Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Selingkuh Dengan Ayah Mertua (Bagian 2)

“Eungh, yahh..”

Terima kasih pada naluri alamiah milik sang ayah mertua. Karenanya, jari-jari yang ia dambakan itu menyapa vaginanya lebih lama.

Laritta menengadah kepala. Ia menyandarkan tubuhnya pada Frans. Membuka satu kakinya dan meletakkannya ke atas meja.

“So wet, right? dan ini karena kamu. Aaahh.”

Laritta pun tersenyum. Ia merasa telah memenangkan pertarungan ketika ibu jari Frans membelai bagian dalam vaginanya.

“Fuckhh, Honey. Masukin. Jangan mainin aku.”

Persetan dengan hubungan menantu dan ayah mertua. Sejak ia tanpa sengaja mengamati perkasanya kejantanan Frans saat meninggalkan kolam renang, sejak saat itu ia selalu membayangkan Frans menggauli tubuhnya dengan sangat liar.

Beruntunglah suaminya adalah peselingkuh yang tidak hanya puas bermain dengan satu wanita. Karena itu, ia kini mempunyai alasan untuk membalas penyimpangannya.

“Like this?”

“Yah, yah.. Aaah, Frans. More, Honey. Eung..”

“Kamu menyukainya, Larit?”

“Yesss.. I like it so, aaaahh.”

Laritta mencengkram lengan Frans. Pria itu tiba-tiba saja menggerakkan jari-jarinya. Menusuk berulang kali dengan tak mengeluarkan mereka sepenuhnya.

“Fuck, fuck!”

Mulut Laritta terbuka. Ia mendesah. Menggelinjang.

Tak tahan dengan sensasi memabukkan dari jari-jari prianya, ia pun mengarahkan kedua jarinya pada sepasang payudara sintal yang nantinya juga harus mendapatkan belaian.

“Binal.” Ejek Frans, menyeringai.

“A~aah, just for you, Honey. Aku akan jadi wanita paling binal buat muasin kamuh.”

Satu alis Frans terangkat.

“Then show it.” Tantang Frans sembari benar-benar menarik tangannya.

Sudah terlanjur basah. Kebinalan menantunya telah mengusik jiwa pria malang yang ditinggalkan istrinya untuk bersenang-senang.

Bermenit-menit ia membangun tembok, tapi Laritta berhasil menghancurkan pertahanannya hingga ia menginginkan kebinalan itu untuk ia rasakan secara nyata.

“Jadilah sebinal mungkin sampai aku kehilangan kendali dan meniduri kamu.”

“Jangan kabur ya. Papi harus menepati kata-kata Papi.”

Dengan senangnya, Laritta melompat turun.

Memerlukan satu langkah lagi dan Frans akan menjadi miliknya. Saat malam ini terlewati, ia akan memastikan jika hanya dirinyalah yang mampu memuaskan ayah mertuanya.

‘Sorry, Mam. Tapi suamimu akan menjadi milikku.’

Ibu mertuanya pasti tak akan ambil pusing. Wanita itulah yang menghardiknya kala pertama kali ia mengamuk setelah menemukan Edward berselingkuh.

Katanya, wajar bila pria mencari selingan. Selagi seluruh kebutuhan istri dipenuhi, seorang istri hanya perlu menutup mata dan telinga.

Cih!

Lihat saja, apakah kata-kata itu bisa dipraktekkan saat suaminya bermain gila. Terlebih dengan menantunya sendiri.

“Honey.. Jangan alihkan pandangan kamu, okey?!”

Laritta mengeringkan sebelah mata. Wanita itu mengirimkan ciuman jarak jauh. Memperdengarkan suara kecupan sebelum pada bergerak menyingkirkan peralatan makan di hadapan Frans.

Seperti anak remaja yang baru mengenal cinta, Laritta menyempatkan diri menghampiri Frans. Ia mencium Frans dalam.

“Angkat menantumu ini, Honey. Aku mau naik kesini.” Ujar Laritta, menepuk meja.

“Sure..”

Sebelum mengangkat tubuh menantu nakalnya, Frans dengan jahil meremas salah satu payudara Laritta.

“Aaahh..” Desahan itu berlangsung singkat, lalu disusul oleh aksi protes empunya dada. “Kok sebentar? Lagi dong.”

“Not now, Naughty Girl. Tunjukan dulu kebolehan kamu menggoda Papi.”

Tersenyum, Laritta pun mengangguk.

Ia merentangkan lengan, memberi tanda jika dirinya siap untuk dipindahkan.

Ketika Frans hendak memisahkan jarak diantara keduanya, Laritta menahannya.

“Aku mau kamu, Frans.”

Deg!

Panggilan itu membuat sekujur tubuh Frans membeku.

Laritta memanggil namanya. Bukan Honey atau panggilan semestinya seolah mereka tak memiliki ikatan.

“Cium aku. Cium seluruh tubuhku. Aku mau bibir kamu ada disini.” Laritta membuka kedua kakinya. Ia menyentuh bagian paling intim dari tubuhnya.

“Kamu ingin aku dimana?” Pancing Frans.

Entahlah, ada sensasi menyenangkan yang membakar naluri kelaki-lakiannya ketika Laritta berbicara frontal.

“My pussy. Aku mau bibir kamu ada di vaginaku.”

Lalu, secepat keahlian Laritta dalam menarik perhatian Frans, secepat itulah ia melepaskan gaunnya. Menyisakan push up bra yang tak sepenuhnya menampung kedua payudara besarnya.

Ia memasang tampang seduktif, mengundang si pejantan untuk memenuhi undangannya.

Membuka belahan vaginanya, Laritta berucap. “Do it, Frans. I’m yours.. ini desert untuk kamu.”

Air liur berkumpul di dalam rongga mulut Frans. Pemandangan di depannya ini sangat erotis. Dengan mata menggoda yang menatap dirinya, Laritta menggosok vaginanya. Dia menebalkan bibirnya maju, lalu membentuk ‘O’ kecil sebelum kemudian mendorong kepalanya ke belakang.

“Frans, euunghh”

Laritta mendesah kala jari telunjuknya masuk, menusuk lubang vagina kecilnya.

Vagina itu terlihat menyedot jari kecil menantu kesayangannya.

Ditempat dirinya mengamati, Frans menelan ludahnya kasar.

Pemandangan selanjutnya membuat kejantanannya semakin berdenyut.

“Aaah, Frans.. Eumhh..”

Perempuan itu, istri dari anak semata wayangnya memainkan vagina dan payudaranya. Pinggulnya bergerak mengikuti keluar-masuknya jari yang entah kapan bertambah ke dalam vaginanya.

“Aaah, Honey, aaahhh..”

“Papi, Aaah.”

“Eumhhh..”

“Give your dick to me, Honey. Gantikan jari-jari kecil ini, eungh. Kamu mau kanhh?”

“Mau kan, Honeyyhh.. Euunghh.. Yahh? Please-hhh..”

“Tusuk aku, Honey. Engh.. Tusuk aku sambil kamu mainin tetekku.”

“Yeah, ah.. aanggh.. Honey ahh.. Frans, keluarin.. Keluarin di dalem aku, aah.. Aku mau kamu crot di dalem. Fraansssshh.”

Fuck!

Apa yang baru saja ia lihat dan dengar?

Laritta, menantu penurut yang manis itu berbicara kotor. Wanita itu tak hanya menginginkan kejantanannya, tapi juga cairan spermanya?

Menantunya terengah setelah mendapatkan pelepasannya. Sepertinya dia benar-benar membayangkan miliknya menghujam keras vaginanya yang nakal itu.

“Nghh, hehe.”

Laritta terkekeh diakhiri dengan kerlingan matanya. Ia memamerkan jari-jarinya yang basah oleh cairan pada Frans. “Sticky juice for you..”

“Jilat itu, Larit. Aku ingin merasakannya dari mulut kamu.”

“Nggak dari sini?” tanya Laritta, menampar lubang kecilnya yang memerah.

Ia menginginkan lidah ayah mertuanya menari di dalam lubang vagina berisikan cairannya.

“Must I?”

“Eung.. itu kan desert buat kamu. Sebelum lanjut ke makanan utama, kamu harus cicipin itu dulu.”

Frans tergelak.

Sungguh gadis yang nakal.

“Ya, aku akan memakannya sampai puas menantuku.”

“But, Frans.. What is this?”

Frans meringis. Telapak kaki Laritta kini berada tepat di atas kejantanannya yang tertutup oleh celana.

“Kamu yakin bisa menahannya lebih lama untuk menikmati dessertnya?”

Telapak itu bergerak lembut, membelai kejantanan Frans.

“My wet pussy, dia bisa menelan kejantanan kamu yang besar itu dalam sekali tusuk.”

“This little slut, heum?” Goda Frans, membelah lipatan vagina sang menantu dengan jari telunjuknya.

Tindakan Frans itu membuat Laritta mendesah. “Aaaa ah..”

“Haruskah kita buktikan, Sayang?” Frans menyisipkan dua ruas teratas pada jari telunjuknya. Ia bermain-main dengan membentuk sebuah kail di dalam lorong vagina menantunya.

Berusaha tenang meski sebenarnya ingin memporak-porandakan tubuh nakal menantunya, Frans kembali melanjutkan kalimatnya. “Tidak dengan ini.. Tapi dengan sesuatu yang bisa menghangatkan rahim kamu.”

“Dengan senang hati, Honey.”

Frans melepaskan tangannya. Ia mengangkat tubuh Laritta. Membawa menantunya yang nakal itu meninggalkan ruang makan.

Karena tak lagi bisa menahan denyutan pada pangkal pahanya, ia memilih ruangan terdekat. Sofa lebar di ruang keluarganya akan cukup untuk menjadi arena pertama mereka.

Frans meletakkan Laritta dalam posisi setengah duduk bersandar pada kepala sofa.

Tatapan matanya lalu jatuh pada sepasang payudara sintal yang ingin sekali dirinya mainkan. Tapi itu bisa menunggu. Malam kian larut dan meremas payudara menantunya bisa dilakukan bersamaan dengan seks yang akan mereka lakukan.

“Larit..”

Merendahkan tubuhnya, Frans memposisikan wajahnya tepat di hadapan lubang menawan Laritta.

Pria itu mendekatkan hidung, mengendus aroma memikat yang membuat kejantanannya semakin mengencang.

“Wanna suck it, Ho.. Aaahhh..” Belum sempat Laritta menyelesaikan kalimatnya, jilat yang Frans lakukan secara tiba-tiba membuatnya melontarkan desahan.

Gelenyar aneh merambat melalui vaginanya hingga naik ke ubun-ubun.

Ini bukan jilatan pertama yang pernah ia rasakan. Edward juga sering melakukannya saat foreplay, tapi rasanya sangat berbeda ketika jilatan itu dilakukan oleh ayah mertuanya.

“Honey, Aaah..”

Otot-otot pada dinding vaginanya bereaksi cepat, bahkan sedetik setelah lidah itu mendarat mengenai klitorisnya.

“Enough.” Kata Frans, bangkit.

Melihat raut kecewa pada wajah cantik menantunya, Frans hanya tersenyum. Laritta yang nakal tapi polos.. Frans menyukainya.

“Akan Papi berikan yang lebih enak.”

Kekecewaan itu tampak memudar bergantikan rona yang membuat wajah Laritta terlihat malu-malu.

Usai melepaskan celana yang dirinya kenakan, Frans merunduk, mencium bibir Laritta yang sepertinya akan menjadi candu untuknya.

Disela-sela ciumannya yang dalam, ia membaringkan Laritta. Mengurung sang menantu di bawah kuasanya.

“Euungg..” Saat tangan Frans meremas payudaranya, Laritta mendesah tertahan.

Remasan itu perlahan turun. Meremas tulang iga. Pinggang lalu berhenti pada bagian luar paha Laritta.

“Muaachhh.. Kamu berhasil Larit. Sekarang Papi akan melakukannya. Menusuk kamu sampai kamu memohon ampun.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel