Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Sugar Baby | Diselamatkan

Millie POV

Saat ini aku sedang berada di sebuah bar dengan orang yang sedang menyewaku. Pria ini cukup tampan walaupun sudah berusia 40 tahun. Aku berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja ketika dia beberapa kali menyentuh bagian tubuhku di sela pembicaraannya dengan temannya.

"Duduk di pangkuanku, Baby!" titah pria itu. Dengan meredam rasa malu aku menuruti permintaannya. Kali ini aku sudah duduk di atas pangkuannya dengan posisi menyamping.

"Kamu yakin aku tidak boleh berbuat lebih?" bisik pria itu.

"No, just touching, no more." jawabku tegas.

Pria bernama Harry itu terkekeh. Dia semakin mengeratkan rangkulannya pada pinggulku. Entah mengapa malam ini aku merasa tidak nyaman. Seperti akan ada sesuatu hal buruk terjadi padaku.

Harry menarik tengkukku mendekat. Dia langsung menyambar bibirku dan aku menyambutnya dengan setengah hati. Percayalah, walaupun pekerjaanku adalah sugar baby, aku sangat tidak nyaman ketika mereka menjamah tubuhku.

Ciuman kami berlangsung hampir lima menit. Aku yang kehabisan napas langsung menarik diri menjauh. Harry mengalihkan bibirnya pada leherku yang terbuka. Hari ini aku memakai dress pendek sebatas paha dengan atasan yang hanya dikaitkan dengan dua tali tipis di sisi pundak.

Aku menggigit bibir bawahku saat merasakan lidah Harry menggoda area itu. Sorak ramai dapat ku dengar dari belakang punggungku. Aku menahan malu sekaligus tangis. Kenapa aku harus hidup dengan cara ini.

Lama dengan posisi seperti itu, tiba-tiba Harry menarikku untuk berdiri. Dia membimbingku entah kemana. Aku merasakan firasat buruk akan hal ini. Aku berusaha untuk melepaskan diri, namun Harry dengan kuat mencengkram pergelangan tanganku.

"Lepas." teriakku ketika dia semakin membawaku jauh memasuki lorong.

"Hahaha… Kali ini aku akan jadi orang pertama yang merasakan milikmu, Baby." dia mengatakan itu dengan wajah yang sangat menyeramkan.

Aku bergetar takut, masih berusaha untuk memberontak. Namun tenagaku tak sebanding dengan pria dewasa di depanku ini. Ketika Harry berhenti di salah satu bilik kamar yang berada di paling ujung, aku semakin panik. Sekuat tenaga aku menginjak kakinya dan berhasil. Dia menjerit kesakitan dan aku langsung berusaha kabur.

Aku keluar dari area bar dengan wajah ketakutan. Di belakang sana Harry masih mengejarku. Membuatku semakin panik dan takut sampai aku tidak sengaja menginjak sesuatu yang membuatku terjatuh.

Oh Tuhan..

Aku memejamkan mataku dengan wajah pasrah jika memang ini akhir dari hidupku. Di belakang sana, terdengar Harry tertawa senang. Aku menggigit bibir bawahku menahan diri untuk tidak menangis.

"Kamu tidak akan bisa lepas dariku, Baby." Harry mengatakannya dengan kekehan yang terdengar sangat menyebalkan di telingaku.

Aku merapalkan seluruh doa kepada Tuhan ketika langkah Harry semakin mendekat. Aku mungkin seorang pendosa, tapi setiap orang berhak meminta bantuan kepada-Nya, kan?

Bugh

Tiba-tiba dari arah belakang aku melihat seseorang memukul punggung Harry. Pria itu meringis dan berbalik dengan wajah marah. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria yang menolongku karena saat ini dia tengah menunggungiku.

Argghh…

Suara ringisan Harry menjadi akhir dari perkelahian mereka. Pria penolongku itu kemudian mendekat, kali ini aku bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Deg

"Mr. Holland.. " lirihku tertegun.

Pria itu, Adam Holland juga terlihat terkejut melihatku. Aku terdiam, merasa malu dengan penampilanku saat ini. Dia pasti berpikiran yang buruk tentangku. Walaupun nyatanya memang aku orang yang buruk.

"Sedang bekerja menjajakan tubuhmu?" pertanyaan yang keluar dari bibir Mr. Holland juga raut wajahnya yang meremehkan berhasil membuatku mematung.

A-apa dia tau pekerjaanku?

Memikirkan itu membuat sesuatu dalam diriku merasakan sakit. Apalagi mendengar dia dengan terang-terangan menghinaku.

"A-aku.. Aku tid-MR. HOLLAND AWASSS!" aku belum sempat menyelesaikan perkataanku karena tiba-tiba dari belakang aku melihat Harry yang sudah bangkit hendak menyerang Mr. Holland dari belakang. Tanpa berpikir panjang aku segera menariknya hingga posisi kami menjadi berbalik.

Bugh

Aku merasakan nyeri yang teramat pada punggungku. Mataku mulai berkunang-kunang dan kegelapan mulai menyapaku.

|•|

Author POV

Adam terkesiap ketika tanpa aba-aba gadis yang ditolongnya itu menarik tubuhnya hingga membuatnya limbung ke depan. Disusul dengan suara pukulan yang sangat keras yang dilayangkan oleh Harry.

Dia merasakan tubuh di dekapannya melemah. Membuatnya seketika panik karena kejadian tiba-tiba itu.

Adam menatap tajam pada pria yang tampak tertegun karena sudah salah memukul orang. Dia menjatuhkan balok kayu itu tanpa sadar.

Adam merasa marah melihatnya, sehingga setelah dia meletakkan tubuh Millie di pinggir jalan, dia langsung mengejar pria itu. Menghujaminya dengan pukulan telak yang tidak bisa dia balas.

Setelah puas memberikan pelajaran pada pria tua itu, Adam langsung kembali ke tempat Millie. Gadis itu masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Hey.. Wake up, girl.. Hey.. " Adam berusaha untuk menyadarkan Millie, namun gadis itu tak kunjung sadar.

Tidak ada pilihan lain. Adam langsung membawa tubuh Millie ke dalam mobilnya. Pria itu melajukan mobilnya entah kemana.

|•|

Adam POV

Aku terpaksa membawa gadis ini ke salah satu apartemenku. Aku tidak mungkin membawanya ke rumahku dengan penampilan gadis itu yang seperti ini. Aku juga tidak ingin Nathalie salah paham akan hal ini.

Aku meletakkan tubuh gadis ini di atas kasur kamarku. Dia masih belum sadar. Membuatku kebingungan karena tidak tau harus berbuat apa.

Sekali lagi aku menatap wajah gadis itu, turun ke tubuhnya. Sebagai pria normal, aku mungkin sangat tergoda dengan tubuh gadis ini. Namun aku sudah berjanji pada Nathalie jika aku akan merubah sikap burukku untuk tidak bermain dengan wanita lain lagi.

Aku memutuskan untuk menyelimuti gadis ini. Harusnya aku tidak perlu menolongnya karena salah gadis itu sendiri bekerja sebagai wanita penggoda. Namun sisi baikku mengatakan jika gadis ini tidak seperti yang aku pikirkan.

Tak lama ada tanda-tanda dia akan terbangun. Aku berdiri di sisinya menunggunya tersadar. Dan akhirnya gadis itu membuka matanya. Rautnya tampak ketakutan.

"Hei.. Tenang-tenang. Kau sudah aman di sini." aku berusaha untuk menenangkannya.

Gadis itu berangsur tenang. Membuatku bernapas lega karena tidak perlu berbuat lebih.

"Mr. Holland.. terimakasih karena sudah menolongku." kata gadis itu. Aku belum tau siapa namanya, namun aku tidak peduli.

"Hn. Lebih baik kau istirahat saja di sini sampai besok. Saya harus pergi." jawabku ingin berlalu. Namun gadis itu mencekal tanganku. Aku dengan refleks menyingkirkannya. Aku paling tidak suka ada orang yang seenaknya menyentuhku.

"Eh, maaf. Saya tidak bermaksud lancang. Saya hanya ingin bilang jika saya harus pulang sekarang." gadis itu tampak terlihat canggung. Aku masih menampilkan wajah datarku.

Dia beranjak dari tempat tidurku dan berdiri di depanku dengan jarak satu meter.

"Sekali lagi terimakasih atas bantuannya, Mr. Holland." katanya membungkuk dan segera keluar dari kamarku. Aku masih diam, tanpa ingin melihat kepergiaannya. Biarlah dia pergi, karena itu kemauannya sendiri.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel