
Ringkasan
Om Gara adalah pemilik kost khusus putri. Kebanyakan yang menyewa di sana adalah mahasiswi dan pekerja kantoran. Mereka sama sekali tidak curiga pada sosok Om Gara yang dikenal sangat ramah ternyata memiliki kelicikan yang tersembunyi. Pria itu meletakkan kamera tersembunyi di setiap kamar-kamar gadis kost nya. Setiap malam ia memantau mereka dari laptop sebagai bahan fantasi liar sebelum tidur.
MetropolitanplayboybadboyOne-night StandPerselingkuhanWanita CantikGenitEmosionalDewasa
BAB 1: UKHTI PALSU
Sore itu, Pria pemilik kos-kosan tiga lantai sedang mengobrol dengan sekuriti yang ia pekerjakan untuk menjaga keamanan di kosan miliknya.
Asyik bercerita tentang pengalaman sebagai rakyat jelata, tiba-tiba terpotong oleh sapaan seorang wanita muda yang merupakan salah satu penghuni kosan.
“Sore, Om Gara!” sapa Eva pada pemilik kos tempat ia tinggal. “Sore Pak Bowo!” sapanya juga pada sekuriti yang sedang mengobrol dengan pemilik kos.
“Sore, Mbak Eva!” balas Bowo.
“Baru pulang kuliah, Va?” tanya Gara.
“Iya, Om. Permisi!” jawab gadis manis itu lalu pamit untuk lewat.
Gara mengamati sampai agak jauh. Bukan cara jalan Eva atau bongkahan bulat seksi yang bergerak-gerak di bagian bawah tubuh gadis itu, tetapi seseorang yang bersamanya. Ya, Eva tidak datang seorang diri tetapi bersama dengan satu orang lagi.
Sosok bercadar dengan hijab dan gamis syar’i itu berjalan beriringan dengan Eva. Tingginya lebih tinggi dari Eva, mungkin sekitar 170 cm. Tidak gemuk, dari belakang bisa dibayangkan mungkin ia adalah gadis yang cantik dengan tubuh yang ramping.
“Siapa yang bersama dengan Eva itu, Wo?” tanya Gara pada sekuriti berperut kurang sixpack itu.
“Temannya mungkin, Mas. Apa perlu saya periksa dan tanyai? Takutnya teroris,” tanya Bowo.
“Tidak usah segitunya. Tidak semua yang begitu itu teroris. Aku Cuma merasa baru lihat saja Eva berteman dengan, yaaa...?” Gara tidak melanjutkan perkataannya.
Akan tetapi, Bowo langsung paham maksud dari bosnya itu. Ketimpangan, kesenjangan dalam berbusana. Eva yang cenderung memakai pakaian pres badan atau rok mini, bahkan sering pakai tanktop, tiba-tiba saja berteman dengan wanita syar’i seperti tadi.
“Kali aja Mbak Eva pengen tobat, Mas,” celetuk Bowo.
“Ngawur kamu, Wo! Emang kita tau Eva itu banyak dosa? Pake acara tobat segala,” protes Gara.
“Yaaa, Mbak Eva itu kan tobrut, Mas. Tobat brutal,” sahut Bowo membuat bosnya tertawa dan ia sendiri juga tertawa lepas.
Kosan khusus putri milik Gara boleh membawa tamu masuk ke dalam kamar asalkan sesama wanita. Boleh juga menginap asalkan tidak lebih dari dua hari. Sementara jika ingin menerima tamu laki-laki, mereka hanya boleh sampai gazebo taman saja dan itu pun dibatasi hanya sampai jam 10 malam.
Peraturan yang dibuat Gara bertujuan untuk melindungi penghuninya karena kosan tersebut tidak termasuk kos bebas yang memiliki konotasi negatif.
Penasaran dengan teman Eva yang bercadar, Gara pun teringat kalau ia punya cara untuk melihat lebih jelas tanpa sepengetahuan siapa pun.
“Wo, nanti kalau ada yang mencariku, suruh tunggu,” pesan Gara pada sekuriti nya.
“Mas Gara mau masuk?” tanya Bowo.
“Iya. Gerah, mau mandi. Oiya, nanti yang datang cewek ya, cantik,” kata Gara sambil menaik-naikan alisnya.
Bowo langsung paham dan tertawa, keduanya tertawa, lalu Gara meninggalkan pos sekuriti menuju paviliun mewahnya.
Kata paviliun sebenarnya kurang pas untuk menggambarkan bangunan mewah nan elegan di belakang gedung kosan tiga lantai itu. Lebih mirip vila atau mansion. Ya, di sana lah Gara tinggal. Ia pria tenang yang tinggal seorang diri di tempat tersebut. Berulang kali memenangkan tender miliaran rupiah tidak lantas membuatnya hidup boros.
Ia tahu persis bahwa kejayaan itu ada masanya. Usianya kini sebenarnya masih bisa produktif seperti tiga tahun yang lalu. Namun, sayangnya ia telah memutuskan untuk menarik diri. Arsitektur adalah mimpinya sejak kecil. Mimpi si miskin yang menjadi kenyataan. Untungnya, ia bukan orang yang tamak. Setelah merasa pundi-pundi rupiahnya cukup untuk seumur hidup, ia berhenti. Walaupun kos-kosan ini bukan satu-satunya investasi yang ia punya, tetapi begitu lah Segara Langit. Pria ini cukup misterius, tidak mau lagi di bawah perintah konglomerat mana pun. Ia adalah pria independen yang berkharisma.
Klik!
Tombol enter itu membuka sebuah rekaman secara langsung dari CCTV rahasia yang dipasang di kamar Eva. Gara agak terhenyak melihat gambar gerak yang ditampilkan monitor komputernya.
“Apa-apaan ini?!” celetuknya.
Harusnya tadi Gara tidak mandi dulu. Jika saja ia langsung memeriksa rekaman CCTV begitu tiba di paviliun, mungkin ia tidak akan ketinggalan tontonan semenarik ini.
Wanita muda bertubuh sintal padat itu tampak kepayahan ketika pria tinggi menghimpit tubuhnya dari belakang.
“Dari mana datangnya pria itu?” gumam Gara sembari mengusap dagunya yang tidak ditumbuhi bulu.
Rasanya baru beberapa menit yang lalu Eva tiba di kosan dan berpapasan dengannya. Bagaimana bisa ada pria yang juga datang dan tidak berpapasan dengannya, bahkan sampai masuk ke dalam kamar Eva. Jelas itu merupakan pelanggaran karena ia melarang penghuni kos membawa masuk pria ke dalam kamar.
Karena penasaran, Gara kemudian mencari tahu melalui rekaman CCTV yang ia putar ulang, meski itu artinya ia jadi ketinggalan tayangan live saat ini.
Begitu rekaman diputar ulang, rasa penasarannya berganti dengan keterkejutan.
“Anjing?! Pinter juga tuh orang,” umpatnya.
Pada rekaman ulang tersebut, seorang wanita berpenampilan syar’i membuka cadarnya. Rupanya ia bukanlah wanita, tetapi seorang pria yang menyamar sebagai ukhti bercadar agar bisa masuk ke dalam kamar Eva. Penyamarannya itu telah sukses mengelabui Gara dan Bowo saat mereka berpapasan di pos sekuriti tadi.
Setelah tahu dari mana pria itu berasal. Gara kembali ke siaran langsung yang tadi ditontonnya. Posisi keduanya sudah berubah. Mereka pindah ke atas tempat tidur.
“Ha?! Apa itu?!” Gara menyipitkan matanya mengamati benda yang dipegang oleh si pria di dalam rekaman video.
Ternyata pria itu sedang merekam aksi Eva yang merem melek naik turun di atas tubuhnya. Eva tampak meremas-remas dadanya sendiri. Pinggulnya aktif naik turun dengan posisi liang kenikmatan miliknya dijejali batang pusaka milik si pria.
“Yeaaah, terus Beb... Enak banget, uuughhh!!! Aku mau nyembur, Beb!” ucap si pria yang bernama Dandy tersebut.
“Jangan, Beb. Aku lagi nggak minum pil,” tolak Eva.
“Sialan! Aaagghhh....!” erang Dandy karena pelepasannya sudah di ujung, tetapi dilarang nyembur di dalam. “Turun cepat!” perintahnya pada kekasihnya.
Eva dengan cepat turun dari tubuh Dandy. Tetapi, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik dan ia pun jatuh ke atas kasur. Dalam posisi kaget dan tidak siap itu, Dandy langsung memasukkan batang hitam miliknya ke dalam mulut mungil Eva.
“Hmmpppp!!!!”
Eva gelagapan, tetapi tidak bisa melawan. Sepersekian detik kemudian lahar putih memenuhi rongga mulutnya. Sebagian lolos ke kerongkongan dan sebagian meluber-luber keluar dari sisi bibir meronanya.
Sementara itu, Dandy masih tetap merekam wajah Eva yang gelagapan seperti akan kehabisan napas.
“Uuughhh.... Aaaa hhhh.... Lega banget, Beb. Makin pinter aja kamu,” ucap Dandy, lalu menepuk-nepuk pipi Eva.
Di tempat lain. Gara terbelalak tak berkedip melihat betapa kasarnya pacar Eva sampai-sampai tidak peduli bahwa perbuatan tersebut bisa membuat Eva mati tersedak dan kehabisan napas. Perbuatan biadab lainnya adalah pria itu merekam seluruh kegiatannya, tetapi hanya menampakkan Eva saja dalam shooting video melalui telepon genggam tersebut.
“Wah, nggak beres tuh cowok. Dia hanya merekam Eva, sedangkan dirinya bertindak sebagai kameramen nya saja. Paling-paling Cuma icik bosnya aja yang kelihatan di kamera. Licik bener,” oceh Gara sambil geleng-geleng tidak habis pikir.
To be continued......
