BAB 2: DIPERAS PACAR
“Laper banget, Beb. Nggak ada makanan apa kek?” keluh Dandy.
“Nggak ada. Adanya mi instan, Cuma sebungkus buat aku sarapan besok,” jawab Eva.
“Ya elah, pelit banget. Bikinin gih! Besok mah gampang, pikir besok,” perintah Dandy.
Eva menahan rasa perih di bagian bawah tubuhnya. Ia terpaksa beranjak dari tempat tidur untuk membuatkan mi instan untuk kekasihnya. Di dalam kamar kosnya terdiri dari tiga ruangan, yaitu dapur, kamar mandi, dan ruang tamu atau ruang belajar yang gabung dengan tempat tidur. Sementara untuk tempat laundry, terdapat di balkon belakang masing-masing.
“Kulkas kok nggak ada apa-apanya. Cuma ada air putih,” komplain Dandy. Eva diam saja tidak membalas. “Aku nginap sini ya, Beb. Di kosan ku lagi nggak aman,” katanya lagi.
“Kenapa? Ditagih utang?” tebak Eva.
“Itu tahu. Bantuin dong, Beb. Masa kamu nggak ada duit?” pinta Dandy.
“Nggak ada aku, Beb. Orang tuaku lagi kena musibah di kampung. Salah satu kios bapak kebakaran. Nggak tau kapan bisa ngirim duit,” jawab Eva. Pilu sekali jika teringat ibunya telepon nangis-nangis menceritakan salah satu kios keluarganya kebakaran. Kerugian yang dialami begitu besar pastinya.
Dandy mengacak kasar rambut ikalnya. Ia tampak kesal bukannya ikut merasakan keprihatinan Eva.
“Sial amat!” umpat Dandy. “Eh, atau nggak coba kamu ngutang ngutang dulu kek, ke siapa gitu. Nggak ada usahanya banget jadi cewek,” desak Dandy.
“Ngutang? Ngutang siapa? Utang ku juga udah banyak. Aku sampai malu ketemu mereka di kampus,” jawab Eva.
“Emang udah semua?” tanya Dandy masih tidak percaya.
“Udah semua, Beb. Ke Wenny 500, ke Tia 300, ke Nilam 450, ke Agil 300, ke Ratna sejuta. Siapa lagi temenku? Mereka memang belum nagih, tapi aku tetep malu, sumpah,” jelas Eva.
“Iya-iya, jangan marah gitu dong! Aku loh Cuma nanya,” sahut Dandy.
Mi instan polos tanpa telur tanpa sayur telah matang. Eva menuang ke dalam mangkok dan langsung diserobot oleh Dandy dibawa ke depan televisi.
Pemuda itu makan sendiri tanpa menawari Eva yang sebenarnya sudah keroncong sejak dari kampus. Egois memang, ia tidak peduli kondisi pacarnya padahal setiap hari ia memakai tubuh pacarnya untuk buang hajat.
“Beb, ini umpama loh, ya. Umpama seminggu lagi kamu atau aku nggak dapet duit. Gimana kalau video kita, kita jual aja? Kan, lumayan. Gimana?” Dandy bertanya, tetapi terdengar seperti sebuah ancaman.
“Kamu kenapa sih, Beb. Selalu saja ngancam-ngncam gitu? Kamu sebenarnya sayang nggak sih sama aku?!” omel Eva.
“Ya sayang lah! Kan aku tadi bilang umpama, seandainya, kalau boleh. Gimana?” rayu Dandy.
“Nggak! Aku malu. Sekarang aja aku udah malu banget sama Om Gara. Pria yang tadi di pos sekuriti, itu tadi yang punya kosan. Aku udah tiga bulan belum bayar sewa,” curhat Eva. Wajahnya langsung murung memikirkan jika sampai ia diusir dari tempat ini, ia akan tinggal di mana?
Alih-alih kasihan, Dandy malah terpikirkan hal menguntungkan dirinya sendiri.
“Loh, punya bapak kos ramah begitu, tiga bulan nunggak belum diusir, manfaatin Beb! Coba pinjam duit ke dia. Kaya kan dia? Jamnya aja tadi kulihat Rolex tuh,” usul Dandy.
“Apa?! Minjem duit ke Om Gara?! Nggak ada otak emang. Udah tahu sewa nunggak tiga bulan malah disuruh ngutang. Heran tuh otak kayak nggak pernah kuliah,” omel Eva geram pada Dandy.
“Iya deh iya. Orang Cuma usul loh, ini kan negara kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Jadi, wajar kan kalau aku menyampaikan pendapat,” jawab Dandy.
“Pendapat mu nggak pernah wajar alias abnormal,” bantah Eva.
“Iya oke, kamu jangan marah-marah mulu dong, Beb. Nanti ku eweuew 4 kali, mau? Mau lah masa nggak mau? Yok, buka bajunya!” perintah Dandy.
Dandy menyalakan kamera ponsel bersiap untuk merekam. Sementara itu, Eva dengan wajah murung terpaksa menanggalkan satu per satu pakaian yang ia kenakan sehingga seluruh bagian tubuhnya yang dibalut kulit eksotis terekspos jelas di kamera tersebut.
Pria itu menyuruh Eva melepas celananya, baru kemudian ia duduk di sofa sudut kamar.
“Beb, kamu masih laper nggak?” tanya Dandy yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Eva.
Dandy tersenyum, lalu mengangkat dagu Eva. Dilumatnya bibir mungil itu dengan lembut dan perlahan-lahan semakin ganas. Setelah puas berciuman dan mengakhiri dengan menumpahkan cairan ludah ke dalam mulut Eva, pria itu tertawa puas ketika melihat Eva terpaksa menelan cairan ludah miliknya.
“Karena kamu masih laper. Ini, kamu nikmati sepuasnya. Yang brutal, Beb. Sampai murat-muncrat, dijamin kamu bakalan kenyang,” perintahnya sambil menunjuk batang hitam panjang miliknya. Sementara satu tangannya yang lain masih tetap memegang ponsel dan merekam.
Tidak ada upaya penolakan. Eva menggenggam batang hitam milik Dandy dengan perlahan. Kemudian ia menyapukan lidahnya yang lembut dari ujung hingga ke pangkal.
“Yeaaah.... terus, Beb.... Uuughhh! Sampai bawah, Beb! Bijinya juga, ayo... Eeeegghhhh....,” ujar Dandy mulai mengoceh keenakan.
Diperlakukan seperti budak hawa nafsu seperti itu apakah Eva melakukannya dengan senang hati? Sesungguhnya tidak. Pada awalnya, Eva hanyalah seorang gadis desa dari keluarga terpandang yang berkuliah di kota. Ia jatuh cinta pada Dandy yang merupakan seniornya yang juga satu jurusan.
Awalnya pacaran mereka terbilang sehat dan di batas wajar. Paling-paling Cuma keluar makan bersama dan gandengan. Mentok pelukan di atas motor ketika berkendara bersama.
Namun, perubahan terjadi di bulan-bulan berikutnya. Dandy mulai berani mencium dan memegang bagian sensitif Eva. “Ya, namanya juga orang pacaran,” pikir Eva. Sehingga membiarkan saja tubuhnya dijamah oleh Dandy saat sedang berduaan.
Sampai suatu hari, Dandy mengajak Eva menghabiskan akhir pekan bersama. Mereka pergi ke puncak dan staycation berdua saja. Di situlah, untuk pertama kalinya Eva melepaskan mahkota kegadisannya karena yakin bahwa Dandy sangat mencintainya.
Malangnya, sebelum melakukan hubungan selayaknya suami istri untuk pertama kalinya. Dandy sudah terlebih dahulu meletakkan kamera di kamar tempat mereka melakukan hubungan badan. Semuanya terekam dengan sempurna dan menjadi kejutan ketika usai melakukan hubungan badan, Dandy menunjukkan rekaman tersebut kepada Eva.
Sejak hari itu, Eva terpaksa harus menuruti setiap kali Dandy minta jatah untuk berhubungan badan dengannya. Jika menolak, Dandy mengancam akan menyebarkan video amoral mereka. Tidak hanya sampai di situ, jika mereka melakukan hubungan badan di tempat baru, maka Dandy juga akan merekamnya. Katanya hanya sebagai koleksi pribadi, tetapi akhir-akhir ini, Dandy berulang kali mendiskusikan pada Eva untuk menjualnya ke situs luar negeri.
Terhitung sudah ada 19 video yang pemeran utamanya adalah Eva. Hanya wajah Eva yang terekspos jelas di semua video tersebut. Sementara wajah Dandy sama sekali tidak tersorot oleh kamera.
To be continued.....
