Bab. 8 Kebenaran Yang Terkuak
Saat mobil sudah jauh meninggalkan desa mbah Marni, diperjalanan itulah mba Siti menceritakan keseluruhan cerita kenapa dia di pasung. Ternyata Sari benar anak Pak Roby dan Bu Mala, tetapi Sari terkena guna - guna kiriman dari lawan bisnis pak Roby yang harusnya ditujukan ke pak Roby, sehingga Sari sakit keras dan meninggal, tetapi oleh mbah Marni yang ternyata adalah seorang dukun yang masih kerabat pak Roby, roh Sari dipelihara yang seharusnya sudah meninggal dan tubuh Sari terus dirawat dan diberi bacaan gaib oleh mbah Mirna agar tubuhnya tidak membusuk. Rohnya Sari di penjara dan diletakkan di sebuah guci di kamar pak Roby dan bu Mala, sehingga tidak bisa pergi, dan dengan terpenjaranya roh Sari maka semua guna - guna yang ditujukan ke pak Roby akan terpental dan kembali balik ke siapapun yang berniat mengirimkan guna - guna tersebut. Sejak saat rohnya Sari di penjara di dalam guci, bisnis pak Roby semakin berkembang pesat , tetapi ada masa waktunya roh di penjara di dalam guci, tidak boleh melebihi 5 tahun, makanya mereka berniat mengambil bayi yang akan dilahirkan oleh mba Siti untuk ditempati oleh rohnya Sari, sehingga Sari bisa terlahir kembali dan bisa mereka manfaatkan terus untuk membentengi bisnis pak Roby serta membentengi diri dari ancaman lawan bisnis pak Roby. Rani merinding mendengarkan cerita mba Siti, karena Rani tidak pernah mengalami kejadian mengerikan dan manakutkan seperti ini. Betapa teganya pak Roby dan bu Mala memenjarakan roh anaknya sendiri dan memanfaatkannya demi kekayaan dan keberhasilan usahanya. Setelah mendengar cerita dari mba Siti, Rani kembali teringat dengan suara – suara berisik didalam kamar bu Mala dan pak Roby beberapa waktu lalu, jangan – jangan itu adalah suara roh nya Sari yang ingin keluar.
“Mba Siti beberapa waktu lalu saya pernah mendengar suara – suara yang sangat berisik yang berasal dari kamar Bapak dan Ibu, seperti suara benda yang jatuh juga, apa itu rohnya Sari mba?”. Tanya Rani kepada mba Siti.
“ apa kamu mendengarnya waktu malam sekitar jam 10 malam?”. Tanya mba Siti.
“ Benar mba, dan setelah itu ada suara ketukan di depan pintu, waktu saya lihat ternyata itu setan mba, setan perempuan berbaju putih mba.” Ujar Rani merinding ketakutan, Rani masih terus ketakutan setiap mengingat hantu perempuan yang dilihatnya di rumah Bu Mala malam itu.
“ Benar suara yag kamu dengar itu memang rohnya non Sari, rohnya non Sari selalu ingin keluar dari guci agar dia bebas kembali ke alamnya, jika dikurung terus dia akan menjadi roh penasaran.” Kali ini mang Amat yang menjawab Rani.
“ Pantesan ya mang bu Mala melarang saya masuk membersihkan kamarnya.” Ujar Rani
“ Iya neng, saya waktu bekerja di rumah bu Mala juga saya dilarang masuk ke kamarnya Ibu neng, dan saya dulu juga bingung kenapa setiap jam 10 malam selalu ada suara di kamar Ibu saat Ibu dan Bapak tidak di rumah. Tetapi mang Amat menjelaskan ke saya, setelah itu saya baru tahu. ” Ujar mba Siti menjelaskan ke Rani.
“ Lalu kalau hantu perempuan itu siapa mang?” Tanya Rani penasaran ke mang Amat.
“ Itu hantu penunggu di pohon beringin di samping rumah, hantu itu juga hantu yang disembah oleh pak Roby, makanya setiap hari diberi sesajen, memang pak Roby dan bu Mala sudah lama menjadi pengabdi roh – roh setan seperti itu. Mereka percaya bisnis mereka akan lancar dan sukses dengan bantuan roh atau setan – setan seperti itu. Dulu bu Mala setelah menikah dengan pak Roby mereka memerlukan waktu bertahun – tahun untuk bisa mempunyai anak, kemudian mereka sering pergi mendatangi tempat – tempat keramat untuk meminta keinginan mereka, setelah akhirnya bu Mala berhasil hamil dan melahirkan non Sari. Roh di pohon beringin itu, merupakan salah satu roh yang mereka bawa dari tempat keramat lalu ditempatkan di pohon beringin, makanya roh itu setiap malam selalu ingin memasuki rumah dan mungkin juga ingin mengambil rohnya non Sari.”
Rani sekarang sedikit memahami apa yang telah dialaminya di rumah majikannya, ternyata selama ini kedua majikannya adalah penyembah setan. Setelah mengetahui hal ini Rani sangat bersyukur menjadi orang desa karena mereka tidak pernah terpikir untuk menjadi orang kaya dengan cara mengerikan seperti yang dilakukan oleh majikannya itu.
Kemudian mang Amat menceritakan bahwa malam ini adalah waktu yang telah direncanakan mang Amat dan pak Yayat, setelah pak Yayat mengantar pak Roby dan bu Mala, mang Amat pada tengah malam akan masuk kekamar pak Roby dan memecahkan guci yang berisi rohnya Sari, pada saat masuk ke kamar pak Roby, ternyata di dalam kamar ada meja sesajen juga, guci yang berisi rohnya sari diletakkan ditengah meja dan sekeliling meja banyak ditaruh barang - barang seperti bungkusan kain kuning, keris dan boneka yang terbuat dari jerami yang dipakaikan baju. Sebelum mengambil guci dan dipecahkan mang Amat membakar barang - barang tersebut, dan setelah itu terdengar suara dari dalam guci dan gucinya bergoyang seakan – akan ada sesuatu didalamnya yang ingin keluar. Mang Amat juga membaca doa sebelum dia memecahkan guci tersebut dan segera keluar dari kamar pak Roby, kata mang Amat dia mendengar suara non Sari mengucapkan terima kasih.
Setelah melaksanakan semua rencananya mang Amat segera meninggalkan rumah pak Roby dan bu mala dan segera menuju ke rumah mbah Mirna untuk menjemput mba Siti dan Rani. Mang Amat sangat bersyukur ternyata saat sampai di rumah mbah Mirna ternyata mba Siti dan Rani sudah berhasil lolos dan keluar dari rumah mbah Marni.
Beberapa hari berlalu Rani memutuskan untuk ikut mang Amat dan mba Siti bersembunyi di sebuah desa yang ternyata adalah desa asal mang Amat sebelum merantau ke kota, tidak lama setelah mereka di desa itu pak Yayat segera menyusul dan dari cerita pak Yayat diketahui bahwa ternyata setelah mengantar majikannya pulang pak Yayat segera kabur dan tidak lagi bekerja di rumah pak Roby. Pak Yayat tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Mang Amat meminta Rani agar bersembunyi dulu untuk menghindari pak Roby dan bu Mala, dan Rani memutuskan untuk tidak kembali dulu ke desanya, takut akan dicari oleh majikannya. Pak Yayat menganjurkan Rani untuk tinggal sementara di desa tersebut sambil menunggu keadaan aman, takut jika majikannya mencarinya di desanya, karena majikannya begitu menakutkan dan selalu mengandalkan mbah Marni yang merupakan dukun santet itu. Tak lama setelah itu Mba Siti melahirkan seorang anak perempuan yang cantik dan sehat.
