BAB 4
BAB 4
HAPPY READING
_________________
Daftar kebutuhan bulan ini:
1. Ngasih mama dan papa wajib Rp. 2.000.000 (wajib, sebab beberapa bulan kemarin dia masih nganggur, malah ngutang mama sebensar Rp. 3.000.000).
2. Bayar hutang Stella Rp. 6.000.000 (karena untuk stock barang di toko online karena sudah menambah product baru dan marketing. Tapi untuk mencegah perang saudara, dia memiliki itikad baik untuk membayar seperempatnya saja.
3. Beli kosmetik dan skincare yang sudah mulai habis, oke Rp. 500.000 cukup. Parfum sudah hampir habis, namun ia mengurungkan niatnya untuk membeli parfum karena harga parfum miliknya harga Rp. 1.500.000, dia bisa membeli bulan depan.
4. Asuransi kesehatan orang tua, dan dirinya beserta obat-obatan dan vitamin sebesar Rp 3.000.000.
Beres dan menghitung dana yang harus ia keluarkan 6.500.000. Lauren sempat bengong karena itupun dia membayar Stella dan ngasih mama dan papa hanya 1 juta saja lalu membayar asuransi kesehatan. Dia melihat m-banking di ponselnya, karena keuntungan jualan belum seberapa, karena dia masih merintis. Solusinya memang ia harus bekerja. Tapi angka pengeluaran itu tidak pernah bohong, otaknya mulai panik berusaha mengingat lagi, kebutuhan apa lagi yang belum terdata. Seketika segerombolan daftar menyerbu kepalanya, seperti makan minum, transportasi, hiburan, dan belanja bulanan. Kepalanya sekarang diserbu dengan jarum. Pengeluaran jalan terus, sementara pendapatan tersendat.
Ini akibat dirinya yang sok mandiri melepas pekerjaanya dulu, seakan mendapatkan pekerjaan itu mudah. Sekarang dia kalang kabut, bagaimana mendapatkan uang tambahan? Satu-satunya cara kalau dia di terima di pekerjaanya sebagai staff accunting, setidaknya bisa menutupi uang bulanannya.
Lauren terpaksa membayar tagihan-tagihan utama terlebih dahulu, dia lalu tidur terlentang di atas ranjang. Dia menatap langit-langit plafon, setidaknya dia bersyukur kalau mobil yang dia cicil lima tahun sudah terbayar lunas tahun kemarin. Jadi tidak ada cicilan lagi, hanya keperluan rumah saja yang ia urusi.
Ini sudah hampir seminggu setelah dia interview, dia belum dipanggilan dan jawaban juga. Sepertinya dia tidak ada harapan untuk di terima di Perusahaan itu. Namun rasa penasaran Lauren cukup besar dia diam-diam mencari tahu nama Jayden Adhytama di pencarian google.
Lauren lalu melihat nama Jayden Adhytama di Wikipedia, di sana menjelaskan kalua Jayden Adhytama merupakan pengusaha asal Indonesia yang merupakan pemilik dari Tamacrop. Menurut forbes, Jayden merupakan orang terkaya ke-30 di Indonesia.
Riwayat hidupnya lahir di Surabaya, sebagai putra Soetikno Adhytama dan Soeryani. Sejak kecil memang orang tuanya sudah memiliki toko cat, lalu di turunkan olehnya. Lalu bisnis Jayden Adhytama sempat bangkrut beberapa tahun lalu, namun beliau bisa bangkit lagi. Lima tahun membangun bisnis lalu perusahaanya berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama Adhytama Grup.
Adhytama Grup sekarang berekspansi bisnis produksi air minum kemasan, lalu kemudian berekspansi ke bisnis pengembangan property. Tamacrop merupakan induk dari sebuah bisnisnya. Lauren terdiam sesaat, dia mengigit bibir bawahnya. Jayden ternyata pria yang sangat luar biasa menurutnya, dia sangat hebat. Namun di sana tidak ada Riwayat pernikahan dan anaknya, mungkin karena dia sudah bercerai dengan istrinya. Yang tercantum hanyalah saudara dan orang tuanya saja.
Sekarang ia tahu kalau kekayaan itu sebenarnya warisan turun temurun, Jayden bukan pria yang berbisnis dari nol. Walaupun bangkrut dia tetap bisa membangun bisnis, dan uangnya masih tetap banyak. Ia penasaran berapa kekayaan Jayden? Apa sama tajirnya seperti Braga dan pak Gunawan?
Lauren melirik jam di dinding kamarnya, di sana menunjukkan pukul 14.30 menit. Dia mencoba lagi peruntungnya melamar pekerjaan lagi di aplikasi pencari kerja.
_______________
Sementara di sisi lain,
“Rima …”
“Iya, pak,” ucap Rima dengan sigap dan tanggap mendekati atasannya.
“Tolong kamu kasih tau pihak HR kapan staff accounting yang baru masuk? Saya minta kandidat bernama Lauren Allesandra yang di terima,” jelas Jay.
Sebenarnya Rima ingin membantah atas perminataan boss nya itu, karena menurutnya tindakannya itu tidak adil. Dia menganggap itu adalah jalur instan. Ia tidak tahu ada hubungan apa Jayden dan wanita Bernama Lauren itu. Itu membuat kedudukannya sebagai sekretaris Jayden terancam.
“Baik pak,” ucap Rima pada akhirnya. “Ada lagi pak?”
“Sudah itu saja.”
Rima masuk ke dalam ruangannya, jangan salahkan dirinya kalau akhirnya ia terjangkit penyakit kronis wanita kota yang bernama sirik. Ia mulai tidak suka dengan wanita itu. Dia bukan selebrity, bukan juga penyiar acara di televisi, bukan juga selebgram ternama, yang bisa masuk ke kalangan pak Jay yang ia anggap bahwa dia bagian dari kaum elit di negara ini.
Banyak sekali pertanyaan diisi kepalanya. Apakah wajah wanita itu wara wiri di majalah-majalah lifestyle sebagai manusia berlebel socialite? Sepertinya dia wanita biasa. Ada manager marketing yang sukses di kantornya, menarik perhatiannya. Dia menarik, berpenampilan up to date. Di tambah lagi pintar mengoceh. Hampir semua kalimat yang keluar darinya menarik perhatian semua orang, dan dia juga laris manis sebagai MC. Apa wanita itu seperti itu? Ia mulai sadar kalau Lauren hanyalah staff biasa yang tidak memiliki jabatan apapun di perusahaan ini.
Semakin aneh, kenapa bisa berkenalan dengan pak Jay? Rima semakin pusing memikirkan Wanita Bernama Lauren itu. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang HR, karena memang ini adalah perintah atasannya, ia segera menyampaikan pesannya sambil membawa berkas wanita itu.
Rima mengetuk pintu ruang HR, dan dia dipersilahkan masuk ke dalam. Manager HR menyambutnya dengan ramah.
“Iya, ada apa Rima?” Tanya Tasya.
“Ada pesan dari pak Jay, kandidat wanita Bernama Lauren ini, yang diterima sebagai staff accounting yang baru.”
“Really?” Tanyanya tidak percaya.
“Yeah, seperti itu kenyataanya. Pak Jay, maunya dia. Tidak boleh dibantah, ini perintah beliau.”
“Okay, noted.”
“Siapa sih dia?” Tanya Rima, dia lalu duduk di hadapan Tasya, ia mulai senewen sendiri.
“Kenalan pak Jay sih kayaknya,” ucap Tasya.
“Cantik?”
“Lumayan.”
Rima melihat foto profil di CV itu, “Biasa aja sih, dia.”
“Tapi aslinya cantik, mirip Nia Ramadhani.”
Alis Rima terangkat, “Tinggi, hidung mancung, putih, bak model?”
Tasya mengangguk, “Iya, mirip mirip gitu sih. Dulunya dia asisten pribadi di keluarga pak Tanujaya Gunawan. Tau kan yang konglomerat itu.”
“Hemmm, terus.”
“Ya mungkin si anak baru ini udah masuk ke kalangan jet set, jadi bisa kenal sama pak Jay.”
“Kalau dia udah masuk ke kalangan jet set, kenapa ngelamar jadi staff accounting coba? Aneh kan.”
“Iya, sih aneh banget, harusnya dia tetap di sana.”
“Belum masuk aja, tuh anak buat gue senewen deh.”
Tasya hanya tersenyum, “Senewen kenapa?”
“Kayaknya sengaja mau deket sama pak Jay.”
“Masa sih?”
“Seriusan.”
“Udah, nggak apa-apa. Lagian belum tau kan kinerjanya gimana, belum tentu lulus probotion juga nanti.”
“Walau pun gitu, dia bakalan jadi anak emas pak Jay.”
“Hemmmm.”
“Kapan anak baru itu masuk?” Tanya Rima.
“Senin ini sih harusnya? Pak Jay minta cepet?”
Rima mengangguk sambil mengibaskan rambutnya, “Iya.”
“Yaudah, atur aja.”
“Takut tersaingi ya,” ucap Tasya tertawa menatap Rima sekretaris pak Jay yang super sexy itu terlihat sangat gusar.
“Ya nggak lah,” dengus Rima.
Rima beranjak dari duduknya, karena tidak suka ditertawakan oleh Tasya, “Okay, makasih penjelasannya ibu Tasya,” ucap Rima.
“Sama-sama Rima.”
Tasya melihat melihat Rima keluar dari ruangannya, dia mengambil ganggang intercom di mejanya. Dia menatap nomor Lauren di berkasnya. Dia mulai memencet tombol nomor di sana. Dia menaruhnya di telinga. Dia mendengar sambungan terangkat. Tidak lama kemudian panggilan terangkat.
“Halo,” ucap seorang wanita dibalik interkomnya.
“Halo selamat sore, apakah saya sedang berbicara dengan Lauren Allesandra?”
“Iya, dengan saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?”
“Terima kasih telah meluangkan waktunya. Saya Tasya Manager HRD dari Tamacrop. Saya ingin memberi kabar baik, anda telah lolos seleksi dan diterima untuk bergabung di perusahaan kami. Apakah anda mendengar kabar ini dengan baik.”
“Oh, terima kasih banyak. Saya senang mendengarnya.”
“Kami juga sangat senang mendengar antusiasisme anda! Kami yakin anda akan menjadi bagian yang berharga dari tim kami. Untuk Langkah selanjutnya, kami mengirimkan surat penawaran kerja resmi melalui email. Dalam surat tersebut akan ada rincian tentang posisi, gaji dan mulai bekerja. Apakah anda sudah siap untuk melanjutkan proses ini?”
“Tentu saya siap.”
“Baik, anda akan menerima email dalam waktu dekat. Kami harap anda dapat menindak lanjutinya dengan segera. Jika ada pertanyaan atau hal perlu diklarifikasikan, jangan ragu untuk menghubungi kami.”
“Terima kasih banyak.”
“Sama-sama, kami tunggu konfirmasinya segera.”
“Terima kasih banyak, saya sangat menantikan kesempatan ini.”
“Sampai jumpa! Semoga hari anda menyenangkan.”
Sementara di sisi lain, Lauren hamper tidak percaya, dia diterima kerja di Tamacrop. Lauren menaruh ponselnya di dada, ia senang bercampur lega. Keresahaan tentang segala hutang yang menimpanya, kini terbayarkan. Dia lalu tersenyum, kini beban hidupnya seketika hilang seketika.
Lauren beranjak dari tidurnya, dia lalu keluar dari kamarnya, “Maaa ….”
“Iya, sayang,” sahut mama dari arah bawah.
“Lauren diterima kerja.”
“Serius?”
“Iya.”
“Selamat ya sayang, mama senang akhirnya kamu diterima kerja lagi.”
______________
