolak dengan alasan gak mau kuliah jauh dari mamak, karena universitas yang menyediakan beasiswa full itu diluar negeri. Karena ku pikir nanti gak ada yang akan jagain mamak Kalau aku jauh kuliahnya"

Aku terlalu mengkhawatirkan bagaimana mamak nantinya, sehingga dengan mudahnya aku menolak setiap kesempatan yang diberikan, meskipun ada rasa sakit di ulu hatiku setiap kali aku memberikan alasan mengapa bisa aku menolak nya.

"Seharusnya gpp, yang penting disana nanti kau terus mengabari mamak tentang keadaan mu" jawab mamak.

Sebenarnya mudah saja jika aku mengikuti ego ku, tapi ku pikir lagi Semua nya tidak akan mudah kalau aku sudah benar-benar disana waktu ku disana dan disini itu beda jauh dan kesibukan ku juga akan jauh sangat berbeda, untuk mengabari mamak setiap waktu itu kemungkinannya hanya kecil karena mungkin disana nantinya aku akan sangat kesulitan mengabari mamak.

"Aku tidak mau, disana itu sangat berbeda seperti disini Mak. Aku gak mau karena mengejar mimpi ku, mamak sendiri disini gak ada yang nemenin. Trus, aku gak mau karena sibuk ku disana aku sampai gak tau mamak sakit dan gak ada yang ngurus"

Ku lihat mamak menghapus air matanya yang sudah turun dipipi.

"Pada akhirnya kita akan tetap berpisah"

Entah kenapa perkataan mamak membuat hatiku seperti terkoyak-koyak, memang semua pada akhirnya akan berpisah karena didunia ini gak ada yang abadi meskipun mereka adalah sedarah sekalipun atau berlimpah harta.

Tapi selagi aku bisa menolak jauh dari mamak akan ku usahain untuk tetap dekat sama mamak.

Karena yang dipunya mamak sekarang itu hanya aku, kalau gak ada aku siapa lagi? keluarga nya mengucilkannya dan tidak mau berhubungan lagi tentang mamak.

Akan sangat jahat bila aku mementingkan mimpiku dan membiarkan mamak sendiri disini, aku tidak mau mamak menangis saat malam karena tidak ada yang menemaninya dan tidak ada yang akan menghapus air matanya saat menangis nanti.

"Tapi selagi bisa untuk bersama, aku gak mau jauh dari mamak. Karena mamak itu adalah mimpi paling besarku yang ingin aku bahagiakan dalam hidup ku"

"Kau kalau sedang ngalus bisa membuat mamak senang saja"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel