BAB 2
BAB 2
HAPPY READING
___________________
Siang itu panas terik, cuaca juga yang membuat Lauren menghentikan langkahnya dan lalu masuk ke dalam mini market untuk membeli sebotol minuman dingin untuk melepas dahaga. Ditegaknya perlahan sambil menyusut keringat yang mulai turun dipelipisnya karena dia mendapat parkir mobilnya lumayan jauh, apalagi mengenakan high heels setinggi 10 cm yang membuatnya sulit berjalan, namun ia tetap harus berpenampilan sempurna hari ini. Dia menghela napas, menatap penampilannya di cermin besar yang ada di minimarket itu, penampilannya masih rapi mengenakan rok span, yang dipadukan kemeja putih blazer abu-abu.
Lauren mengeluarkan ponsel dari saku blezernya, mengecek waktu, masih ada tiga puluh menit dia untuk melakukan interview, mini market ini berada di dalam gedung Revenue yang gedungnya nyambung langsung ke Mall Astha.
“Okay, perfect,” ucap Lauren mengomentari penampilannya.
Lauren keluar dari mini market, dia melangkah menuju lobby. Melihat ke arah luar, melihat langit memberontak tiba-tiba hujan sangat deras. Dia menatap beberapa orang wanita cantik berada di dalam lobby sambil menjinjing tas dan map seperti dirinya untuk melakukan interview.
Lauren mengeluarkan ponsel dan kini menyadari waktunya hanya tersisa lima belas menit, ia buru-buru melangkahkan kakinya menuju receptionis, di sana diintruksikan kalau mereka harus menunggu. Lauren berusaha tersenyum kepada kandidat lain, sejujurnya waktu itu dia apply di salah satu aplikasi pencari kerja, dia melakukan secara random. Ia tidak menyangka kalau ia dipanggil juga ikut serangkaian pisikotes dan interview.
Posisi yang ia lamar dengan pekerjaanya yang dulu, tentunya berbeda dari pengalaman kerjanya, dia di panggil untuk mengisi posisi staff accounting. Karena memang dia lulusan akuntansi. Di umurnya segini memang agak susah mendapatkan kerja, karena sudah dipastikan wanita-wanita muda itulah diberi kesempatan bukan wanita berumur 34 tahun seperti dirinya.
Tapi ia bersyukur kalau dia di panggil posisi ini, setidaknya dia bisa mengenakan pakaian kerja lagi dan memiliki kesibukan. Walaupun nanti tidak terima, ia tidak apa-apa dan tidak masalah untuknya. Dia tidak berharap terlalu banyak.
“Selamat siang, apa betul semua yang ada di sini melakukan interview dengan posisi staff accounting?” Sapa resceptionis itu dengan ramah.
“Iya, benar,” ucapnya semua termasuk Lauren.
“Tolong isi daftar kehadiran di sini, ya,” ucapnya receptionis itu lalu tersenyum.
Mereka mengisi daftar kehadiran, setelah itu Lauren menghitung dalam hari sekitar ada 10 orang yang hadir di sini. Semuanya masih muda-muda dan fresh, mungkin umur mereka 10 tahun lebih muda darinya. Ia mendengar katanya untuk posisi ini hanya untuk satu orang saja.
Setelah semuanya mengisi daftar kehadiran, receptionis itu membereskan berkas, karena sudah waktunya mereka untuk interview lanjutan. Karena sebelumnya mereka sudah melakukan psikotes secara online.
“Mari ikut saya ke atas, user-nya sudah menunggu kalian.”
“Baik.”
Mereka semua mengikuti langkah receptionis itu menuju lift, mereka masuk ke dalam. Receptionis itu menekan tombol 20. Selama berada di lift mereka semua diam. Hingga akhirnya dentingan terdengar, pintu lift otomatis terbuka. Atmophere suasana office sudah terasa Ketika Lauren menginjakan kaki di sini. Suasana kantor yang sangat keren ekslusif.
Lauren mulai berpikir jika bekerja di sini mungkin agak susah mencari makanan murah, semuanya nggak ramah di kantong jika gaji hanya UMR, walau kawasan ini dipenuhi restoran-restoran enak dengan berbagai fasilitas, tetap saja tidak cukup untuk gaji segini. Ia dengar katanya di sini ada food court electronic city, gofood festifal di lot 8 tapi tidak selalu tersedia, kantin karyawan hanya ada di Gedung Citycon dan PCP Tower. Opsi lainnya dia harus bekel, atau catering. Untuk ukuran gaji staff memang tidak semahal gajinya sebagai personal assiten. Mungkin jika tidak lolos interview ini, dia akan mencari pekerjaan sebagai personal assiten lagi dengan bantuan pak Gunawan, karena ia tidak bisa jika gaji hanya segitu-segitu aja, karena biaya hidup di Jakarta cukup tinggi.
Lauren menarik napas, dia menatap ke depan, sambil memegang handbag nya. Dia menyelipkan rambutnya di telinga, sambil mengitari office, mereka melihat banyak staff yang duduk di kubikel yang focus dengan pekerjaanya.
Sementara di sisi lain, tanpa sengaja ada seseorang memperhatikan Lauren dari kejauhan. Dia mengerutkan dahi, memperhatikan dengan seksama dan intens. Dia memastikan apa yang ia lihat itu benar dia wanita yang pernah jogging bersama atau tidak. Dan ternyata benar, dialah wanita yang menghilang tanpa jejak itu, sekarang dia menemukannya di sini. Sungguh rasanya tidak percaya bisa menemukannya di sini. Ketika dia bertanya security sang penjaga rumah, katanya wanita itu sudah resign. Dia seperti menang undian lotre seharga puluhan juta dollar.
“Lauren!” Sapanya begitu saja.
Lauren lalu menoleh menatap ke arah sumber suara. Lalu langkahnya terhenti begitu juga dengan beberapa orang yang bersamanya. Lauren menelan ludah, dia memperhatikan pria itu, pria itu adalah Jayden Adhytama yang merupakan tetangga Braga.
Lauren memperhatikan pria itu mengenakan kemeja putih dipadukan dengan blazer, rambutnya tersisir rapi. Dia terlihat sangat berwibawa, tubuhnya tegap, rahangnya tegas dan dia memiliki postur tubuh yang sangat bagus.
“Apa kabar, Lau?” Sapanya lagi, dia terlihat antusias atas kehadiran Lauren di sini..
Lauren membuyarkan lamunannya, “Hai ... Kabar saya baik. Kamu gimana?”
“Baik juga.”
“Senang bertemu dengan kamu lagi.”
“Sama-sama, saya juga senang bertemu kamu,” ucap Lauren lalu tersenyum.
Jayden memperhatikan sekumpulan wanita-wanita di sana, “Ada apa ke sini?” Tanya Jayden penasaran.
“Interview, untuk mengisi posisi staff accounting.”
Alis Jayden terangkat, “Really?”
“Iya.”
“Enggak kerja sebagai personal assisten lagi?”
“Enggak, udah resign.”
“Why?”
“Ada hal hal yang membuat saya harus move dari sana. Saya tidak bisa menjelaskan kepada kamu di sini.”
“I see, okay,” ucap Jayden mengangguk paham, dia menatap staff HR yang memperhatikannya dari kejauhan. Ia tahu kalau kehadirannya menyapa Lauren membuat orang di sekitarnya bertanya-tanya tentang hubungannya dengan wanita cantik di hadapannya ini.
“Kamu sendiri?”
Jayden menarik napas, “Nanti kamu akan tahu siapa saya.”
“Sepertinya kamu sudah ditunggu, silahkan masuk ke dalam ruangan. Semoga kamu berhasil mendapati posisi itu,” ucap Jayden mengedipkan mata kepada Lauren.
Lauren yang melihat itu hanya tersenyum, lalu Jayden pergi meninggalkannya begitu saja. Sementara Lauren kembali mengikuti langkah staff HR bersama kandidat yang lain. Lauren mengisi form yang telah disediakan, lalu setelah itu mereka duduk di kursi tunggu.
Lauren menatap layar ponselnya semakin kabur karena pandangannya semakin kosong. Tadi dia bertemu Jayden, apa yang harus ia lakukan di sini? Apa Jayden sangat berpengaruh di perusahaan ini? Mengingat tadi Manager HRD memperhatikannya terus menerus. Apalagi diperhatikan dengan kandidat lainnya, yang membuatnya seperti kandidat dengan lebel jalur orang dalam. Apa Jayden pemilik perusahaan ini? Mengingat dulu pria itu bercerita kalau dia sempat bangkrut lalu bangkit lagi.
Lauren mengigit bibir bawah, ia antara bingung dan bimbang. Dia memang pernah bertemu Jayden beberapa kali saat jogging namun mereka tidak dekat, karena setelahjogging dulu dia tidak pernah bertemu lagi dengan pria itu lagi.
Hingga akhirnya salah satu kandidat keluar dari ruangan setelah interview, lalu setelah itu beberapa orang dipanggil tapi bukan dirinya. Lauren menarik napas panjang, menunggu dengan sabar dan tenang. Oh sialnya! Dia sangat gugup hari ini. Ada apa sebenarnya? Kenapa dia dipertemukan lagi dengan pria itu?
___________
Sementara di sisi lain, Jayden duduk di kursinya, dia mengetuk meja dengan jemarinya. Rasa penasarannya cukup besar menghantui isi kepalanya dengan wanita bernama Lauren,.
“Rima …” panggil Jay.
Tidak lama kemudian Rima lalu muncul, “Iya pak, ada yang bisa dibantu?” Ucapnya ramah.
“Kamu hubungin divisi HRD, saya minta salinan berkas kandidat staff accounting atas nama Lauren, sekarang ya.”
“Baik pak, ada lagi pak?”
“Sudah itu saja.”
Jayden melihat sekretarisnya itu pergi meninggalkan ruangannya. Dia lalu melanjutkan pekerjaanya. Tidak lama kemudian akhirnya berkas itu berada di meja kerjanya. Dia membuka berkas itu, di sana tertera CV Lauren. Nama lengkap wanita itu adalah Lauren Allesandra, tinggal di Jakarta Pusat. CV dibuat secara simple namun tetap menunjukkan professional, pendidikan terakhir sarjana akutansi, lalu pengalaman kerjanya yang terakhir menjadi personal assistant selama lebih dari enam tahun. Dedikasi dia di dalam pekerjaan sebagai personal assistant cukup lama. Dia lalu menyandarkan punggungnya di kursi, sambil menatap foto Lauren di dalam CV itu.
“Rima!” Panggil Jayden.
Rima buru-buru ke ruangan atasannya, “Iya, pak.”
“Bilang sama HR, tolong kandidat bernama Lauren saya keep dulu.”
“Baik pak.”
“Terima kasih.”
____________________________
