Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

"Nih minum susu dulu" ucap mamak dengan membawa nampan yang berisi secangkir susu dan keripik pisang buatan mamak.

"Makasih mak"

"Kau sedang menulis apa?" tanya mamak yang sudah mendaratkan bokongnya ditempat tidurku.

"Aku lagi nulis cerita Mak, kalau udah siap aku mau ajukan ke penerbit"

"Trus?"

"Kalau karyaku keterima, nanti aku bakal dapat uang dari hasil menulisku" jelasku disela-sela memakan keripik pisang yang tadi dibawa mamak.

"Kau bercita-cita ingin menjadi penulis?"

"Tidak mak, mana mungkin cita-cita hebatku bisa tergantikan"

"Emang apa cita-cita mu?" tanya mamak mengejek, aku tau dia akan membuatku kesal lagi.

"Cita-cita ku ingin menjadi seorang pilot" ucapku senang.

"Eleh pengen jadi pilot, naik pohon mangga setinggi mamak aja kau takut,  apalagi kalau beneran jadi pilot kau, setres yang ada penumpang mu nanti karena liat kau nangis-nangis dipesawat"

Tarik napas tahan lalu buang, sabar-sabar dia mamak mu jadi cobalah tahan dirimu untuk tidak memukul kepalanya.

"Mamak ku sayang yang paling aku sayangi setelah Bapak, itu kan dulu sekarang aku udah gak takut lagi mamak sih kurang update kemarin aja aku habis naikin pohon mangga Paman Jun malah"

"Iya setelah itu mamak ditelpon untuk segera datang ke rumah sakit soalnya Rina keseleo kakinya karena bantu kau turun dari pohon mangga itu, gak ingat kau itu? Perlu mamak screenshot?"

"Itu karena dia aja yang belagu" ucap ku membela diri, memang betul Rina yang salah karena gak ngikutin apa yang ku bilang, kan alhasil masuk lubang kakinya untung gak masuk lubang ular kalau iya senang aku.

Tidak-tidak, sungguh aku tidak serius.

"Bukan karena keberatan badan mu, makanya kakinya masuk lobang?" Kenapa mamak ku ini tidak percaya padaku,  ah ingin rasanya ku gigit jari tangan ku sendiri.

"Bukan Mak, badan ku tidak besar dan tentunya aku ringan. Jadi tidak mungkin karena keberatan menggendong ku"

"Masa? kepala mu kau senderkan ke pundak mamak aja, mamak merasa berat kali apalagi ikut seluruh badan mu yang ada remuk mamak"

kesal? Iya, jelas. Tidak mau melanjutkan percakapan yang berakhir aku nangis nantinya, lebih baik aku menghabiskan susu dan keripik pisang ku saja.

"Kau marah kepada mamak?"

Aku yang mendengarnya semakin dibuat kesal, sungguh mamak tidak peka.

"Oh tentu tidak bagaimana mungkin seorang babu bisa marah kepada sang ratu, tidak mungkin"

Mamak tertawa pelan mendengar nya. "Kau kan ingin menjadi pilot, besar kecilnya tentang bagaimana persiapan menjadi pilot kau sudah tau?" tanya mamak dengan tangan yang sibuk membersihkan tempat tidur ku yang lumayan berantakan.

"Sudah" jawabku senang, mungkin ini awal percakapan yang menyenangkan.

"Namun tidak semua Mak, tapi setidaknya aku tau" menatap kearah ku dengan penuh sayang, kemudian mendaratkan bokongnya ketempat tidur ku kembali setelah selesai merapikannya.

"Coba sebutkan hal pertama yang harus dilakukan"

"Harus lulus sekolah" mamak terbahak mendengar ny, apa yang salah?

"Anak TK pun tau, kak"

"Mamak mau dengar lagi gak ini?" tanya ku kesal, tidak mungkin ku hentikan percakapan mengenai pilot, aku kan juga ingin memamerkan kemampuan ku dalam mengumpulkan informasi tentang profesi yang ingin aku dapatkan.

"Ok baiklah sepertinya kau bersemangat untuk menceritakan nya, silahkan mamak akan mendengarkan nya" dengan jari telunjuk dan jempol yang ia apit kemudian menempelkannya di bibir yang berarti mamak akan diam saat aku bercerita nanti.

"Kita harus tau bagaimana caranya mengemudikan pesawat, karena jelas berbeda dengan mengemudi mobil meski memiliki beberapa kesamaan salah satunya, sama-sama duduk"

Aku melihat mamak yang mengernyit kan dahi, Kenapa lagi ini?

"Setelah itu?" tanya mamak saat beberapa menit menunggu ku untuk melanjutkan cerita ku.

"Tidak ada"

"Sungguh?"

"Kau hanya mengetahui hal itu?" Tanya mamak ku lagi. Dan ku jawab dengan deheman.

"Itu berarti belum semuanya, hanya detail kuku yang kau ketahui" ujar mamak ku sembari melempar bantal ke arah muka ku, yang berakhir aku terjatuh, kesan yang ku rasakan adalah kepala bagian belakang ku mencium dinginnya lantai berbalut keramik.

"Baiklah, biar mamak yang gantian bercerita" aku mengangguk tanda setuju.

tiba-tiba mamak merubah raut wajahnya.

"Kau tau, Cerita tentang pilot?" tanya mamak setengah membisik Kepada ku.

Aku yang mendengarnya tiba-tiba merasakan bulu kudukku berdiri, aku pun menghampiri mamak dan mendaratkan bokong ku di tempat tidur ku, kini kami saling berhadapan.

"Emang ada apa dengan cerita tentang pilot Mak?" tanyaku dengan tangan memeluk boneka beruang milikku.

"Waktu mamak kecil dan masih tinggal di kampung, mamak punya teman yang juga bercita-cita ingin menjadi pilot seperti mu, dia berusaha belajar sekeras mungkin untuk bisa menggapai cita-citanya, semua keluarganya mendukung cita-citanya begitu pun dengan mamak yang selalu mendoakan agar dia bisa meraih impiannya, hingga disuatu hari-" potong mamak dengan wajah yang semakin di dekatkan di depan ku, aku semakin takut karena nya, bukan karena ceritanya tapi karena ekspresi mamak yang mirip dengan Sujana pemeran film horor yang kemarin aku dan teman-teman sempat menontonnya.

"Lalu" lirih mamak dengan mata yang dilebarkan, jujur aku takut.

"Tidurlah, besok kau akan telat jika tidur larut malam" ucap mamak kelewat santai setelah kembali ke posisi awal dengan raut wajah yang kembali seperti biasanya.

"Tapi aku mau mendengar lanjutannya Mak" kataku setengah berharap, karena setengahnya lagi aku berdoa dalam hati agar mamak tidak melanjutkan ceritanya.

"Tidak, kau akan susah tidur nantinya" ucap mamak, setelah itu mamak mencium kening ku dan menaikkan selimut ku setinggi dada.

"Tidur yang nyaman sayang, selamat malam"

"Mak" panggil ku.

"Kenapa hemm?" tanya mamak ku yang hampir menghilang dari balik pintu kamarku.

"Bisakah kita malam ini tidur bersama dikamar ku?"

Mamak terbahak mendengar permintaan ku, menghampiri ku setelah pintu kamarku ditutup rapat.

"Baiklah malam ini kita tidur bersama, ah mamak jadi ingat waktu dulu kau masih sering nangis setiap kali mamak suruh kau tidur pisah dari kami bapakmu"

"Ah iya ya hehehe, dulu itu aku tidak berani Mak, teman-teman ku seringkali menceritakan yang seram-seram padaku, aku jadi takut dan berakhir tidak berani tidur sendiri"

"Kapan terakhir kau tidur bersama kami?" tanya mamak memghadapku.

Aku tampak berpikir.

"Mungkin sekitar satu tahun yang lalu" jawab ku, yang malah mengundang tawa jahat mamak.

"Kamu ini pelupa" ucap mamak setengah tertawa "terakhir kau tidur bersama kami seminggu sebelum Bapakmu pergi" lanjut mamak yang kini telah memandang langit-langit kamarku, tawanya sudah berhenti kini yang ada hanya senyum tipis tanda mamak kembali mengingat kenangan bersama Bapak.

"Aku sayang mamak" ucapku dengan memeluk mamak dari arah samping.

"Mamak jauh lebih menyayangi mu sayang" ucap mamak, setelah itu mamak mengelus kepala ku agar aku segera tertidur.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel