Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Selingkuh Dengan Ayah Mertua (Bagian 5)

“Are you happy?”

“Nggak pernah sehappy ini.” Karena ibu mertuanya yang bodoh, selama beberapa hari kedepan Laritta akan memiliki waktu yang tak berbatas bersama pujaan hatinya.

Setelah seks luar biasa yang mereka lakukan semalam, pagi harinya Laritta dikejutkan dengan permintaan Dayana. Wanita itu memohon agar Laritta bersedia untuk menemani perjalanan bisnis ayah mertuanya.

Tanpa berpikir panjang, Laritta tentu saja menyanggupi. Ia tidak sebodoh itu untuk melewatkan kesempatan emas agar dapat berbulan madu dengan kekasihnya.

“Thanks to your wife, Honey. Jangan lupa kasih dia uang yang banyak biar dia bisa menangin lelangnya.”

Frans terkekeh. Pria itu membuka simpul tali pada jubah mandinya. Mengekspos tubuh telanjangnya pada sang menantu.

Batang yang berdiri tegak membuat Laritta menelan ludah.

Kejantanan super ayah mertuanya memang tidak ada tandingan. Mereka bahkan belum sempat beristirahat setelah melakukan penerbangan dan batang itu seolah tak mengenal kata lelah untuk menggoda lubang vaginanya.

“See? Dia menunggu kamu, Sayang.” Frans mengurut kejantanannya dengan satu tangan.

“Larit..”

“Sayangku..”

Laritta melangkahkan kakinya mendekat. Ia merangkak naik ke atas ranjang.

“Oooh, Sayang.” Erang Frans merasakan mulut Laritta membungkus kepala penisnya.

Frans terpukau melihat pemandangan di hadapannya. Jantungnya berdetak lebih cepat melihat betapa seksinya pose Laritta sekarang.

Dengan mulut tersumpal penis, menantunya yang cantik itu menungging.

“Very hot My Dear. Eddy harus tahu seberapa seksinya kamu.”

Pwah!

Laritta mengeluarkan kejantanan Frans dari mulutnya.

“Really?” tanya Laritta lalu menyapukan lidahnya para permukaan kepala kejantanan Frans.

“Ahh.”

“Aku nggak keberatan dengan itu, Honey.”

“Nakal!” Cibir Frans. Pria itu menjejalkan batangnya ke dalam mulut Laritta. “Ah, Larit. Lubang ini sama enaknya dengan lubang yang ada di bawah sana. Hisap, Sayang. Buat Papi keluar di mulut kamu.”

Laritta dengan senang hati memenuhi permintaan kekasihnya.

“Aaahhh, Laritta. Aahhhh.. is good, Sayang.”

Frans menahan puncak kepala Laritta ketika ejakulasinya datang.

“Arrgghhh.. Damn! Cuma lima menit. Kamu benar-benar..” Frans terdiam. Mulutnya terbuka. Terperangah hebat kala melihat cairan putih mengalir turun dari sudut bibir menantunya.

“Larit, you..”

“Hehehe.. Papi cuman minta dikeluarin loh, nggak ditelen.”

“Nakal.”

“Tapi Papi suka kan?”

Laritta menempatkan tangan Frans pada tali jubahnya. “Open it, Papi.”

Srak..

Jubah itu terbuka, mempertontonkan kemolekan Laritta.

Laritta menahan telapak tangan Frans. “Cincin ini.. Papi nggak membutuhkannya lagi.” Ia melepaskan cincin pernikahan yang melingkar dijari Frans.

“Papi..” Laritta membawa tangan itu menuju lembah surgawinya. “Ah..” Ia pun mendesah.

“Selama disini Papi nggak boleh inget Mami. Papi harus jadiin aku sebagai istrinya Papi.” Ia menggerakkan tangan Frans untuk membelai vaginanya.

“Lupain Eddy juga. Ahh.”

Laritta merunduk. “Papi paham kan?” Ia bertanya tanpa membutuhkan jawaban, lalu melabuhkan bibirnya yang ranum di atas bibir ayah mertuanya.

Di bawah sana, Frans melakukan tugasnya. Ia memuaskan dahaga menantunya dengan jari-jarinya. Mengaduk lubang basah Laritta sampai si pemilik menggoyangkan pinggulnya.

“Frans, aaahh.. Nikahi aku, Honey. Jadikan aku istri kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Hon.”

Ah, seandainya saja bisa. Frans juga sangat menginginkan hal itu. Ia ingin membuat Laritta menjadi miliknya tanpa harus berbagi dengan Edward.

“Aku mencintai kamu, Frans. Aku.. Aku sangat mencintai kamu.”

“Oh, Larit.”

Laritta menghentikan gerakannya. Ia menatap Frans dalam. “Marry me, okay? Kita nikah disini. Aidan bisa jadi saksi pernikahan kita.”

“Sure.. Papi juga ingin kamu menjadi istri Papi. Ayo kita menikah. Apapun yang terjadi, kita bisa menghadapi bersama.” Frans mencium kening Laritta.

Suasana haru hanya berlangsung singkat karena setelahnya Laritta menurunkan tubuhnya tepat di atas kejantanan Frans.

“Honey, ini malam pertama kita kan? Aahhh… Aku puasin kamu ya. Mau kan?”

Frans tergelak. Menantu.. Salah. Istri mudanya. Ya, sekarang status itu telah berganti. Meski tidak ada satupun orang yang mengetahuinya, mulai malam ini Laritta adalah istrinya.

“Aku nggak sabar, Sayang. Tolong puaskan suami kamu ini.”

Laritta bahagia karena Frans mengakuinya sebagai istri.

“Aaahhh, Frans. Suamikuhh.”

“Ya, Istriku. Bergeraklah Sayang. Tunggangi kejantanan suamimu sampai kamu merasa puas, Sayang.”

“Yaaah, Frans.”

Laritta menaik-turunkan tubuhnya. Di dalam vaginanya, kejantanan Frans terasa lebih nikmat dibandingkan percintaan-percintaan mereka sebelumnya. Mungkin itu efek karena mereka telah menikah.

“Aaahh, Honey. Memek istriku enak kan?”

“Y-yahh, Sayang. En-nak..”

“Lebih enak man-nah sama dia, Hon?”

“Kamu, aahhh.. Lebih enak kamu istrikuh. Memek Dayana nggak sesempit kamu, Sah-yang. Dia nggak bisa puasin akuh.. Seperti kamuh muasin akuh, Sayanghh.”

“Sama Honeyh.. Punya Eddy juga nggak seenak kam-muh, enghh.. Honeyh tenang ajah yah.. Mulai sekahrang, istri kamu in-nih.. Ah, aahh..”

Sangat nikmat. Laritta tak dapat melanjutkan apa yang ingin ia katakan.

Penis yang membesar di dalam vaginanya mau tidak mau membuat ia semakin cepat menggoyangkan pinggulnya.

“Ooohh, Larit.. Istrikuh.. Aku keluar Sayang. Kiss me wife.”

Laritta menelengkan kepala. Ia melahap bibir Frans. Mendesah tertahan ditengah buasnya ciuman dan sodokan yang Frans lakukan untuk lubang vaginanya.

“Mppphhh, mpppphhhh…”

Tubuh keduanya memantul di atas empuknya ranjang.

“Ngghhh, nghhh..”

Frans dan Larit menengadah. “Aa~~~aaaahhh!” Keduanya melewati puncak bersama.

“Uuhhh, sperma kamu masih keluar Frans.”

“Nikmati itu, Sayang. Dia menjadi sangat banyak untuk merayakan pernikahan kita.”

Cup..

Laritta suka kata-kata itu.

“Sepertinya aku akan hamil anak kita.”

“I think itu belum cukup. Haruskah kita melakukannya lagi? Malam pertama kita?”

“Harus!!” pekik Laritta, semangat sekali.

Frans menghadiahi semangat bercinta istri barunya itu dengan tamparan pada bokong Laritta.

Plak!

“Lihatlah betapa nakalnya istriku. Tenang Sayang. Malam masih panjang. Aku pasti akan memenuhi lubang nakal ini dengan calon adiknya Eddy..”

“Wow.. Aku menantinya, Honey. Eddy pasti akan sangat senang.”

Frans menggosokkan hidungnya pada hidung Laritta.

“Shall we start for another round?”

Laritta mengerlingkan mata. “Shall we?” godanya mengulang pertanyaan.

Frans yang kepalang gemas mengangkat tubuh Laritta. Ia membaringkan Laritta. Membuka paha istri terlarangnya untuk mengangkang.

“Siapa sangka lubang kecil ini ternyata sangat serakah.” Frans menenggelamkan kejantanannya.

“Terakhir, Sayang. Jadikan aku pria terakhir yang bisa merasakan memek lembut ini.”

“Y-ya-yaah.. Nggak akan ada lagi, Honey. Aku akan jadi istri paling setia untuk kamu.”

“Dalam suka dan duka?”

“Dalam suka dan duk-kaah, ahh. Sampai maut memisahkan kit-tah, Frans..”

“Ya, sampai maut memisahkan.” Ulang Frans.

Keduanya mengingat janji setia dalam ikatan terlarang di belakang Edward dan Dayana. Membangun rumah tangga di dalam rumah tangga yang telah terjalin di antara keempatnya.

“Move, Hubby. Buat aku hamil sebelum Eddy mendahului kamu. Basahi rahimku dengan benihmu, Hon..”

“Laksanakan, Nyonya. Setelah menikah, ayo kita temui dokter untuk merencanakan kehamilan kamu.”

“Uuuhhh, yyah. Aahhh.. Frans.. Ahhh..”

“Mendesahlah, Sayang. Disini kamu bebas mendesah sekeras yang kamu mau.”

“AAAHH… AAHHH.. HONEYH..”

Frans meremas payudara Laritta. Ia akan memberikan malam terhebat dengan menjamah setiap titik sensitif istri mudanya.

“Uhhhh, Honey. Ya, ya. Remas tetekku, Sayang. Aku suka remasan kamu. Mainin putingnya, Honey. Nakalin aku, Frans.”

Laritta memejamkan mata. Ia merasakan darahnya tersedot naik saat Frans menghisap putingnya. Sodokan dan hisapan Frans yang nikmat membuat tubuhnya melayang. Napasnyapun menjadi semakin tak teratur dengan suara serak, seperti seekor sapi yang baru saja disembelih.

“Aarhh, arrhhh… Cium aku, Honey.” Rengek Laritta menjambak rambut Frans.

“Tidak sekarang, Wife.” Frans tahu Laritta akan segera keluar. Wajah istrinya tak bisa menipu. Disana tergambar jelas betapa tingginya gelombang kenikmatan yang istri rasakan.

“I wanna cum, Frans.”

“I know, Sayang. Suami kamu ini ingin melihat wajah paling sange istrinya.” dan itu akan terlihat saat Laritta mengerang sembari melepaskan cairan cintanya.

“Franssshhh!”

“Keluarkan, Sayang. Basahi penis suamimu ini, Larit.”

“Kontolhhh, Frans!”

“Yaahhh, kontol..” Frans membingkai wajah Laritta. Ia goda istrinya dengan kecupan-kecupan singkat. Namun tak mengabulkan apa yang istrinya mau darinya.

“Franss kammuuuh..”

Jleb!

“Aaaahhh, Honney.. Kamu jah.. Ahhh.. Ahhh.”

“Aku apa, Sayang?”

Frans menusuk dalam sekali. Kepala kejantanannya membentur mulut rahim Laritta. Terus menyundul lubang kecil sang istri hingga wanita itu tak bisa menutup bibirnya.

“Honey.. Honey..”

Frans mengembangkan senyuman.

“Mau muncrat?” tanya Frans padahal ia sendiri bisa merasakan kapan tepatnya Laritta biasa menyirami kejantanannya dengan cairan kenikmatan wanita itu.

“Uuuh, Larit. Emppp…”

Frans kalah. Pijatan dinding vagina Laritta melenakan dirinya. Saat kesadarannya melemah, batang lehernya ditarik maju hingga sang istri dapat menyambar bibirnya.

“Eemm… aaahmmm.. Aaahh..” Laritta mendesah mendapatkan puncaknya dengan ciuman beringas yang didapatkan setelah memaksa Frans.

“Sudah puas sayangku?”

“Ah..” Kepala Laritta bergerak ke kanan dan kiri. “Kamu belum muncratin aku, Honey. Aku nggak akan pernah puas sebelum itu.”

“Lanjut sekarang?”

“Five minutes. Kasih aku napas, Honey. Aku nggak mau mati di malam pertama kita.”

“Hahaha.. Mati karena keenakan, heum?”

“Uhh, iyaah.” Jawab Laritta mendesah karena Frans mencabut kejantanannya.

Frans membantu Laritta duduk. Ia lalu menuruni ranjang. Mengambil sebotol air minum dan membawanya kembali.

“Minum dulu, Sayang.”

Laritta menepuk-nepuk bibirnya. Kemudian melayangkan dua jarinya ke udara sebelum kembali melakukan gerakan yang sama.

“Mouth to mouth?”

“Yahh.”

Menuruti permintaannya sang istri, Frans menenggak racun air di dalam botol dengan tak menelannya. Ia meraih tengkuk Laritta. Mentransferkan air di dalam mulutnya ke dalam mulut wanita itu.

Delivery itu berlanjut dengan french kiss yang sangat menggairahkan.

“Emmuuuaaahhh.. Thanks minumnya, Honey. Sekarang waktunya kamu kasih minum mulut yang bawah.”

Laritta mendorong tubuhnya memeluk Frans.

“Kesana, Honey.” Pintanya mengarahkan jari telunjuk pada sofa berbentuk setengah lingkaran yang terletak di dekat gorden kamar.

Setelah diturunkan, Laritta berlutut membelakangi Frans. Ia setengah menungging dengan paha terbuka.

“Honey..” Memutar pinggang, Laritta mengundang Frans. Ia meletakkan tangan kanan pada bokongnya. Berkata, “silahkan, Papi. Memek Mami udah ready buat dimuncratin.”

Gairah yang sempat menurun kembali bangkit. Pose-pose seduktif Laritta tak pernah gagal dalam membangkitkan nafsu didalam diri Frans.

Ia meraup payudara kanan Laritta. Meremasnya sampai si empunya mendesah dengan bibir terkulum.

Frans merunduk. Menjulurkan lidah. Ia menyapu puting merah muda sang istri sebelum mengatupkan mulutnya.

“Aahh, Papi.”

Sebelum akhirnya puting itu dinikmati anak mereka, Frans akan menikmatinya terlebih dahulu. Ia bahkan tak yakin akan rela membagi puting berisi Laritta kepada anak itu.

“This mine.” Ucap Frans, menegaskan kepemilikannya

Frans lalu membenarkan posisi Laritta. Tangannya membelai pantat sang istri. Meremasnya sebelum kemudian menyasar lubang vagina untuk mengecek apakah lubang itu sudah benar-benar siap.

“Papi tusuk ya, Sayang?”

“Go ahead Papi. Mami udah nggak…. AH!”

“Mami harus sabar loh.” Frans memegang kedua sisi pinggul Laritta. Ia menggoyangkan tubuhnya, mencoba memasuki liang sempit istri nakalnya.

