Bab. 7 Tetap Kamu!
Berapa kali pun disangkal atau diingkari,
Selalu saja,
Hatiku kembali memilihmu.
~~~~
Author' PoV
Lista berlari sekuat tenaga dengan satu tujuan yaitu menyelamatkan bundanya. Masih segar di ingatan dan sudut otaknya bagaimana peristiwa besar itu terjadi.
Di hari kelulusan, Lista mengundang Kevin Sukar Riadi untuk bertemu. Dia mengumpulkan keberanian hanya untuk pernyataan cinta konyol yang berakhir dengan penolakan. Patah hati, Lista enggan pulang hingga malam.
Ratna, Bunda Lista yang saat itu pamit pulang terlambat mencari putrinya yang tidak ada di rumah saat tiba di rumah. Juga, tidak ada kabar tentang keberadaannya. Ratna yang khawatir memutuskan untuk mencari putrinya. Naas, pencariannya terhenti saat sebuah mobil menabraknya. Ratna tewas di tempat.
Lista yang malang. Dia hanya bisa menyesal saat mendapati Ratna dalam keadaan tidak bernyawa. Dia menyalahkan dirinya meski tidak ada yang mengatakan bahwa itu salahnya.
"Lista." Panggilan itu menghentikan langkah kaki gadis berambut pendek di atas bahu itu.
Kevin Pradana atau yang meminta dipanggil Dan, berdiri di depan Lista dengan membawa sebuah kantong plastik. Seolah dia baru saja datang dari berbelanja.
Ada raut kecemasan yang tampak di wajah Dan. Pemuda itu dapat menangkap perasaan tegang dan panik yang tidak mampu disembunyikan dari ekspresi wajah Lista.
"Mau ke mana? Ada apa?" tanya Dan.
"Aku harus mencari Bunda, Dan," jawab Lista dengan nada suara yang terdengar gemetar.
Lista terlihat sangat ketakutan dan khawatir. Wajar, dia baru saja bertemu bundanya setelah sekian lama terpenjara dalam penyesalan berkepanjangan dan kini terancam merasakan perpisahan yang menyakitkan sekali lagi. Kalaupun takdir tidak bisa diakali, setidaknya dia ingin mengucapkan selamat tinggal.
Lista tidak mau Ratna pergi sebelum dirinya. Itu akan sangat menyakitkan. Intinya atau Lista di dunia ini. Oleh karena itu dia tidak mau kehilangan bundanya lagi. Tidak mau!
"Lista!" Panggilan Dan menyadarkan pikiran Lista yang kacau.
"Ada apa?" tanya Dan sekali lagi.
"Dan, bantu aku! Aku, aku-," kata Lista gugup. Bibirnya terasa kaku dan dingin.
"Tenanglah, ada apa?" tanya Dan dengan lembut.
Lista tidak menjawab, hanya mulai terisak, tak sanggup mengatakan pada Dan kalau hari ini adalah hari kematian bunda. Di dunianya dulu, kematian Ratna terjadi saat hari kelulusan. Tapi di dunia ini, kematiannya seolah berjalan lebih cepat.
Ini sungguh sangat menyimpang. Lista menduga kalau dia berada di dunia di mana variable X dan Y yang saling terhubung bertukar nasib.
"Lis," panggil Dan seraya menghapus pelan air mata yang menetes di pipi gadis itu.
Lista memandang lurus dan tak sengaja menangkap sosok shinigami yang dikenalnya. Tidak!
"Aku harus bisa mencegahnya," bisik Lista penuh tekad.
Lista terpuruk karena kematian Ratna dan dia tidak mau Lista di dunia ini juga mengalami hal yang sama dengannya. Gadis itu bahkan belum lulus. Semua kesempurnaan yang didapatnya di dunia ini akan sia-sia jika Lista tidak menjadi apa-apa. Setidaknya, Lista ingin memberikan hadiah kecil pada Lista yang dia pinjam hidupnya saat ini.
"Lista," panggil Dan membuat gadis itu membuyarkan lamunannya.
"Ada apa?" Dan bertanya lagi.
Lista menyeka air matanya lalu memandang Dan dengan sorot mata yang lebih tegar dan sabar. Sorot matanya menunjukkan tekad yang kuat.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Dan masih merasa cemas.
"Tidak," jawab Lista tanpa ragu membuat Dan sedikit kaget mendengar jawaban tidak terduga itu.
"Bisakah kamu membantuku, Dan?" pinta Lista dengan raut wajah serius.
"Apa?" tanya Dan bingung.
Lista mengambil handphone miliknya dan membuka galeri, mencoba mencari petunjuk tentang tempat Ratna bekerja. Di dunia ini, informasi ingatan Lista dan di dunianya sebelumnya tidak berguna sama sekali. Jadi, dia harus berpikir dengan logika bukan perasaannya.
"Bawa aku ke tempat ini," pinta Lista sambil menunjukkan sebuah foto.
Dan mengamati sebentar lalu mengangguk mengerti.
"Baiklah," katanya menyanggupi.
Lista dan Dan pun bergegas ke tempat tujuan.
"Bunda, tunggulah sebentar, Lista akan segera ke sana!" Lista membatin.
***
Seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari sebuah toko. Wanita itu tampak sibuk menutup dan mengunci toko. Setelah selesai, dia mulai berjalan pergi. Dia mulai melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu makan malam, kemudian dia menghela napas berat lalu merogoh kantong celananya untuk mengambil handphone.
Dia mengernyitkan kening saat melihat ada banyak panggilan tak terjawab. Dia memode silent'kan handphonenya saat bekerja sehingga tidak menyadari panggilan masuk yang banyak itu. Ketika hendak menelpon balik, handphonenya lowbat.
"Ya ampun," dengusnya kesal.
Dia hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu melanjutkan langkahnya menyusuri jalanan yang masih ramai malam ini.
Wanita itu tertegun saat melihat seorang penjual makanan di seberang jalan
"Itu makanan kesukaan Lista," katanya senang. "Akan aku belikan untuknya," lanjutnya berkata pada dirinya sendirinya.
Wanita itu bergegas berjalan menuju jalanan. Dia berhenti di sebuah rambu lalu lintas.
Dia menghela napas sembari menoleh kiri-kanan, hendak menyebrang untuk membeli makanan kesukaan anaknya. Dia merasa lampu merah menyala terlalu lama membuatnya sedikit kesal. Ya, wanita itu adalah Ratna, Bunda Lista.
Ratna menoleh kiri-kanan, mencoba memastikan jalanan benar-benar kosong dan aman untuk menyeberang. Dia tidak menyadari ada sebuah sosok yang sudah berdiri di depannya seolah sedang menunggunya.
Sosok itu memakai jubah hitam dengan tudung hitam yang menutupi seluruh bagian kepala dan wajahnya. Dia berdiri dengan memegang sebilah sabit yang begitu panjang dan tajam.
Ratna tersenyum senang lalu berjalan menuju seberang jalan dengan terburu padahal lampu merah masih menyala.
Ratna tesentak, kaget ketika kakinya tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Entah kenapa kakinya mendadak kram dan tidak bisa digerakkan. Sebuah lampu mobil menerpa tubuhnya, membuatnya memejamkan mata dalam sekejap, silau.
"Bunda!!!!" Teriakan itu terdengar seiring bunyi rem mobil yang mulai terdengar dan memekikkan telinga.
Citt.. Citt.. Citt..
"Heh, kalau jalan lihat-lihat! Dasar menyebalkan!"
Pemilik mobil itu menampakkan wajahnya sebentar lalu melajukan kembali mobilnya.
Ratna termangu. Wanita itu sekarang sudah berada si tempat awalnya, di dekat lampu merah. Sebuah tangan menarik paksa tubuhnya yang hanya mampu mematung saat mobil itu berada di depan matanya dengan cepat dan tidak terduga.
"Tante, anda baik-baik saja?" tanyanya.
Wanita itu hanya diam, masih trauma dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
"Bunda, bunda baik-baik saja?"
Lista yang tadi sempat berteriak histeris itu mendekati bundanya. Mereka saling berpelukan penuh haru dan bahagia.
"Bunda, jangan pergi," rengeknya dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya.
"Maaf," bisik Ratna lirih.
Cowok di dekat mereka hanya tersenyum kecil. Ada kebanggaan tersendiri yang dirasakannya saat melakukan apa yang menurutnya sangat terpuji dan baik hati.
Lista melepas pelukannya dari bundanya. Ditatapnya Bunda di hadapannya dengan penuh cinta dan penghormatan.
"Maafkan Lista, Bun," pintanya tulus.
Ratna mengangguk kecil dan mereka berpelukan sekali lagi. Lista pun melepas pelukannya dan memandang Dan yang sudah berdiri sejak tadi, memperhatikan apa yang dilakukannya dengan Ratna.
"Oh iya! Bunda perkenalkan, ini Dan, teman Lista," katanya memperkenalkan Dan.
"Dan, terima kasih banyak. Tanpa bantuanmu, entah apa yang akan terjadi pada Tante," kata Ratna dengan tulus.
Dan hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
"Sama-sama, Tan," katanya. "Baiklah, kalau begitu saya pamit, tante!" pamitnya.
Ratna mengangguk lalu Dan pun pergi setelah msngucapkan salam perpisahan pada Lista. Gadis itu kemudian memandang bunda dengan seksama setelah kepergian Dan.
"Bunda tidak apa-apa? Ada yang terluka?" tanya Lista bertubi-tubi.
Ratna hanya menggeleng pelan.
"Bunda tidak apa-apa," sahut Ratna mencoba menenangkan hati putrinya yang terlihat sangat khawatir.
Ratna mengangkat kepalanya lalu memandang ke sekelilingnya.
"Den Kevin," katanya saat menyadari kehadiran seorang pemuda yang sangat dikenalnya.
Lista terperanjat kaget saat mendengar nama Kevin disebut. Gadis itu menolehkan pandangannya sejajar dengan arah pandangan mata bundanya.
"Lista," katanya lirih.
Lista terpana dengan sebuah pemikiran yang tidak mampu diterjemahkan.
"Kevin?"
"Kalian saling kenal?" tanya Ratna.
Lista tidak menjawab, hanya membisu dengan hembusan angin malam yang membuat perasaannya mendadak mendung.
Lebih dari sekadar kenal, Bun. Aku mencintainya, ucap Lista dalam hati.
