Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Selingkuh Dengan Ayah Mertua (Bagian 3)

“Nghhh..”

Laritta mendesah saat kepala kejantanan Frans menyentuh lubang vaginanya.

“Masukin, Honey. Sekarang.” Pinta Laritta, memelas tapi tegas. Lubangnya peranakannya gatal, tak puas hanya dengan salam tempel yang ayah mertuanya lakukan.

“Dasar nggak sabaran.” Ejek Frans, menggoda.

Mendengar itu, Laritta merengek. “Honey..”

Saraf di kepalanya sudah mengencang. ingin agar Frans segera melesakkan batangnya.

Frans terkekeh. “Oke, oke.” Ucapnya, mengangkat pinggul lalu mendorong kuat kejantanannya.

“Aaaahhh.” Dalam sekali sentak, batang idaman Laritta itu masuk menembus lorong vaginanya.

Besar, keras dan panas.

Batang milik mertuanya itu berkedut, terasa seperti hidup dan bernapas di dalam lubangnya.

“Fuuckkhh, Honeyhhhh! En-nakkh. I like it-hh. Aku sukahhh batang kamuh, Honhhh.” Desah Laritta, tak menutupi kesenangannya.

Pujian Laritta yang nakal semakin membangkitkan libido Frans. Aliran darahnya meningkat. Kenakalan menantunya yang baik itu membuatnya mendidih, terbakar oleh nafsu birahi.

“Eungh.. Kamu benar-benar menantu yang nakal Larit. Kamu merasakannya kan? Lubang kamu yang basah itu— saking basahnya, Papi bisa langsung masukin punya Papi.” Maksud Frans adalah dalam sekali percobaan. Karena basahnya organ intim menantunya, ia tak memerlukan banyak effort.

Meski begitu, setelah berada di dalam Laritta, vagina yang mudah untuk dimasuki itu mengetat seolah memeluk erat kejantanannya.

“Sayang, vagina kamu luar biasa.” Ucap Frans, menyampaikan testimoninya langsung kepada si pemilik lubang.

“Dia nakal, senakal yang punya.”

Kontan, wajah Laritta memerah.

Laritta tersipu. Malu-malu.

Ia sudah menunggu momen ini sejak Edward ketahuan bermain gila. Setelah itu, kejantanan Edward tak lagi bisa memuaskan hasratnya. Barulah ketika ia membayangkan sosok mertuanya, hasrat itu kembali muncul meski pria yang menggaulinya bukanlah Frans.

Sejak fantasi menyimpangnya itu, ia memandang Frans dengan cara yang berbeda. Setiap kali ayah mertuanya menatapnya, lubangnya yang kering seketika berair seakan hanya dengan ditatap saja, ayah mertuanya menjamah seluruh lekukan tubuhnya.

“Dia nakal karena kamu.” Laritta menarik batang leher Frans dengan lengannya.

Kini wajah keduanya hampir tak memiliki jarak.

“Cause you have an Exclusive Laritta Pussy Pass, Pap.”

Cup..

“Kartu Pass?” tanya Frans, setelah mengecup bibir Laritta.

“Eung..” gumam Laritta.

Wanita itu menggoyangkan pinggulnya karena Frans belum juga bergerak.

Jujur, jiwa binalnya menuntut untuk ditumbuk. Tentu saja dengan kejantanan yang saat ini bersarang di dalam vaginanya.

“Fransss, move!”

Rengekkan Laritta lagi-lagi membuat Frans terkekeh, tetapi ia belum puas. Ia ingin mendengar kejujuran Laritta.

“Jadi aku VVIP lubang ini, heum?”

Frans menusuk dan Laritta mendesah, “yaaahhh..”

Seluruh darah di tubuhnya seolah mengalir naik menuju satu titik ketika Frans menghentakkan miliknya.

“But I don't like it.” Lontar Frans, perlahan menggerakkan miliknya naik turun, mengaduk lubang Laritta.

Mendengar itu, wajah Laritta tampak kecewa ditengah rasa nikmat yang dirinya rasakan.

“Why-hh?”

Frans merendahkan punggung. Memeluk Laritta untuk mendekatkan bibirnya pada telinga wanita itu.

“Papi maunya jadi pemilik vagina basah kamu.”

Frans tidak ingin menjadi tamu semalam yang hanya bisa merasakan vagina berlendir menantunya ini. Ia ingin memilikinya. Tak peduli siapa Laritta. Lubang yang terasa mudah dimasuki tapi menyempit ketika ia sudah berada di dalamnya itu harus menjadi miliknya.

Tanpa banyak bicara, Frans pun menekan bagian bawah tubuhnya. Kejantanannya bergerak. Menusuk lembut lubang yang semakin lama semakin mengetat.

“Ahh, Frans, enak.”

“Kamu suka?”

Laritta, mengangguk. Mana mungkin ia tak suka. Ia saja menunggu momen ini seperti orang gila.

“Banget, Fransss. Akuh, suk-kah, penis kamuh, eunghh.”

“Shit, Larit! Mulutmu..” Frans terkejut. Sekali lagi Laritta yang manis itu memberikan kejutan tak terduga melalui mulut binalnya.

“Again, Larit. Say it! Katakan lagi.”

Frans ingin mendengarnya lagi. Sepertinya, ucapan nakal Laritta memang bisa menjadi pembakar libidonya.

“Penis Papi.. Aku sukkahh.. I love-hhh it-hh Aaah..”

Kedua payudara Laritta berguncang seiring dengan tusukan yang menghentak-hentak vaginanya.

Frans, pria itu menghujam cepat, menarik dan melesakkan kejantanannya ke dalam diri menantunya.

“Franss, Honeyhh.. Ahh..”

“Yeah, Sayang. Nikmatih iniih. Terima penis yang kamu sukai ini, Larit. Semua ini milik kamu.”

Dengan semangat membara, pria paruh baya itu memompa lubang vagina Laritta. Sesekali keduanya berciuman ditengah adegan menyimpang yang mereka ciptakan.

Godaan Laritta adalah dosa termanis yang akan Frans pertahankan meski anak dan istrinya kembali ke kediaman mereka. Ia tak akan bisa melepaskan Laritta setelah semua yang mereka lakukan.

“Ah!”

Pikiran berani itu membuat Frans kehilangan kendali. Ia menyentak dalam, membentur dinding peranakan menantunya.

“Do It more, Honey. Mentokin penis kamu, aaah.” Diluar dugaan, ketidaksengajaan tersebut justru sangat disukai Laritta.

Frans merangkum kepala Laritta. “Like this, hah?!” Frans menyentakkan dalam kejantanannya. Menahannya beberapa detik, sebelum kemudian mengulanginya berkali-kali hingga membuat mulut Laritta terbuka dengan wajah menengadah.

Menantu kesayangan Frans itu terus saja mendesah. Desahannya berpacu dengan napasnya yang kian memburu membentuk lirihan merdu.

“Engh.. Engh.. Papi, Papi..”

Laritta merasakannya. Perasaan melambung itu, ia merasakannya dengan saat jelas.

Sensasi yang hanya dapat ia rasakan bila membayangkan Frans sekuat hati kala bercinta dengan Edward. Sebuah rasa yang tercipta saat ia meracaukan nama ayah mertuanya di dalam hati dan membayangkan bahwa pergulatannya benar-benar dilakukan bersama pria itu.

Sensasi itu akan mengantarkannya kepada puncak kesenangan dunia. Melemaskan seluruh sarafnya lalu membuat kehausannya menghilang tergantikan oleh gulungan ombak yang menghentaknya hingga ke dasar, menenggelamkan dirinya dalam pusara ternikmat.

Seakan tahu apa yang akan menanti menantu cantiknya. Frans menambah tempo tusukannya.

“Bersama, Sayang.”

“Papi, aah.. Aahh..” Laritta menahannya. “Di dalem, Papi. Buat aku hamil anak Papi.” Namun ia tak bisa menahan hilangnya akal sehatnya. Nikmat yang menyerangnya menghilangkan kewarasannya.

“My Pleasure, Sah.. Aaaahhh..” Pada tusukan terakhir yang membuat Frans tidak dapat melanjutkan kata-katanya, keduanya mendesah keras bersama dengan rasa hangat yang menyebar memenuhi rahim Laritta.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel