BAB 2 TONTONAN SERU
TWAWAWANGG..
TWAWAWANGG..
Suara alarm hapeku yang terdengar aneh, meraung-raung, bergema di dalam rongga kuping; Seolah mencongkel kelopak mataku untuk terbuka dan meninggalkan mimpi berulang tentang kejadian 5 tahun yang lalu.
Kejadian itu memang membekas dalam di pikiranku, namun mimpi itu menjadi rekaman kenanganku terakhir kali bertemu dengan Lina. Hingga kini aku merasa sangat menyesal menjadi seorang pengecut yang meninggalkannya saat itu.
Dia adalah cinta pertamaku dalam hubungan yang hanya berlangsung sekitar 7 bulan saja. Namun kerinduan padanya terasa begitu dalam terpaku pada sukmaku hingga kini.
Setelah kejadian itu, Seakan Lina dan Kak Ajik menghilang dari bumi ini. Begitu juga situs BLACK-BLACKAN. Semua temanku juga tak satupun yang tau. Beberapa orang bahkan menganggap Lina dan keluarganya telah mati dibunuh. Tapi, aku tak percaya. Tak pernah kujumpai batu nisan yang bertuliskan namannya atau keluarganya. Instingku mengatakan bahwa mereka masih hidup. Namun entah di mana.
Aku masih mencoba menemukanya kembali melalui jagad maya dan akan terus kulakukan hingga ku temukan. Agar aku dapat berucap maaf dan betapa menyesalnya aku telah meninggalkanya. Juga ingin kukatakan bahwa sampai detik ini, aku masih sangat mencintainya seperti dulu.
Ku sadari, hingga kini tak ada satu wanita pun yang mampu menyentuh hatiku seperti sosok Lina yang telah terukir di kalbu.
Kadang aku berpikir. Apakah ini derita cinta ataukah karma karena telah meninggalkannya?
TWAWAWANGG..
TWAWAWANGG..
Raungan aneh itu kembali memekik, menandakan telah sepuluh menit aku terhanyut dalam lamunan tentang kisah masa lalu.
Dalam sisa kantuk yang masih menyelimuti, kuraih hapeku dan mematikan alarm yang suaranya memuakkan itu.
Sekarang masih jam enam lebih sebelas menit. Tak biasanya aku bangun sepagi ini, tapi karena nanti jam delapan pagi ada ujian matakuliah pemrograman C++, maka aku berencana untuk membaca kembali materi yang telah diajarkan. Semalam aku hanya begadang sampai larut. Tak belajar. Malah lebih asik menonton dan mengunduh beberapa film anime untuk menambah koleksi.
Nyawaku masih setengah dan kantuk masih belum hengkang. Aku raih laptop yang masih terbuka dan menyala. Semalam tak kumatikan, hanya aku sanding tidur karena masih mengunduh lima film sekaligus yang berkualitas HD. Ukuran filenya besar, sudah pasti akan sangat lama megunduhnya; makanya kubiarkan saja semalaman tanpa kawatir dengan jaringan internetnya mati.
Ya iya lah, aku kan kuliah jurusan komputer. Soal hacking jaringan internet yang sinyalnya kuat dan stabil, adalah hal yang sangat mudah bagiku.
Setelah aku cek, lima filmnya sudah selesai terunduh.
“Lumayan, dapat tambahan hiburan buat lima malam.” Gumamku.
Ku tutup laptopnya dan mengecharge batrenya yang sudah menyala merah tinggal lima belas persen. Mumpung waktuku agak longgar, kita kenalan aja ya.
Namaku Herman Saputro. Biasa dipanggil Herman oleh teman-temanku, kadang juga dijadikan bahan nyanyian “aku herman… aku herman…” yang merupakan plesetan lagu dari seorang artis senior berinsisial IF. Bagiku atau bagi kebanyakan orang, guyonan itu adalah suatu hal yang sudah sangat basi.
Aku masih jomblo di usiaku sekarang yang menginjak 21 tahun. Aku tidak suka terbebani dalam hal apapun, apalagi pacaran. Yang pasti, aku belum bisa melupakan sosok Lina.
Saat ini aku kuliah semester akhir di sebuah perguruan tinggi negeri, mengambil jurusan ilmu komputer; bukan pagi ambil komputer malam di hukum ya, karena guyonan itu tentu saja juga sudah sangat basi.
Sudah cukup basa basinya. Saya menyadari pula bahwa hal itu sangatlah tidak lucu hehehehe… Lanjut…
Dulu, aku sempat sedikit belajar komputer dari Kak Ajik. Setauku, dia aktif menjadi anggota sebuah organisasi hacker di negeri ini dan pernah mengajariku ilmu coding, meretas jaringan internet hingga membobol rekening. Tapi baru sebentar, dia sudah menghilang hingga kini.
Melalui sedikit pengetahuan itu, aku di terima di kampus favorit ini lewat jalur prestasi. Kemampuanku sepertinya juga sudah berkembang pesat setelah kuliah di sini.
Aku pun juga tergabung dalam organisasi hacker lokal. Tapi pasif… malah pasif banget. Kebanyakan nonton anime dan kartun anak. Untungnya nggak kecanduan ngegame.
Perasaan, aku kok malah congkak ya?
Daripada bengong kaya sapi ompong, aku memilih untuk mandi saja; sambil menunggu batre laptopnya penuh. Persiapan nanti buat belajar dan ujian.
Begitu peralatan mandiku sudah siap, aku keluar dari kamar kos yang terletak di lantai dua dekat tangga; menuju kamar mandi lantai dua yang terletak di ujung.
Ketika melangkah menuju kamar mandi, aku melihat ibu kos yang sedang menjemur pakaiannya.
Usianya masih dibawah tiga puluh limaan dan dia tinggal sendiri di rumahnya yang berada samping kos putra, bersebelahan dengan kos putri yang juga miliknya. Kedua kos putra dan putri ini adalah pemberian dari mantan suaminya. Seorang konglomerat. Katanya sih dia janda tingting, alias belum pernah punya anak. Menurut cerita, di pernikahan sebelumnya yang berlangsung sekitar sebelas tahunan, mereka tidak dikaruniai anak. Kemudian suaminya menceraikannya dan menikahi gadis lain, serta sudah punya anak dari perkawinan itu.
Nama ibu kosku adalah Tante Fitri, begitu dia minta dipanggil.
Tante Fitri merupakan primadona bagi para penghuni kos putra. Wajahnya cantik dan apabila tersenyum, maka akan terlihat lesung pipinya yang bagaikan terowongan dangkal. Kulitnya kuning langsat dan terlihat halus seperti boneka karet. Kadangkala, aku sering berfantasi mesum tentangnya dan juga mengintipnya.
“Eh, Herman. Tumben jam segini udah bangun?” Sapa Tante Fitri dengan ramah sambil tersenyum berlesung. Rupanya dia melihatku yang sedari tadi mengamatinya dari atas.
“I-Iya Tante, ada jadwal ujian pagi” jawabku grogi sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal, gatalnya dibawah.
“Oh, pantesan.” Balasnya sambil menggantungkan baju basah ke jemuran. Aku hanya tersenyum malu.
“Ini sudah akhir bulan lho, besok bulan depan jangan telat bayar kos lagi ya” sambungnya dengan wajah serius.
“Siap Tante” jawabku yakin.
Aku pun teringat, jika beberapa proyekku membuat website belum dibayar klien. Masih banyak revisinya. Padahal itu yang aku gadang-gadang buat bayar kos. Penghasilanku dari platform digital pun baru akan dibayar pertengahan bulan depan. Uangku yang sekarang, sudah kupakai untuk bayar kuliah dan hanya cukup buat makan hingga awal bulan.
Segera aku melangkah menuju ke kamar mandi agar tak ditanya lagi.
Saat dekat dengan pintu kamar mandi, perhatianku tertuju ke halaman kos putri yang terlihat dari lantai dua.
Tampak seorang wanita menepuk-nepuk tanganya memanggilku. Ku pusatkan pandanganku padanya dan ternyata itu adalah Ratna. Dia adalah teman sekolahku dan sekarang satu kampus denganku tapi beda jurusan. Dia tak pernah tau tentang keterlibatanku pada media BLACK-BLACKAN dulu.
Ada apa gerangan Ratna memanggilku?
Dia melambaikan tangan dan dari gerak bibirnya sepertinya memintaku turun ke sana. Aku pun menolaknya, dengan isyarat ku katakan jika aku mau mandi.
Pasca tragedi dulu, aku sempat dekat dengannya. Tapi sekarang aku sedikit menjaga jarak denganya. Wajahnya memang cantik dan kata teman-teman sih dia naksir aku. Memang keliatan banget sih kalo ngebet dan pingin selalu bisa bareng sama aku. Itulah yang bikin aku ga mau deket sama Dia. Aku tak mau menyakiti perasaannya dengan harapan palsu.
Ratna tak menyerah, ia tetap melambaikan tangan sambil bilang sebentar saja. Aku pun membalas dengan isyarat “Nanti saja ketemu di kampus.” Langsung ku tinggal masuk ke kamar mandi, entah dia paham isyaratku atau tidak.
Selesai mandi, kubuka pelan pintu kamar mandi. Ku intip di halaman kos putri masih ada Ratna atau tidak. Ternyata sudah pergi. Barulah aku keluar dan menuju kamar kosku sambil melihat ke bawah.
Tante Fitri tampaknya baru saja selesai menjemur pakaian, hendak mau masuk ke rumahnya. Dia berhenti di dekat jemuran handuk, kemudian terlihat mengambil handuk dan berjalan masuk ke kamar mandi rumahnya.
“Ahay, ada tontonan seru nih.” Gumamku girang melihat Tante Fitri mau mandi.
Tentu saja aku gembira, karena dua hari yang lalu aku berhasil meretas sebuah kamera CCTV tersembunyi yang tertempel di sudut atas kamar mandi Tante Lina. Entah siapa yang memasang dan kapan dipasangnya. Dugaanku adalah salah satu penghuni kos pria. Aku tak perduli siapapapun orangnya. Yang penting bisa membajak jaringan LAN kamera itu dan mendapatkan siarannya di laptopku.
Secepatnya aku kembali ke kamar kos dan menghidupkan laptop yang belum seratus persen batrenya itu. Kubuka browser internet, kemudian mengetikan alamat IPnya; Sesaat, muncullah video streaming yang tengah menampilkan Tante Fitri di dalam kamar mandi sedang melepas dasternya.
