Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

"Kak, hentikan dulu kegiatan mu, ayo bantu mamak masak"

"Sebentar lagi mak"

"Sebentar bagaimana lagi? Sudah dari satu jam yang lalu kau bilang begitu, tapi belum juga selesai"

Sungguh mamak cerewet sekali, jika dia tau yang ku lakukan dari satu jam yang lalu, mungkin dia akan memekik kegirangan nantinya.

"Iya Mak, apa yang harus aku lakukan?" tanyaku setelah sampai dibelakang mamak.

"Sontoloyo kampret" ucap mamak ambigu dengan tangan yang sudah ia tempelkan didada kirinya, mungkin kaget karena ku.

"Kamu ini, kalau mamak kena serangan jantung gimana? Suka sekali membuat mamak terkejut" ucap mamak kesal namun tidak sampai memukul ku dengan sendok penggorengan yang sedang ia pegang, jika iya habis lah aku.

"Maaf mak, aku gak akan gitu lagi" sungguh aku menyesal karena telah membuat mamak terkejut.

Mamak yang melihat perubahan wajah ku yang menampilkan raut muka bersalah alih-alih memaafkan ku mamak malah menjewer telinga ku pelan.

"Eleh, kamu suka sekali berjanji tapi tidak satupun kau tepati, yang kemarin pagi kau buat mamak terkejut karena teriakan mu yang macam toa masjid itu apa? dan hari-hari kemarin nya"

Bibirku berkedut mendengar ucapan mamak, ternyata aku terlalu banyak mengucapkan janji sampai lupa janji yang benar-benar ingin aku wujudkan itu yang mana.

Menggaruk tengkuk ku yang tentu saja tidak gatal dengan menampilkan senyum konyolku malah membuat mamak menggeleng kepala melihat tingkah ku.

"Ya sudah tolong ambilkan mamak garam didalam lemari bumbu itu dulu" ucap mamak kembali melanjutkan kegiatan memasak nya.

"Ini mak" kataku setelah mengambil garam.

"Ini bukan garam kak, ini gula. Apakah kau tidak bisa membedakan mana garam dan mana gula?"

"Tidak mak" jawabku cepat, bukan apa tempat gula dan garam itu sama. Sama-sama dikotak warna putik dan bentuknya juga sama, sama-sama halus. Bedanya yang ku bawa tadi ada beberapa semut yang mengelilinginya tidak banyak. Sedangkan yang satu lagi tidak ada.

"Makanya kau lihat-lihat dulu betul-betul, jika masih tidak yakin kau bisa mencicipinya sedikit agar kau tau mana gula dan mana garam, untung mamak belum memasukkan gula ini ke masakan mamak kalau iya, entah bagaimana nantinya rasa masakan mamak ini"

"Kenapa tidak mamak tuliskan ditutup keduanya nama dari masing-masingnya? biar aku gak perlu mencicipinya dan mamak juga gak kerepotan karenanya"

"Ngejawab aja terus, bilang aja kalau kau malas" ucap mamak dengan tangan yang tidak berhenti memasukkan beberapa bumbu ke masakannya.

"Maaf mak, jadi gimana? aku ambilkan garam itu dan ku kembalikan gula ke tempatnya lagi?"

tanyaku yang masih berusaha membantu mamak.

"Iya, jangan sampai ketukar lagi anak mamak yang paling cantik" aku tertawa mendengarnya, mamak terlihat lucu saat menahan marah setiap kali aku berbuat salah. Love you Mak.

"Lihat cara mamak masak kak, biar tau kau mana bumbu-bumbu yang dimasukan" sejujurnya aku terlalu malas jika harus mengingat bumbu mana yang dipakai saat memasak, bukankah semua bumbu itu sama?

"Tanpa melihatnya pun aku sudah tau mak" jawab ku sekenanya, agar cepat selesai pikirku.

"Apalah yang pertama kali mamak masukin?" Tanya mamak mengujiku.

Berpikir sebentar mencari jawaban di otak kecilku, sampai beberapa menit kemudian aku menyerah untuk berpikir.

"Kuali" jawab ku asal, tidak lebih tepatnya hanya itu yang ku temui saat berpikir lumayan keras tadi.

"Pintar kali ah anak mamak ini, setelah itu apa lagi sayang?"

"Sendok penggorengan" jawabku lagi.

"Oh nak ku, mamak tanya tadi itu bumbu bukan alat-alat, emang bisa masak kalau cuma ada kuali sama sendok penggorengan? aneh kali kau ini"

"Belajar masak kau nak, biar pas kerja nanti gak pusing kau mikirin makanan mu sehari-hari" nasehat mamak kepada ku, kadang-kadang heran aku padahal gak kemana-mana, kalau kerja pun dekat-dekat rumahnya.

"Gak bakal pusing aku Mak, nanti tinggal makan dirumah makan aja nanti, kan gampang. Mamak gak perlu pusing mikirin aku, kan aku hebat" tunggu dulu kenapa jadi mamak yang ku bilang pusing, ah sudahlah.

"Ini lah kan, belum kerja aja kau udah boros, apa pulak tinggal makan dirumah makan, dengerin mamak, kak. Kerja itu bukan segalanya tentang kesenangan, ada kalanya kita harus memikirkan masa depan oleh karena itu pintar-pintar lah menabung, karena kita gak ada yang tau apa yang akan terjadi dikemudian hari entah-entahnya kakak pengen sesuatu tapi harganya mahal kali, kan bisa terbeli kalau ada tabungan dari awal"

"Pintar kali ah mamak, ngeri ah sampai terkagum-kagum aku" kelakar ku pada mamak, sembari berdoa dalam hati semoga mamak menghentikan sesi nasehatnya ini.

"Mamak lemparkan lah kau ke danau yang banyak buayanya?"

"Boleh, biar bisa ku ceritakan sama teman-teman ku pengalaman berlibur ku, kan keren nanti jadi seleb dadakan aku nanti kalau bisa masuk ke danau yang banyak buaya nya tapi masih selamat"

"Halu aja terus, sampai mamak jadi presiden"

"Mamak aja yang gak tau, kalau halu adalah sebagian dari hidup kita. Mau mamak dengar cerita halu ku?"

"Tidak, terimakasih. Kalau dengar cerita halu mu nanti mamak ikutan gila seperti kau, dan gak jadi-jadi kita makan"

Aku tertawa sembari beranjak dari tempat duduk ku, kemudian merangkul pundak mamak layaknya seorang teman. "Kalau dilihat-lihat boleh juga mamak jadi teman ku"

"Gak mau mamak, mamak kalau berteman itu milih-milih teman dan tentunya macam kau gak ada dipertemanan mamak" ujar mamak enteng, sembari memberikan sepiring nasi beserta lauk-pauknya.

"Mak" panggil ku.

"Hemm"

"Berantamlah kita?"

"Nanti kalah nangis"

"UDAH NANGIS PUN AKU" jawabku keras dengan air mata yang benar-benar keluar.

Beginilah yang terjadi setiap kali berbicara sama mamak pasti akhirnya aku nangis.

"Suara mu kak besar kali didengar tetangga nanti, dipikir mereka ada anak kambing yang nyasar dirumah" kata mamak ku lagi, seperti nya terlalu bersemangat menggoda ku seperti biasanya.

"Udahlah nyari mamak baru aku" ku letakkan sendok ku kemudian berdiri untuk segera pergi dari meja makan.

"Pergilah, makin senang pun mamak" ku jambak rambutku frustasi, kenapa mamak ku menyebalkan sekali, astaga.

Tidak ada pilihan, aku kembali mendaratkan pantatku dikursi kemudian makan dengan sendok yang ku banting-banting dipiring.

"Kak, siapa di belakang mu" tanya mamak ku sedikit teriak, membuat ku terkejut bukan main.

Menangis sekeras-kerasnya dengan kedua telapak tangan yang ku gunakan untuk menutup mataku. Karena hal pertama yang terlintas dipikiran ku adalah kuntilanak, aku terlalu takut untuk spesies setan seperti itu

Bukannya kasihan liat aku nangis, mamak semakin tertawa sekeras-kerasnya, sampai-sampai ada nasi yang keluar dari mulut mamak.

"Sudah-sudah jangan nangis, cup cup anak mamak yang paling cantik, udah ya. Tadi itu mamak cuma bercanda mau nguji konsentrasi mu aja tadi" ucap mamak saat aku sudah dalam dekapannya. Bukannya tenang aku semakin menangis, memikirkan nasib ku untuk kedepannya jika harus berakhir tragis seperti ini lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel