Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3

BAB 3

HAPPY READING

_____________

Akhirnya nama Lauren dipanggil setelah satu jam lamanya dia menunggu, dia masuk ke dalam ruangan, di sana ada tiga orang user. Lauren menarik napas, dia berusaha tenang mungkin, dia duduk di kursi yang telah disediakan. Di sana recruiter bertanya, “Ceritakan tentang profile anda.”

“Perkenalkan nama saya Lauren Allesandra, dan saya memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Saya lulusan Universitas Bina Nusantara. Pengalaman sebelumnya saya pernah bekerja sebagai akuntansi selama dua tahun, di mana saya dapat memberikan keahlian dan kesempatan untuk mengasah kemampuan saya sebagai seorang akuntan.”

“Lalu selanjutnya saya bekerja sebagai personal asisten di keluarga Tanujaya Gunawan selama enam tahun, di sana saya berkesempatan untuk mengasah kemampuan saya seperti komunikasi, manajemen waktu dan analisis data. Achievement saya pada saat bekerja di sina, saya menghendel pekerjaan Pak Tanujaya Gunawan dan berserta kedua anaknya dan sudah beberapa kali mendapat reward dari keluarga beliau.”

“Untuk saat ini saya tidak terikat dengan instansi manapun. Saya mengambil posisi ini, karena saya ingin mengembangkan karir saya. Saya yakin di posisi ini cocok dengan kemampuan karir saya dan goal saya ke depannya.”

Para recruiter kembali menatap Lauren bertanya beberapa hal tentang pengalaman Lauren bekerja, setelah itu mereka saling berpandangan.

“Mungkin ini diluar pertanyaan kita sebagai recruiter. Kalau boleh tau, ada hubungan apa anda dan pak Jayden Adhytama?”

Lauren menarik napas, jantungnya seketika berdegup kencang, ia tidak tahu harus menjawab apa, “Kita pernah bertemu dua kali tanpa sengaja dan lalu berkenalan. Setelah itu tidak ada hubungan apa-apa lagi.”

“Baik terima kasih Lauren Allesandra, sudah hadir interview siang ini. Nanti akan kita hubungi lagi.”

“Baik, terima kasih,” ucap Lauren. Dia lalu keluar dari ruangan, ada dua kandidat lagi menunggu giliran.

Lauren memegang handbag-nya dan melangkah keluar. Dia merogoh ponsel di saku blezernya, dia melihat sebuah pesan masuk dari mama menanyakan bagaimana hasil interviewnya. Dia membalas, berjalan dengan baik.

Dia tadi sudah menjawab semua pertanyaan user dengan baik dan benar. Semoga saja point utama yang ia sampaikan dapat diterima, mengingat pengalaman kerjanya terakhir adalah personal asisten rasanya sulit sekali diterima karena pekerjaan sebelumnya berbeda.

Lauren melangkahkan kakinya menuju lift, dan dia memencet tombol bawah. Dia menunggu dengan sabar, beberapa detik kemudian dentingan lift berbunyi. Pintu terbuka, di dalam tidak ada orang sama sekali.

Lauren masuk ke dalam, namun tanpa Lauren sadari sejak tadi ada orang memperhatikannya dari kejauhan, setelah melihat Lauren masuk, dia mencegah pintu lift itu tertutup. Lauren memperhatikan seseorang yang masuk itu, lalu ada garis senyum di bibirnya, otomatis Lauren berdesis,

“Jay …” ucap Lauren pelan.

Jay tersenyum, “Hai, kita bertemu lagi,” ucap Jay.

“Iya,” balas Lauren ikut tersenyum.

“Mau turun juga?” Tanya Lauren.

“Iya. Kamu mau pulang?”

“Iya, langsung pulang,” ucap Lauren, dia melihat tangan Jay menekan ke lantai dasar.

“Mau ngopi dulu nggak? Di lobby ada kopi enak.”

Lauren menarik napas, menatap Jayden, dia mempertimbangkan ajakan pria itu, beberapa detik kemudian dia mengangguk, “Boleh.”

Jayden tersenyum mendengar Lauren menerima ajaknya, pintu lift lalu terbuka. Lalu mereka melangkah menuju lobby. Lobby terlihat lengang, karena memang ini masih jam kerja. Lauren mengikuti langkah Jayden menuju ke arah coffee shop. Mereka masuk ke dalam, Lauren mengobservasi tubuh Jay, dia memiliki postur tubuh yang tinggi tegap. Padahal ia sudah menggunakan high heels 10 cm tapi ia masih berada di lehernya.

“Kamu mau pesan apa?” Tanya Jayden ketika mereka di depan meja kasir.

“Americano,” ucap Lauren.

“Amricano dua, almond croissant dan bagel bites,” ucap Jayden kepada kasir.

Mereka menunggu dengan sabar ketika barista menyiapkan pesanan mereka. Jayden menatap Lauren di sampingnya.

“Gimana tadi interviewnya?”

“Berjalan dengan baik.”

“Nice,” ucap Jayden tersenyum.

“Ke sini pakai apa?” Tanya jayden.

“Mobil.”

“Sendiri?”

Lauren mengangguk, “Iya.”

Jayden mengucapkan terima kasih kepada kasir, lalu membawa tray itu ke meja kosong. Suasana coffee shop tampak tenang, tidak banyak orang di dalamnya, hanya ada mereka berdua dan beberapa orang di ujung sana. Mereka duduk saling berhadapan, Jayden mengambil cangkirnya dan menyesap kopi itu secara perlahan.

“Saya masih tidak percaya bisa bertemu kamu di sini,” ucap Lauren membuka pembicaraan.

“Saya juga tidak percaya, Lau. Amazing, bisa bertemu kamu lagi. Akhirnya ketemu juga.”

“Emang kamu nyariin saya?”

Jayden mengangguk, “Yupz, waktu itu. Saya sudah lama tidak melihat kamu. Iseng nanyain security, kata security di rumah itu kamu sudah resign.”

Lauren ikut menyesap kopinya, dia menatap Jayden yang masih memperhatikannya, dia menyelipkan rambutnya di daun telinga. Dia hanya tersenyum, tidak menjawab ucapan pria itu.

“Sudah lama nganggur?” Tanya Jayden.

“Lumayan. Capek juga jadi pengangguran, iseng iseng apply dan akhirnya saya dipanggil interview di sini.”

“Sebanyak apa kamu apply?” Tanya Jayden lalu tertawa.

“Lebih dari serratus kayaknya,” ucap Lauren ikut tertawa.

Jayden memperhatikan tawa Lauren, gigi putihnya terlihat jelas, dia bertambah cantik saat tertawa. Dia juga memperhatikan jari-jari lentik Lauren yang bersih, dia mengenakan cincin, gelang dan jam tangan. Kulitnya putih, matanya lenting dan makeupnya tidak berlebihan, dia terlihat elegan.

“Masih tinggal di Senayan?” Tanya Lauren lagi.

Jayden tertawa, “Masih dong, emang saya mau tinggal di mana lagi, Lau.”

“Siapa tau pindah.”

“Saya tidak akan pindah,” ucap Jayden pelan.

Lauren tersenyum, dia memperhatikan iris mata Jayden yang terkena Cahaya matahari, iris matanya terlihat jelas, ada warna hijau terlihat di sana,

“Wait …”

Jayden mengerutkan dahi, “Ada apa?”

Lauren menyipitkan matanya, “You have green eyes?”

Alis Jayden terangkat dan lalu tertawa, “Iya. Kamu baru sadar?”

Lauren mengangguk, “Beautiful eyes,” ucap Lauren.

“Thank you.”

Lauren dan Jayden saling tersenyum, “Seluruh keluarga saya tidak ada matanya seperti saya. Mungkin ini keturunan kakek saya yang berasal dari Belanda.”

“I see …”

________________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel