Sugar Baby | Penyiksaan
Millie POV
Namaku Millie Watson. Tahun ini aku baru berusia 17 tahun. Aku hanya tinggal bersama ayahku yang seorang pemabuk. Selama setahun ini aku harus bekerja menjadi seorang sugar baby untuk membiayai sekolahku dan juga kebutuhan ayahku. Abraham Watson ayahku adalah seorang yang sangat ku benci. Karena pria itu aku kehilangan masa-masa indahku. Aku yang masih belia ini harus mengerjakan pekerjaan kotor itu karena pria jahat ini.
Seperti biasa, pagiku diawali dengan suara bantingan gelas yang terdengar dari arah dapur. Menyadari itu, aku akan memilih untuk mendekam di kamar selama beberapa menit jika tidak ingin menjadi sasaran amukan ayah.
Setelah bercerai dengan ibu 5 tahun yang lalu, tabiat ayah semakin berubah. Dari yang dulunya penyayang kini menjadi tidak berperasaan. Ayahku dulu orang yang sangat lemah lembut, tapi kini berubah menjadi orang yang tempramental. Dia akan melampiaskan emosinya dengan membanting semua barang yang ada di dekatnya.
Kenapa aku tidak ikut ibu saja?
Setelah bercerai, ibu seperti hilang ditelan bumi. Dia bahkan tidak membawaku pergi dulu. Jadi aku juga sangat membencinya karena dia salah satu penyebab ayah berubah.
Brakk
Brakk
Brakk
Aku terkesiap ketika tiba-tiba mendengar suara gedoran pintu kamarku. Disusul dengan teriakan ayah yang menyuruhku untuk segera keluar. Aku bergetar takut. Suara ayah terdengar sangat marah.
Bruakk
Bruakk
Suara gaduh semakin gencar terdengar. Ayah berusaha untuk mendobrak pintu kamarku. Aku semakin meringkuk memeluk tubuhku di pojok kamar.
BRUAKK
Pintu kamarku langsung terbuka lebar begitu ayah berhasil membukanya secara paksa. Aku melihat ayah dengan wajah takut dan air mata yang tak berhenti mengalir.
Srakk
"Argghh… " aku berteriak kencang karena tanpa aba-aba ayah menarik rambutku dengan kencang. Sakit sekali sampai aku tidak bisa menahan tangisanku.
"Apa yang kau lakukan, huh?" maki ayah di depan wajahku.
Aku menggeleng dengan air mata berderai. Ayah semakin menarik rambutku dengan kencang sampai aku merasa rambutku akan terlepas dari kulit kepalaku.
"Kenapa kau menolak diajak bermain dengan Eddy? Dia sudah mau mengeluarkan uang yang banyak untukmu." ternyata ayah memarahiku karena masalah ini.
Aku hanya bisa menangis ketika ayah sudah melayangkan tangan besarnya ke arah tubuhku. Ingin sekali aku memberontak, namun apalah daya tenagaku tak seberapa jika dibanding dengan pria tua ini.
Tamparan, pukulan dan tendangan bertubi-tubi ku rasakan. Sebelum kesadaranku hilang, aku dapat mendengar langkah kaki pria itu yang berjalan menjauh tanpa berusaha untuk menolongku.
|•|
Aku terbangun ketika merasakan tenggorokanku terasa kering. Dengan sisa tenagaku aku berusaha merangkak keluar kamar. Aku menekan rasa sakit dan takutku menuju dapur yang terlihat sangat mengerikan dengan pecahan beling dimana-mana. Untung saja tidak ada ayahku di sini.
Dengan susah payah aku mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas. Meminumnya hingga tandas. Air mataku tak berhenti mengalir mengingat semua penyiksaan yang dilakukan oleh ayahku selama setahun terakhir ini.
Rasanya aku sudah sangat lelah dengan semua perlakuan ayah padaku. Aku tidak ingin menjadi wanita penggoda. Selama setahun ini aku berusaha untuk selalu menjaga kehormatanku di tengah pekerjaan hinaku ini.
Setelah tenagaku kembali pulih, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Hari ini aku harus pergi ke sekolah setelah dua hari membolos karena pekerjaan itu.
Aku mematut diriku di cermin dengan pandangan sedih. Wajahku dipenuhi oleh lebam-lebam merah bekas tamparan ayah. Aku berusaha menutupinya dengan foundation. Aku sengaja mengurai rambutku untuk menutupi bekas kissmark yang diberikan oleh Om Eddy dua hari lalu.
Sekali lagi aku menekan dadaku yang terasa sesak mengingat apa yang sudah aku lakukan selama ini dan apa yang sudah aku alami beberapa waktu ini. Aku ingin pergi dari hidup menyedihkan ini. Aku ingin lari dari pekerjaan yang hina ini. Namun aku tidak bisa, aku hanyalah gadis lemah.
Selesai menutup bekas lukaku, aku kemudian segera pergi ke sekolah tanpa sarapan. Rasanya perutku tidak jadi lapar setelah mendapat penyiksaan dari ayah tadi.
***