“Sabar ya, Sayang.”

“Ah, ah..”

“Almost done, Sayang. Sebentar lagi kontol Papi masuk semuanya.”

“Ahh, iyahhh.. Masukin semuanya Papiih.”

“Oke, Sayang. Emmhhh.”

Frans mengecup punggung Laritta. Pria itu memuji vagina istrinya yang kembali menyempit.

“Uuhhh, finally..” Hela Laritta merasakan seluruh batang Frans terkurung di dalam vaginanya.

“Papiiih..” Wanita itu mendesah. Menggoyangkan pinggulnya memutar untuk membuka ronde ketiga mereka.

“Aku bolehkan dipanggil Mami, ah?”

“Boleh, Sayang.”

“Papi nggak boleh lagi panggil Dayana Mami, aaahh.. Panggilan itu cuman boleh buat aku aja sekarang.”

“Got it, Sayangkuh.”

“Kalau Papi nakal, nanti bakalan aku hukum.”

“Aaahh, jangan dong Mihh.” Frans mendorong dan menarik pinggul Laritta membuat kejantanannya keluar masuk di dalam vagina istri cantiknya itu.

“Biarin, ahh. Coba aja kalau Papi beranih. Nanti Papi nggak Mami kasih jat-tah, eumhhh..”

“No, nohhh..” Frans membangkitkan Laritta. Ia memeluk Laritta. Melingkarkan tangannya di perut sang istri.

“Jangan ya, Mamiih.. Papi nggak kuat kalau harus tanpa memek nakalnya Mamih, engghhh.”

“Makanya Papi harus nurut ya? Papi harus jadi suamih yang baikh, okehh?”

“Okehh, Sah-yang. Ah, Mamiih. Goyangan kamu, Sayang.” Frans menyilangkan tangannya. Ia meremas payudara Laritta sembari menikmati goyangan yang membuat penisnya mengaduk vagina basah istri sekaligus menantunya.

“Aaah, Papiih.. I love you, Papiiih. Mami paling cinta Papi, aaah.”

“Aahh, aahhh..”

Menikahi Laritta adalah pilihan terbaik. Bagaimanapun juga, mereka tak akan bisa kembali seperti semula. Hubungan yang mereka rangkai sudah terlalu jauh untuk dikembalikan. Benih-benih cinta bahkan mengakar kuat, mengalahkan nafsu yang menjadi awal dari terbentuknya hasrat terlarang keduanya.

“Mami, Papi mau muncrat Sayang.”

“Muncratin Papi.. Ah, ah..”

Frans mempercepat goyangannya. Ia melonglongkan desahan. Melepas benihnya untuk ia simpan di dalam rahim istri simpanannya.

“Larit, Larit!! Aah, Sayaaaanghhhhh.”

Bersamaan dengan itu, Laritta ikut mendapati klimaksnya. Ia memeluk lengan Frans yang berpindah melingkari dadanya.

“Papiiihh, Mami muncrathhh.. Papiiih, Papiiih.. Aahhh!”

Tubuh keduanya lalu ambruk dengan Frans menimpa Laritta.

“Kamu luar biasa, Sayang. Terima kasih untuk malam pertama yang mengagumkan ini, Istriku.”

“Kembali kasih, Suamiku.”

“Ronde keempat?”

“Papiiihh! Kita masih seminggu disini. Tahan. Anak Papi aja nggak segila ini waktu malam pertama.”

Frans meledakkan bahakkan.

“Itu karena dia lemah, Sayang. Suami kamu yang ini kan beda.”

“Nggak, nggak! Patah tulang Mami nanti.”

“Hahahaha…” Frans tergoda dengan omelan Laritta. Ia mendorong kejantanannya dan Laritta kembali mendesah.

Nyatanya, wanita itu tak lagi melayangkan omelan ketika lubangnya eksekusi.

'Laritta, Laritta.'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel