Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Menjaga Jarak

Pagi ini Zia sudah kembali berkutat dengan komputernya. Zia tampak serius tanpa menyadari sedari tadi Jonas duduk di hadapannya dan dengan saksama mata birunya memperhatikan wajah serius Zia saat ini.

"Serius banget," celetuk Jonas dengan santai namun berbanding terbalik dengan Zia yang langsung menatap horor ke arah Jonas sambil memegang dadanya.

"Jonas!" seru Zia sambil memasang wajah kesalnya membuat Jonas hanya dapat tertawa geli melihat tingkah Zia saat ini.

"Kamu serius banget sih, masa gak nyadar dari tadi aku di sini," balas Jonas dengan memamerkan senyumannya.

"Nyebelin," sungut Zia sambil mengerucutkan bibirnya.

"Biarin, nyebelin gini juga dulu kamu suka," ucap Jonas dengan percaya diri membuat Zia memutar bola matanya.

"Gak pernah berubah," balas Zia dan

kembali menatap layar komputernya.

"Iya. Cinta aku sama kamu masih sama kayak dulu, gak pernah berubah," jawab Jonas pelan namun masih dapat terdengar jelas oleh Zia.

Zia mengalihkan pandangannya menatap Jonas. "Jangan bahas masa lalu Jo," ucap Zia dengan sorot mata tidak suka akan ucap Jonas yang terus menyinggung masa lalu mereka.

"Maaf. Jangan natap aku kayak gitu dong Zia," balas Jonas dengan memasang wajah datarnya.

Zia kembali mengalihkan pandangannya menatap ke layar komputer. Membiarkan Jonas yang kini menatapnya kesal.

"Sudah sana kembali kerja, memangnya situ gak sibuk," ucap Zia tanpa melihat ke arah Jonas.

"Ngusir?" balas Jonas dingin.

"Terserah," balas Zia cuek.

Sekitar 15 menit Jonas belum beranjak dari tempatnya. Mata birunya masih terlalu asik menatap wajah serius Zia.

"Ehmm.”

Zia dan Jonas mendongakkan wajahnya menoleh ke asal suara. Davas berdiri tepat dihadapan mereka berdua dengan tampang dingin dengan sorot mata tajam melihat ke arah Jonas.

"Zia ke ruangan saya sekarang juga!" ucap Davas lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Zia yang tengah mematung di tempatnya.

Zia menegakkan tubuhnya. Baru saja beberapa langkah, Zia merasakan ada sebuah tangan mencekal lengannya pelan.

Zia memutar tubuhnya dan menatap Jonas penuh harap. "Aku harus ke ruangan Pak Davas sebentar," ucap Zia lirih dengan tatapan memohon.

Jonas tersenyum lalu melepaskan tangannya di lengan Zia secara perlahan. "Pergilah," ucap Jonas lembut namun tidak lupa ia mengusap rambut Zia sekilas sebelum ia kembali masuk ke dalam ruangannya.

Tok tok

"Masuk," sahut suara itu dari dalam ruangan.

"Ada apa Pak?" tanya Zia lembut.

Davas mendongakkan wajahnya dan menatap Zia tajam.

"Bukan saya sudah bilang jauhi dia!" ucap Davas tajam lalu menegakkan tubuhnya dari posisi duduk.

"Dia atasan saya Pak," balas Zia lembut.

"Saya tidak mau tahu, kalau saya bilang sekali seharusnya kamu itu dengar atau saya harus membuat pria itu menghilang dari kehidupanmu!" ucap Davas lantang membuat tubuh Zia seketika menegang.

'Membuat pria itu menghilang dari kehidupanmu.'

Kata-kata paling menyeramkan yang tidak pernah ingin Zia dengarkan. Tidak, tidak pernah terpikir olehnya untuk menyingkirkan Jonas dari kehidupannya walaupun pria itu pernah menyakiti hatinya.

Zia memutar bola matanya malas lalu membalas menatap tajam manik mata pria yang ia cintai.

"Menyingkirkannya?" ulang Zia dengan penuh penekanan.

"Iya. Aku akan dengan sangat mudah melenyapkannya dari dunia ini kalau dia berani-berani merebut apa yang aku punya," jawab Davas tegas dengan tatapan menusuk.

"Jangan seperti itu Dav, dia temanku," ucap Zia lembut namun berbanding terbalik dengan hatinya yang kini terasa nyeri mendengar ucapan Davas barusan.

"Teman atau mantan kekasihmu," ucap Davas sarkastis.

Zia membulatkan matanya lebar-lebar. "Kamu tahu dari mana?"

"Kamu pacarku, sudah sewajar aku tahu semua tentangmu," jawab Davas santai.

Zia hanya mampu tersenyum tipis lalu menatap Davas lembut.

"Kumohon jangan sakiti Jonas," ucap Zia lembut.

Davas kembali menatap Zia tajam dengan rahang mengeras.

"Apa kamu masih mencintainya," ucap Davas tajam.

"Bukan seperti itu...”

"Cukup. Aku sudah memperingatimu, kalau kamu terus dekat dengannya liat saja apa yang akan aku perbuat!" ancam Davas dengan sorot mata penuh keyakinan.

"Keluarlah!" tambah Davas lagi tanpa melihat ke arah Zia.

"Kalau begitu saya permisi Pak," ucap Zia sopan dengan sedikit menundukkan kepalanya lalu keluar dari ruangan Davas dengan luka yang sulit diartikan.

Zia melangkahkan kakinya dengan gontai. Bagaimana bisa dia berjauhan dengan Jonas sedangkan dirinya sendiri berstatus sebagai sekretaris Jonas.

Zia bahagia akhirnya dia bisa bersanding di sisi Davas dan kini mendapatkan gelar sebagai kekasih dari seorang Davas pria beristri, miris.

Tapi Zia sendiri yang memilih statusnya itu. Tidak masalah dengan apa kata orang, yang terpenting baginya hanya satu bisa berada di sisi Davas sudah cukup.

Namun di satu sisi, Zia menyadari bahwa dirinya belum terlalu jauh mengenal sisi lain seorang Davas Reynollds, pria yang ia cintai.

***

Sudah dua hari ini Zia berusaha keras mengurangi kedekatannya dengan Jonas. Walaupun sebenarnya hal itu sangat sulit.

“Zia hari ini kamu temanin aku makan siang ya?” pinta Jonas dengan memamerkan senyumannya.

Zia menggaruk tengkuknya sejenak lalu menatap manik mata Jonas cukup lama. “Sorry, kayaknya aku gak bisa,” jawab Zia dengan tersenyum tipis.

“Kenapa?” tanya Jonas dengan nada menuntut.

“Sebaiknya kita jaga jarak. Aku gak mau Davas salah paham,” balas Zia cepat.

Jonas tertawa hambar. Sangat menyakitkan wanita yang kita cintai ingin menjaga jarak dengan dirinya karena pria lain.

Jonas menghentikan tawanya dan menatap Zia cukup lama. “Aku gak mau jaga jarak sama kamu, lagian kamu kan sekretarisku,” balas Jonas santai.

“Aku mengerti Jo. Maksudku kita hanya berhubungan kalau masalah pekerjaan aja. Kalau udah di luar itu, sebaiknya anggap aja kita gak saling kenal,” ucap Zia lembut dengan menatap dalam manik mata Jonas.

“Anggap kita gak kenal? Aku gak nyangka kamu tega banget ngomong kayak gitu sama aku, padahal dulu kita pernah dekat banget,” balas Jonas sendu, tatapannya seakan mengisyaratkan sangat terluka mendengar ucapan Zia barusan.

“Maaf,” Balas Zia dengan kepala tertunduk.

“Baiklah. Kalau menurut kamu dengan kita menjaga jarak itu yang terbaik untuk kamu, aku bakal ngejahuin kamu,” ucap Jonas tegas lalu meninggalkan Zia begitu saja.

Semuanya benar-benar berubah. Jonas melakukan apa yang ia ucapkan, menjaga jarak sangat jauh dengan Zia.

Bahkan urusan kantor saja, Jonas melakukan sendiri walaupun sebenarnya itu tugas Zia, sekretarisnya.

Jonas melangkahkan kakinya gontai, menghentikan langkahnya di depan pintu lift dengan adanya Zia yang kini berdiri tepat di sampingnya.

Jonas memilih diam menatap lurus ke arah depan sedangkan Zia sesekali melirik sekilas wajah datar Jonas saat ini.

Ting

Pintu lift kembali tertutup dengan masuknya mereka ke dalam.

Waktu seakan sangat lama berjalan. Zia memainkan sepatunya sehingga menimbulkan bunyi, setidaknya dapat menghilangkan sedikit kecanggungan di antara keduanya.

Zia mendongakkan wajahnya dan menatap Jonas lekat-lekat.

“Pak kenapa tugas saya jadi berkurang?” tanya Zia membuka suara.

Jonas tidak menatap sama sekali ke arah Zia. “Kalau saya bisa kerjakan sendiri untuk apa saya menyuruh kamu, bukan begitu caranya agar kita tidak terlalu banyak berinteraksi. Saya tidak mau Davas, pacarmu itu salah paham,” ucap Jonas penuh penekanan diiringi dengan pintu lift terbuka.

Jonas melangkahkan kakinya cepat meninggalkan Zia yang masih mematung pada tempatnya.

Kata-kata yang terlontar dari bibir Jonas benar-benar membuat Zia sadar. Dia telah melukai perasaan pria itu terlalu dalam.

Zia melangkahkan kakinya dengan tatapan kosong.

“Zi?”

Zia mengalihkan pandangannya ke asal suara, di sana sudah berdiri Keyla dengan senyum mengembang.

Keyla melangkahkan kakinya semangat menghampiri Zia yang hanya diam pada tempatnya.

“Mau ke kantin bareng?” ucap Keyla dengan menepuk bahu Zia pelan.

Zia hanya tersenyum menanggapi ucapan Keyla.

“Mau makan apa?” tanya Keyla dengan membuka buku daftar makanan yang sebenarnya sudah di hafalnya di luar kepala.

“Biasa,” jawab Zia malas membuat Keyla menatap sahabatnya penuh selidik.

“Lu kenapa?” tanya Keyla dengan menatap Zia menuntut penjelasan.

“Gak apa-apa. Cuma capek aja,” balas Zia cepat dengan tersenyum tipis.

“Bohong banget. Lu ada masalah apa? Kok lu jadi tertutup gitu sama gue,” ucap Keyla dengan mengerucutkan bibirnya.

“Dasar kepo,” balas Zia dengan memutar bola matanya jengah.

“Biarin, ayo cerita,” tuntut Keyla dengan semakin mengerucutkan bibirnya.

“Kita gak makan dulu,” ucap Zia mengalihkan pembicaraan.

“Makan bisa nanti. Cepat cerita!” balas Keyla Kukuh akan kekepoannya.

“Gini, gue suruh Jonas jaga jarak sama gue...”

“Kenapa?” potong Keyla cepat membuat Zia mengertakkan giginya kesal.

“Nanti gue udah selesai cerita lu baru boleh nanya, oke?” Keyla menganggukkan kepalanya dengan kedua tangan menopang kepala.

“Gue gak mau Davas salah paham gara-gara hubungan gue sama Jonas. Gue juga baru tahu kalau ternyata Davas itu posesif banget, gue gak mau nanti mereka ribut gara-gara gue.” Zia berhenti sejenak lalu menarik nafas cukup lama lalu mengembuskannya secara perlahan.

“Yang jadi masalahnya gue takut Davas ngelakuin hal yang diluar logika gue sama Jonas, kan bisa bahaya. Gue gak mau Jonas kenapa-kenapa.”

Keyla tersenyum lebar mendengar penjelasan Zia barusan, mungkin ada kata-kata yang tanpa Zia sadari kalau dia mengkhawatirkan Jonas.

“Udah segitu aja?” tanya Keyla membuka suara setelah Zia diam cukup lama.

“Iya.”

“Lalu lu udah nyuruh Jonas ngejahuin lu?” tanya Keyla yang langsung diangguki cepat oleh Zia.

Keyla menepuk jidatnya cukup kuat membuat Zia menatap sahabatnya ini bingung.

“Kenapa?” tanya Zia dengan polosnya.

“Lu masih suka kan sama Jonas?” ucap Keyla dengan mengedipkan sebelah matanya.

“Enggak,” jawab Zia cepat.

“Bohong. Intinya lu nyuruh Jonas ngejauhin lu gara-gara takut dia terluka kan?” ucap Keyla dengan tampang seriusnya.

“Gak,” jawab Zia datar.

“Mencoba membohongi diri sendiri,” ucap Keyla santai lalu memanggil pelayan dan memesan makanan yang mereka inginkan.

‘Apa benar aku khawatir sama Jonas?’ batin Zia dengan menatap lurus ke depan.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel