Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.2. Dalam Sangkar Emas

"Hey, bisakah kau pelankan langkahmu, Jordan!" seru Chantal yang terseok-seok mengikuti Jordan Fremantle yang mencengkeram pergelangan tangannya melintasi lobi sebuah apartment mewah di tengah kota Los Angeles.

Kepala berambut cokelat tua mahoni itu menoleh ke belakang. "Dasar wanita manja! Lain kali jangan pakai sepatu berhak tinggi, itu rawan membuat kakimu terkilir," cerca Jordan dengan tatapan sinis yang membuat Chantal yang biasanya riang menjadi bermuka masam.

"Tolong kau ingat baik-baik, aku tidak ingin ikut denganmu ke mari. Lepaskan saja aku dan pasti kau tidak perlu repot dengan langkah kakiku yang lambat di atas high heel cantik, Tuan Fremantle!" sembur Chantal sembari mencoba melepaskan tangannya dari tangan sekuat borgol yang memeganginya agar tidak kabur.

Lift yang ditunggu oleh Jordan akhirnya sampai di lantai lobi, dia pemilik dari properti mewah pencakar langit berlantai 80 ini. Bangunan futuristik yang memiliki banyak fungsi selain sekadar hunian. Sky Eternity Intercontinental atau SEI terkenal di tengah salah satu kota metropolitan berpenduduk padat itu. Pusat kerajaan bisnis Fremantle Group. Dan Jordan, sang CEO tinggal di lantai 80 yang berupa penthouse tunggal di situ.

"Ayo masuk ke lift, jangan buat aku meradang dengan melawanku!" desak Jordan menyeret tangan Chantal dengan kasar.

Dua orang pengawal berjaga di kanan kiri pintu lift di depan Jordan dan Chantal. Mereka seolah menulikan diri atas apa pun yang dibicarakan oleh bos mereka dengan gadis tawanannya.

Pergelangan tangan Chantal memerah dan sakit, tapi dia menahan air matanya karena tak ingin terlihat lemah di hadapan pria menyebalkan di sampingnya. "Lepaskan tanganku, aku tak bisa kabur kemana pun di dalam lift yang sedang berjalan naik, bukan?" ucap Chantal dingin tanpa menatap lawan bicaranya.

"Ohh—baiklah!" Jordan melepaskan cengkeraman tangannya dan mengangkat kedua tangannya acuh tak acuh. Namun, ketika melihat bagian nadi Chantal yang membiru seperti pecah karena terlalu keras dia genggam tadi, Jordan panik.

Dia menarik lengan Chantal tanpa menyentuh pergelangan tangan wanita itu yang nampak hematoma. "Hmm ... sepertinya aku menggenggam tanganmu terlalu keras tadi. Akan kupanggilkan dokter untuk mengobati ini!" ujar Jordan melunak, tak lagi bersikap kasar.

(Hematoma adalah penumpukan darah abnormal di luar pembuluh darah. Kondisi ini terjadi akibat rusaknya pembuluh darah yang menyebabkan darah bocor ke jaringan tubuh lainnya.)

"Bersikaplah sedikit beradab, Tuan Fremantle!" tukas Chantal yang masih kesal. Tangan kanannya sakit saat digerakkan dan agak kebas seolah mati rasa bagian telapak tangannya.

"TING." Lift itu pun sampai di lantai 80 dan terbuka pintunya. Kedua pengawal Jordan keluar terlebih dahulu lalu menunggu pasangan itu berjalan menuju ke pintu masuk penthouse pribadi milik Jordan.

Pintu canggih itu hanya dapat dibuka dengan sensor retina Jordan saja. Tak ada orang lain yang bisa masuk ke penthouse tanpa seizin pria itu. Setelah memindai retina matanya, Jordan memersilakan Chantal masuk.

Wanita muda itu mengedarkan pandangannya memindai seisi penthouse luas dengan sisi dinding barat dan utara dikelilingi kaca film yang bisa melihat keluar ruangan, tapi tidak dapat dilihat dari arah sebaliknya. Interior penthouse nampak berkelas dan elegan, tidak banyak barang yang tidak perlu di dalam ruangan bercat dinding merah magenta itu. Selera Jordan tidak biasa, ruangan bercat dinding terang atau putih pada umumnya.

"Mulai sekarang kau tinggal di rumahku. Biasakan dirimu, Chantal Sayang. Jangan kuatir, aku pasti mengurusmu 'dengan–sangat–baik'. Hanya satu syaratnya ... kau harus menuruti perintahku, semuanya!" Jordan bersedekap di hadapan Chantal yang memandangnya dengan tatapan bermusuhan.

Ucapan wanita itu pun meluncur dari bibir merah jambunya dengan telunjuk kirinya dia menusuk-nusuk dada bidang Jordan, "Kau tidak memikirkan dari sisiku. Aku punya pekerjaan yang harus kuurus juga. Hey, dengar baik-baik! Aku bukan pengangguran kurang kerjaan, bisnisku sangat sibuk dan membutuhkan curahan perhatian setiap harinya!"

Jordan merengkuh tubuh ramping Chantal hingga tenggelam dalam dekapannya. "Sepertinya kau suka memprovokasi. Aku bisa membeli bisnismu asalkan papamu mengembalikan uang modalku yang dia bawa kabur! 50 juta dolar. AARRGGHH!" Teriakan emosional Jordan menggema di penthouse miliknya. Dia menyentakkan tubuh ramping Chantal hingga terjatuh di lantai berlapis karpet Turki.

Rasanya Chantal ingin mengamuk diperlakukan semena-mena seperti itu. "Dasar lelaki brengsek! Itu bukan urusanku, kau menculikku. Lepaskan aku dari sini!" tuntutnya seraya mencoba berdiri dari permukaan lantai.

"Tak sesederhana itu, Chantal. Aku akan memikirkan cara terbaik untuk memancing papamu keluar dari tempat persembunyiannya. Hmm ... aku butuh dokter yang bisa merawat luka hematoma di tanganmu itu. Jangan rewel!" Jordan berbicara dengan nada yang tak ingin dibantah lalu menghampiri pesawat telepon di meja kerjanya di dekat sisi dinding kaca sebelah barat.

Seusai berbicara dengan dokter pribadinya di telepon agar datang ke penthouse, Jordan menghampiri Chantal yang duduk di sofa ruang tengah. "Apa kau lapar, Chantal?" tanya pria itu ringan.

"Ya, tentunya karena aku hanya sarapan French toast pagi tadi, melewatkan makan siangku, dan belum makan malam hingga saat ini, Tuan Fremantle!" jawab Chantal dengan sarkastis.

"Tunggu sebentar, itu hal yang mudah diatasi. Katakan apa makanan kesukaanmu? Chef restoran di gedung ini bisa memasak apa pun yang kuminta," balas Jordan tak memedulikan nada pedas wanita itu.

Maka Chantal memilih masakan yang dia sukai seperti saran pria yang memiliki segalanya itu, "Mungkin masakan Italia bisa menaikkan moodku yang hancur karena harus terkurung di sangkar emas."

"Hmm ... baiklah!" jawab Jordan lalu dia berjalan lagi ke pesawat telepon di atas meja kerjanya.

Kandung kemih Chantal terasa penuh dan mendesak untuk dikosongkan maka gadis itu mengedarkan pandangannya mencari kamar mandi yang pastinya tersedia di penthouse super mewah milik Jordan. Dia bergegas menuju ke sebuah pintu yang terbuka dan memang benar itu adalah kamar mandi.

Usai buang air kecil dan mencuci tangannya, Chantal membuka pintu kamar mandi. Wanita itu sontak memekik tertahan karena menubruk sosok besar yang menunggunya di depan pintu kamar mandi.

"Aaaarrgghh!"

"Seharusnya kau tidak menghilang tiba-tiba dan membuatku panik mencarimu, Chantal!" Jordan meraup tubuh ramping itu hingga kakinya terangkat dari lantai dan memanggulnya ke arah tempat tidur.

"Turunkan aku, Brengsek!" Kepalan tangan wanita itu memukuli punggung Jordan yang bidang.

Hal itu mengesalkan Jordan hingga ia menepuk keras bokong Chantal beberapa kali dan berkata, "Dasar bandel! Kau wanita yang keras kepala seperti keledai!" Dia membanting tubuh Chantal ke atas ranjang hingga melesak lalu menindihnya dengan tubuhnya yang seperti beruang Grizzly.

"Minggir—kau bisa membunuhku dengan bobot tubuhmu, Jordan!" protes Chantal bernada galak. Dia meronta-ronta di bawah kungkungan pria yang tengah menatapnya dengan geli.

"Stop it! Chant, kau senang sekali membuatku berkeringat melayani temperamenmu yang meledak-ledak ini. Mungkin ada baiknya kita berolah raga di atas ranjang saja untuk menghindari cedera, bagaimana menurutmu?" Pria tampan bermata biru itu menaikkan alis kanannya tak melepaskan pandangannya di wajah rupawan di hadapannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel