Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.3. Manis Tapi Berbisa

"TING TONG." Bel pintu penthouse milik Jordan Fremantle berbunyi.

Pria yang sedang memerangkap tubuh Chantal Brickman pun terpaksa membatalkan niatnya untuk menggoda gadis itu dengan sedikit agresif. Jordan bangkit dari kasurnya lalu berjalan membukakan pintu untuk tamunya.

Pintu itu pun mengayun terbuka dan sosok berseragam putih khas dokter tersenyum memamerkan sederet gigi putihnya yang tersusun rapi. "Selamat petang, Mister Fremantle. Siap melayani Anda, Sir!" ucapnya.

"Selamat petang, Dokter Damian Brinkeley. Silakan masuk," sambut Jordan dengan sopan seraya menggeser tubuhnya agar tamunya dapat masuk ke penthousenya.

"Jadi, dimana pasien saya, Mister Fremantle?" tanya Dokter Damian seraya mengedarkan pandangannya di ruangan luas berinterior mewah itu mencari-cari manusia selain mereka berdua.

Jordan pun berjalan mendahului dokter pribadinya menuju ke tempat tidurnya. "Kucing kecil yang terluka itu ada di atas ranjangku, Dok. Hati-hati karena dia sedikit bengal!" Tawa Jordan terdengar membahana di kamar tidurnya.

"Pasti seorang wanita bertemperamen panas ya? Baiklah—" Dokter Damian mengikuti langkah Jordan hingga dia bertemu dengan pasiennya yang penampilannya sedikit berantakan, tetapi tak mengurangi kadar kemolekannya dari sisi manapun. "Menarik!" gumamnya saat bertemu pandang dengan sepasang mata hijau bak zamrud Colombia.

Dokter Damian pun mengitari ranjang raksasa tersebut lalu duduk di tepiannya. Dia berkata dengan nada ramah, "So ... apakah ada yang perlu saya sembuhkan, Nona Cantik?

Melihat dokter muda itu sepertinya tertarik kepada Chantal, dengan suara keras bernada tajam Jordan berseru, "Obati pergelangan tangannya, Dokter Damian. Pembuluh darahnya cedera karena terlalu halus dan aku memegangnya agak kencang tadi!"

Kedua kepala di atas ranjang lebar itu sontak menoleh bersamaan ke arah Jordan. Aura dominan dan sebersit keposesifan terasa nyata menggantung di udara. Dokter Damian Brinkeley pun tahu diri, kliennya nampaknya memiliki hubungan spesial dengan makhluk cantik di hadapannya itu.

"Ohh, baiklah. Saya akan memeriksanya segera, Mister Fremantle!" sahut Dokter Damian lalu dengan cekatan tanpa banyak bicara dia mulai memeriksa pergelangan kanan tangan Chantal.

"Siapa namamu, Miss?" tanya Dokter Damian sembari mengambil sebuah tube salep dari tas medisnya. Kemudian dia mengoleskan salep tersebut ke pergelangan tangan yang membiru kemerahan akibat kondisi hematoma.

Sembari tersenyum ramah wanita muda itu menjawab, "Namaku Chantal Brickman, Dok. Apakah ini tidak berbahaya? Rasanya nyeri dan tanganku sedikit tak bertenaga sekarang."

"Ohh—benar, itu efek pecah pembuluh darah nadi. Istirahatkan sejenak tangan kananmu dan oleskan salep ini 3 kali sehari maka segalanya akan membaik, oke?" tutur Dokter Damian Brinkeley seraya menyerahkan tube salep tersebut ke telapak tangan Chantal.

Setelah memeriksa tekanan darah, reflek pupil, dan ritme napas serta jantung pasiennya, Dokter Damian memutuskan bahwa kondisi Chantal secara umum baik-baik saja. Dia pun bangkit dari tepi ranjang dan berkata kepada Jordan, "Nona ini baik-baik saja kondisinya selain hematoma di pergelangan tangan kanannya. Saran saya lebih baik perlakukan dia dengan lebih lembut karena dinding pembuluh darahnya tipis sehingga mudah pecah bila tertekan keras."

"Baiklah, akan kuingat pesan darimu, Dok. Pembayaran jasa Anda akan ditransfer sekretaris pribadiku. Terima kasih sudah mau datang ke mari," ujar Jordan sembari mengantar Dokter Damian menuju ke pintu keluar penthousenya.

"Sama-sama, Sir. Kalau begitu saya pamit dulu. Sampai jumpa!" balas Dokter Damian tanpa ingin berlama-lama di sana. Dia melangkah cepat menuju ke lift untuk turun dari lantai 80 gedung pencakar langit yang tinggi menjulang di tengah kota Los Angeles tersebut.

Kepergian dokter pribadi Jordan bertepatan dengan pegawai room service yang mengantar pesanan makan malam Jordan. Dia pun membiarkan pria muda itu masuk menghidangkan berbagai masakan Italia di meja makan bundar di penthousenya.

Dengan langkah ringan Jordan pun menjemput Chantal di tempat tidurnya. Dia mengulurkan tangan kanannya seraya berkata, "Dinner is ready. Ayo Cantik isi perutmu sebelum jatuh sakit. Hari masih panjang, aku ingin kau bersiap setelah makan untuk menghadiri undangan pesta mewah di hotel tak jauh dari sini bersamaku."

"Terserah saja, bukankah aku saat ini berstatus tawananmu, Jordan?" sahut Chantal dengan nada dingin. Satu hal yang terpenting adalah mengisi perutnya yang kosong dan kadar gula dalam darahnya agaknya menurun drastis karena puasa yang dipaksakan.

Sembari menikmati makan malam yang agaknya terlalu awal, Jordan memandangi cara makan Chantal yang anggun. Dia pun penasaran untuk mengetahui latar belakang kehidupan wanita itu lebih dalam lagi.

"Pada hari biasa, apa yang kau kerjakan, Chantal? Kuharap bukan sekadar menghabiskan uang papamu yang didapat secara haram," tanya Jordan dengan sarkastis.

Chantal tidak menyukai dirinya dihakimi dengan semena-mena atas dosa papanya. Dia sama sekali tak ada hubungannya dengan raibnya modal jumbo milik pria yang duduk di samping kursinya saat ini.

"Apa perlu aku menjawab pertanyaan dengan disertai tuduhan tanpa dasar darimu, Sir?" balas Chantal dengan keenganan nyata. Dia pun tersenyum sinis sembari mengunyah polpette di mulutnya.

"Katakan saja jawaban yang kuminta, Cantik. Kau terlalu gemar memancing amarahku!" Jordan bersikap acuh dan mengambil menu lain di meja makan untuk mengenyangkan perutnya.

Chantal pun menjawab santai, "Aku desainer fashion dari sebuah rumah mode terkemuka berkelas internasional. Aset berharga bagi majikanku, kalau aku menghilang ... mereka pasti akan mencariku."

"Hmm ... pekerjaan yang menarik. Setidaknya kau bukan wanita tak berguna yang hanya bisa menghamburkan uang dan penggila pesta dengan seks bebas pada umumnya wanita di Hollywood," balas Jordan merendahkan Chantal sekali lagi hingga wanita itu memutar bola matanya.

"Menghina orang sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam dirimu, Jordan. Sepertinya aku akan mengalami tekanan batin akut bila terlalu sering bersama denganmu!" Chantal menggunakan tangan kirinya untuk mengangkat gelas bertangkai tinggi berisi air mineral untuk minum lalu dia meletakkannya kembali ke meja.

"Permisi!" Wanita bermata hijau itu bangkit berdiri dari kursi dan hendak meninggalkan meja makan. Namun, lengan Jordan menangkap pinggang ramping Chantal dengan sigap hingga bokong wanita itu sontak jatuh ke pangkuannya.

"AAARRGHH!" pekik Chantal terkejut. Bibirnya segera dikuasai oleh Jordan hingga tak mampu melancarkan protesnya.

Kepalan tangan wanita itu terlalu mungil untuk mencederai Jordan dengan pukulan-pukulannya. Ketika ciuman paksa itu berakhir, napas keduanya tersengal-sengal dan mereka saling bertukar tatapan.

"Aku suka bibirmu yang manis, tapi berbisa itu, Chant! Kau lebih cantik bila tidak berbicara sinis seperti ini," ujar Jordan membelai bibir bawah Chantal dengan ibu jari tangannya.

"Sayangnya aku bukanlah istrimu, aku hanyalah tawananmu untuk memancing papaku keluar dari tempat persembunyiannya bukan, Mister Jordan Fremantle?" tepis Chantal dengan nada kesal.

Alis Jordan berkerut sengit. Dia pun menjawab perkataan Chantal, "Kalau dengan menikahimu maka bisa menjinakkan temperamen liarmu ini, ada bagusnya kita lakukan usaha itu, Chantal Brickman. Aku tidak keberatan dan ketahuilah bahwa aku seorang pria single potensial yang menjadi incaran banyak gold digger di luar sana. Kau beruntung!"

Mulut Chantal ternganga dengan tidak anggun mendengar ucapan Jordan. Dia tak menyangka akan ada pikiran sekonyol itu dalam diri pria egois di hadapannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel