Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Selingkuh Dengan Ayah Mertua (Bagian 1)

Laritta, wanita itu mengulum bibir sebelum kemudian menyisakan gigitan seduktif pada sudut terbawah bibirnya. Ia mempertahankannya beberapa detik sembari menatap Frans, ayah mertua yang diam-diam ia jadikan sebagai incaran.

Malam ini ia berpikir untuk membawa Frans ke atas tubuh sintalnya. Edward suaminya sedang melakukan perjalanan dinas. Ia sengaja membiarkan Edward pergi seorang diri tanpanya.

Biarkan saja pria itu bermain gila saat dirinya absen untuk mengawasi. Laritta tak akan lagi mempermasalahkan kecurangan Edward, karena sekarang ia pun akan melakukan hal yang sama. Berselingkuh. Bahkan dengan ayah mertuanya.

Tidak masalah kan?! Suaminya saja bisa mendua. Mengapa dirinya tidak? Terlepas dengan siapa ia akan berselingkuh, itu adalah haknya untuk menentukan.

Kebetulan ibu mertuanya pun sudah satu Minggu berlayar bersama teman-temannya. Waktu selama itu pasti membuat ayah mertuanya merindukan belaian seorang wanita.

Tenang saja. Ia siap untuk menggantikan peran ibu mertuanya.

“Pap..”

“Yeah?”

Sahutan yang lembut dengan serak yang mengiringi suara Frans membuat Laritta kembali menggigit daging di bibirnya.

Tubuhnya meremang.

Dengan nakalnya, Laritta membayangkan jika suara yang seksi itu memanggil namanya ketika keduanya mencapai puncak kenikmatan.

Ah, baru membayangkannya saja membuat sesuatu terasa meleleh melewati pusat tubuhnya.

“Ehem..” Berdehem, Laritta yang tak ingin membuang waktu pun menjatuhkan tangannya pada lengan Frans. “Papi masih inget kan sama janji Papi?”

“Janji?” Beo Frans, menatap istri putranya.

“Eung, janji. Last week Papi bilang kalau Papi bersedia melakukan apa saja asal aku memaafkan perselingkuhan Eddy dengan anak rekan bisnis Papi. Janji itu, pasti Papi tepati kan?”

Frans yang sempat melupakan perkataannya tersentak. Meski demikian, pria itu tetap berkata. “Sure. Kamu mau apa? Diamond? atau keliling Eropa seperti Mami?”

“Em, nggak dua-duanya.”

Merasa kesempatannya sudah tiba, Laritta pun bangkit berdiri. Ia sengaja menempati kursi paling jauh. Merancang skenario agar dirinya dapat berjalan penuh gairah ketika menghampiri ayah mertuanya.

“No one, Pap.”

“Apa ini Larit?” Sentak Frans ketika Laritta duduk di atas pangkuannya.

Tak menjawab, Laritta justru mengalungkan kedua lengannya pada batang leher Frans.

Ia menarik Frans hingga kepala pria paruh baya itu merunduk.

“It's you, Pi.. yang aku mau adalah kamu. Aku mau kamu sebagai pengganti Eddy." bisik Laritta, memerdukan suara. Wanita yang terlihat gila di mata Frans itu meniupkan udara panas, bertiup menyapa cuping telinganya yang kontan memerah.

Laritta mendaratkan ciuman pada rahang kokoh Frans. Ia sangat menyukainya. Ia suka dengan sensasi menusuk ketika bulu-bulu di wajah Frans mengenai bibirnya.

"Kamu.. Ah.."

Seringai tergambar kala Laritta mampu memunculkan desahan keluar dari mulut Frans.

Ia tahu Frans tidak akan menolak. Jika pria itu tak berkenan, tangannya yang berotot meski telah berusia 60 tahun itu pasti mendorong tubuhnya.

Nyatanya, pria itu menikmati tekanan yang sengaja ia berikan pada kejantanannya.

"Apa kamu juga menginginkan ku, Sayang?" Diakhir pertanyaannya, Laritta menyelipkan kecupan basah pada sudut bibir Frans. Ia yang gemas pun mengulang kembali aksinya. Meningkatkan sedikit kenakalan dengan mengulum bibir itu ke dalam mulutnya.

Menyusuri pahatan ketampanan sosok yang menciptakan suaminya, Laritta menyasar telinga Frans untuk kesekian kali.

“Tell me, Pi? Apa aku boleh menggerakkan tubuhku? Di atas kamu...” Jeda sesaat. Momen itu Laritta gunakan untuk membubuhkan kecupan disana. Setelah puas, ia pun meneruskan kalimatnya. “... dengan kita yang nggak memakai apapun dan saling menyatukan mereka.”

“Aaah..” desahan Frans kali ini jauh lebih bertenaga. Ia mendesah sebab menantunya memberikan dirinya tekanan yang tidak terduga.

“Sayang, milikku basah. Tidak bisakah kamu menjawab dengan cepat? Tolong tepati janji kamu.” Setengah jam merajuk Laritta memintanya. Ia mendorong payudaranya menempel pada dada bidang Frans. Membuat kedua buahnya tampak menyembul melewati potongan gaun malam yang ia kenakan.

“Dear, jangan bercanda. Turunlah. Semua orang akan melihat kita.”

“Siapa?” Menarik kepalanya, Laritta mempertemukan pandangan.

“Maid? Mereka pergi, Sayang. Aku memberikan mereka bonus untuk menginap di luar.”

Menyadari jika ayah mertuanya belum sepenuhnya yakin dengan ajakannya, Laritta pun menyentuh telapak tangan Frans.

Ia membimbing jari-jari Frans untuk memasuki gaun satinnya.

Semakin dalam, di sana Frans akan mengetahui kesungguhannya. Kesungguhan pada lembah yang tak terlindung oleh selembar kain hingga pria itu mampu merasakan cairan miliknya.

“See? Aku nggak bercanda. Haruskah aku menunjukkan yang lainnya?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel