Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Mencintaimu sangat Menyakitkan

Pagi ini di pulau Jeju. Zia dan Keyla memutuskan untuk berjalan kaki menikmati sejuknya pulau nan indah itu.

Mata Zia menatap kagum hamparan laut di hadapannya dengan garis pantai yang indah. Di pagi hari seperti ini sudah banyak para turis yang sudah berkunjung.

"Lu pasti senang banget kan bisa ke sini Zi?" tanya Keyla yang kini tengah menatap dalam kaca mata hitam yang dikenakan Zia.

"Iya. Gue senang banget bisa ke sini kayak mimpi," jawab Zia dengan menarik lengkungan yang cukup indah di wajahnya.

"Gue udah kenal lu cukup lama Zi, gak usah sok-sok nutupin apapun dari gue," ucap Keyla yang langsung membuat Zia tertawa hambar.

"Buka kaca mata lu, gue dengar semua percakapan lu sama cowok brengsek itu," ucap Keyla lagi membuat Zia membuka kaca matanya lalu menatap Keyla dengan tatapan 'lu serius?'

"Mata lu bengkak banget ya. Gue heran sama lu Zi. Lu itu buta atau atau gimana, Punya otak atau enggak, setahu gue lu pintar tapi gue gak tau kenapa lu sekarang jadi bego kayak gini," ucap Keyla dengan lantang membuat Zia hanya mampu tersenyum miris mendengar penuturan sahabatnya itu.

Mau marah? Untuk apa? Gara - gara Keyla mengatainya punya otak atau tidak? Memang seharusnya Zia marah namun semua yang dikatakan sahabatnya itu benar. Kini Zia benar-benar wanita yang dibutakan akan cinta, tidak berotak hanya karena seorang pria, lalu dengan begonya mau mencintai pria sebrengsek Davas.

"Move on dong Zi, gue saranin ya sama lu Jonas masih ada. Gue tau dia dulu pernah buat kesalahan tapi coba deh lu dengarin dulu alasan dia, jangan ngambil kesimpulan sendiri," ucap Keyla yang kali ini langsung digelengi cepat oleh Zia.

"Terserah lu aja deh Zi. Lu mau dengar atau enggak itu urusan lu," ucap Keyla yang langsung membuat Zia berhambur memeluk tubuh Keyla erat-erat.

"Jangan marah dong Key.”

"Hm.”

"Hai?" sapa seorang pria yang suara sudah sangat dikenal oleh kedua wanita itu.

Zia dan Keyla mengedarkan pandangnya dan melihat Jonas yang kini tengah mengumbar senyuman.

Zia yang melihat Jonas segera memasang kaca mata hitamnya.

"Tumben masih pagi gini udah bangun aja Pak?" ucap Zia sopan layaknya berada di kantor.

"Eh, kok Bapak si? Panggil Jonas aja Zia."

"Hm, baiklah," balas Zia canggung berbanding terbalik dengan Keyla yang tengah menahan tawanya.

"Lu kenapa Mbak bawel?” tanya Jonas sambil menatap Keyla penuh tanda tanya.

"Kurang ajar lu. Kalian itu lucu ya, dulu tuh kalian deket banget loh dan sekarang? Coba lihat diri kalian deh. Sudahlah yang lalu biarkan berlalu," ucap Keyla dengan bijaknya lalu menepuk pelan bahu Jonas.

"Hm, kalian udah makan?" tanya Jonas membuat dua perempuan ini langsung menggeleng cepat. Membuat Jonas tidak bisa menahan tawanya.

Pletak

"Eh, lu yah mbak bawel berani-beraninya mukul kepala atasan lu sendiri," sungut Jonas sambil memicingkan matanya.

"Bodoh, seharusnya di sini kita bukan sebagai atasan sama bawahan dong Jonas,” ucap Keyla memasang wajah kesalnya.

"Hahaha, iya. Gue cuma bercanda kok Keyla.”

"Yuk kita cari tempat makan, Jonas yang baik ini yang traktir," ucap Jonas sambil menepuk dada bidangnya dengan penuh percaya diri.

Kini mereka sudah berada di salah satu restoran yang tidak jauh dari tempat penginapan mereka berada.

Cukup banyak makanan khas Korea yang tersaji di hadapan mereka. Keyla yang melihat makanan di hadapannya tidak mampu menahan tangannya untuk tidak segera mengambil semua makanan ini lalu menyantapnya hingga tandas.

"Zia ayo makan," ucap Jonas sambil memegang tangan Zia pelan.

"Ehh, ii-yyaa," jawab Zia tergagap.

"Buka aja Zia kaca matanya. Kita kan bukan lagi di pantai," ucap Jonas membuat Keyla menatap Zia dengan tatapan 'udah lu buka aja, toh cuma Jonas doang.’

Zia melepaskan kaca matanya perlahan, dan betapa terkejutnya Jonas melihat mata sembab Zia yang terlihat sangat jelas.

"Kamu nangis semalaman?" tanya Jonas yang langsung diangguki cepat oleh Zia.

"Gara-gara apa?" tanya Jonas lagi.

"Gara-gara si Davas brengsek," jawab Keyla cepat membuat Zia menatap sahabatnya itu tajam.

Jonas diam namun sorot matanya seakan siap untuk membunuh siapa saja yang mengganggu Zia.

Zia. Perempuan yang jelas-jelas masih sangat Jonas cintai dibuat menangis oleh Bos sialannya itu. Tangannya terkepal erat-erat, lalu mata tajamnya beralih menatap Zia dengan tatapan lembut.

Jonas mengambil ahli kacamata Zia lalu memasang kembali menutupi mata sembab Zia.

Dengan lembut tangan Jonas mengusap rambut panjang Zia, membuatnya sedikit terkejut akan perlakuan pria yang kini tengah tersenyum manis padanya.

"So sweet banget Jo," ucap Keyla menatap senang dua sahabatnya ini.

"Kalian cocok," tambah Keyla lagi.

Sudah dua hari mereka berada di Pulau Jeju dan seharusnya hari ini mereka bisa merasakan yang namanya liburan.

Namun entah ide gila dari mana Davas membuat acara permainan liburan. Menyebalkan. Pasti, semua karyawan harus ikut dalam permainan itu.

“Oke. Acaranya akan kita mulai,” ucap Davas tegas membuat semua orang bertepuk tangan terkecuali Jonas yang kini tengah memandangnya dengan tatapan membunuh.

“Lomba yang pertama. Semua laki-laki maju ke depan dan kalian yang wanita berhak memilih salah satu laki-laki yang ikut serta sebagai pasangan dari kalian masing-masing,” ucap Davas santai.

Kini Davas mengenakan baju santai berlengan pendek diperpadukan dengan celana coklat yang panjangnya selutut.

Jonas yang awalnya ogah mengikuti permainan Davas. Akhirnya mengikut sertakan diri, dengan lantang Jonas menyuruh Zia sebagai pasangannya. Membuat Davas tersenyum miring.

“Saya juga ikut main,” ucap Davas membuka suara.

“Apa? Lalu siapa yang menjadi jurinya. Anda yang membuat permainan tetapi Anda juga ikut bermain!” ucap Jonas sarkastis.

Aura kegelapan mulai terlihat jelas di antara keduanya. Membuat Keyla membuka suara. “Biar saya saja yang menjadi juri.”

“Gak bisa begitu dong! Pak Davas, Anda yang membuat acara kok malah ikut bermain,” ucap Jonas tidak terima.

“Anda ini kenapa saudara Jonas. Kalau saya bermain memang ada masalahnya sama Anda,” balas Davas ketus dengan tampang datar menghiasi wajahnya.

“Baiklah. Terserah Anda saja,” balas Jonas dingin.

“Oke. Silahkan untuk kalian wanita-wanita cantik untuk memilih pasangan kalian,” ucap Kayla pada akhirnya.

Semua sudah mendapatkan pasangan terkecuali Davas dan Jonas.

Siapa yang berani memilih pasangan yang notabenenya bos mereka sendiri. Mengerikan iya yang ada pulang dari Pulau Jeju langsung dipecat kalau sampai berbuat salah.

O G A H. Mending milih yang biasa-biasa saja.

Tinggal sisa Zia dan perempuan berbadan bak model yang belum memilih pasangan.

“Hei! Zia dan Maura ayo pilih pasangan kalian,” ucap Keyla dengan kesal melihat kedua wanita ini masih mematung di tempatnya.

Maura berjalan cepat dan mengambil posisi berdiri tepat di samping Jonas.

“Saya sama Zia,” ucap Jonas datar.

“Loh bukannya kami yang berhak memilih,” ucap Maura santai tanpa mengidahkan raut wajah masam Jonas saat ini.

Zia berjalan pelan hingga akhirnya berdiri tepat di samping Davas.

“Saya berpasangan dengan Bapak tidak apa kan?” bisik Zia pelan tepat di telinga Davas membuat posisi mereka benar- benar dekat. Jonas yang melihat kedekatan mereka mengepalkan tangannya erat-erat.

“Hm,” gumam Davas pelan menanggapi ucapan Zia.

“Oke. Untuk kalian cowok – cowok tampan silakan mengendong pasangan kalian,” ucap Keyla memberikan instruksi.

Zia masih diam dalam posisinya, padahal semua pasangan sudah siap dengan posisi mereka masing-masing.

“Ayo naik,” perintah Davas tegas menghamburkan lamunan Zia.

Zia dengan sangat pelan menaiki punggung Davas. Jantungnya berdegup sangat kencang ketika dua lengan kekar Davas menopang tubuhnya. Membuat tubuh mereka benar-benar dekat.

“Baiklah. Semuanya sudah siap?”

“Sudah,” jawab mereka serempak.

“1, 2, 3...”

Mereka semua berlari sekuat tenaga termasuk Davas. Bahkan ia berlari dengan sangat kencang membuat Zia mengeratkan tangannya di leher Davas.

Davas tersenyum dalam diam namun sedetik kemudian senyuman itu kembali sirna dan digantikan oleh wajah datarnya.

“Kami menang,” ucap Zia bersorak riah ketika tubuh Davas menerobos pita merah yang terbentang.

Davas sesegera mungkin menurunkan tubuh Zia. Zia yang merasa terlalu senang tanpa sadar langsung memeluk tubuh Davas membuat semua mata mengarah ke arah mereka.

Davas tanpa sadar mendorong tubuh Zia hingga terjatuh, membuat semua mata menatapnya iba, sedangkan Davas yang awalnya terkejut kembali memasang wajah datarnya.

Bugh

“Jonas!” pekik Zia nyaring.

“Apa yang Anda lakukan!” ucap Davas dengan mata terpejam.

“Pukulan itu memang pantas Anda dapatkan!” ucap Jonas tajam di setiap kata-katanya lalu meninggalkan mereka begitu saja.

Zia hanya mampu menatap nanar wajah lebam Davas yang kini tengah menatapnya tajam.

Davas berjalan cepat ke arah Zia. “Ini semua gara-gara kamu,” ucap Davas ketus lalu berjalan cepat meninggalkan Zia syok dan karyawannya yang menatap dengan keheranan.

“Zia?” panggil Keyla lirih sambil memeluk tubuh Zia yang bergetar.

“Mengapa sesakit ini. Aku mencintainya,” ucap Zia lirih mencoba menahan air mata yang kini sudah menggenang di pelupuk matanya.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel