Pustaka
Bahasa Indonesia

Gairah Terlarang Sang CEO

125.0K · Tamat
Agneslovely2014
108
Bab
15.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Warning!! Ini kisah khusus pembaca dewasa dengan rate 21+ Jordan Freemantle memiliki amarah besar yang tak terbendung kepada Lawrence Brickman karena pria tua bangka itu telah menggelapkan dana megaproyek perusahaan mereka berdua dan kini Lawrence minggat entah kemana bak ditelan bumi. Kebetulan sekali puteri tunggal kesayangan pak tua mengunjungi rumahnya di Malibu, LA. Chantal Brickman yang mandiri dan cantik tidak paham kenapa pria kasar arogan yang baru ditemuinya di rumah papanya dengan semena-mena memaksa gadis itu untuk patuh pada segala hasrat gilanya. Namun, Jordan tak akan membiarkan Chantal kabur dengan mudah dari cengkeramannya terlebih ketika dia teringat papa gadis itu menipu uangnya terlalu banyak. Membayar utang papanya adalah kewajiban Chantal, bahkan ia harus menuruti segala keinginan Jordan, tak terkecuali apa pun itu.

actionPresdirKawin KontrakWanita CantikRomansaBillionairePernikahanFlash MarriageDewasa

Bab.1. Tawanan Bos Besar

"Temukan bandot tua sialan itu. Aku tak peduli dia hidup atau mati. Berpencar!" Teriakan kasar penuh amarah seorang pria bercambang tipis dalam penampilan perlente menggema di ruang tamu kosong sebuah rumah tepi pantai mewah berdinding full kaca di Malibu, Los Angeles.

Sekitar selusin pria bersetelan jas hitam mengobrak-abrik seisi rumah tak berpenghuni itu untuk mencari Lawrence Brickman. Mereka sudah menyisir dua lantai dari rumah milik pria tersebut, tetapi nihil.

"Maaf, Tuan Jordan. Nampaknya pria itu sudah kabur entah kemana!" lapor kepala pengawal pria muda bertampang bengis yang bertolak pinggang di tengah lantai 1 rumah tepi pantai itu.

"Bangsat! Dia membawa kabur uang penyertaan modalku senilai 50 juta dolar. Itu nilai yang tidak kecil, Donovan. HUH!" Jordan Fremantle menjambak sendiri rambut cepaknya yang tadinya tertata rapi saking kesalnya.

Rasa depresi akibat kehilangan banyak uang dalam satu waktu membuatnya mengalami gejala depresi. Dia ingin membunuh pria tua yang begitu licik dan telah memperdayainya hingga setuju menggelontorkan dana untuk megaproyek pembangunan kota masa depan di Amerika Utara.

Tanpa dia sadari kamera CCTV yang terpasang di titik-titik tersembunyi di rumah tepi pantai itu merekam segalanya. Dan tua-tua keladi sang pemilik rumah tertawa pongah menikmati adegan yang terekam di sana dari tempat persembunyiannya.

***

Kepulauan Karibia.

"Hahaha. Dasar anak muda yang bodoh! Dia boleh memiliki banyak uang di usia belia. Namun, pengalaman adalah milik pria matang sepertiku. Terima kasih Jordan, kini aku bisa menikmati masa pensiunku tanpa bersusah-susah," ujar Lawrence Brickman sambil mengepulkan asap cerutu Cohiba Talisman favoritnya dengan kaki berselonjor di bangku berjemur tepi pantai.

Sebuah ipad dalam posisi berdiri tersangga di meja samping kursinya. Dia memutar secara live rekaman CCTV kamera yang terpasang di rumah tepi pantai miliknya di Malibu. Namun, ketika Lawrence menyesap Tequila Sunrise dingin yang ada di tangan kanannya, dia nyaris tersedak dengan mata melotot nyaris copot melihat adegan tak terduga yang terekam secara candid masih di tempat yang sama.

"Ohh My God! Chantal—" Desisan terkejut seakan tak percaya itu meluncur dari bibirnya. Dia melupakan satu hal paling berarti dalam hidupnya yang seharusnya layak membusuk di neraka karena dosa-dosanya. Malaikat kecilnya masuk ke sarang macan dengan langkah kaki ringan.

***

Malibu, Los Angeles.

"Hello, Tuan-tuan. Apakah aku melewatkan sebuah pesta di sini? Kenapa begitu banyak orang?" Suara merdu nan riang menyentakkan kepala Jordan Fremantle ke balik punggungnya.

Sesosok wanita berambut cokelat terang keemasan bergelombang sepanjang punggung dengan berpakaian gaun fit body sepanjang setengah paha warna kuning terang senada. Dia mengenakan sepatu stiletto kuning berhak setinggi 10 cm dan berkaca mata hitam lebar di wajahnya yang mungil berbentuk oval berdiri menatap langsung ke arah Jordan dari ambang pintu masuk rumah tepi pantai itu.

'Siapa wanita riang sialan ini?!' batin Jordan sembari menatap penasaran sosok di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. 'Cantik. Sexy. Sekalipun terlalu ramai hingga nyaris konyol penampilannya,' nilai Jordan dalam hatinya.

"Maaf, kalau kalian sudah selesai melakukan pekerjaan apa pun itu di sini. Tolong tutup lagi pintunya!" ujar Chantal Brickman seraya melangkah santai melewati Jordan yang berdiri mematung tanpa sepatah kata pun terucap dari mulutnya.

Tiba-tiba tangan Chantal dicengkeram dan disentakkan hingga tubuhnya terpental menubruk badan keras berupa anyaman otot yang tersembunyi di balik setelan jas Armani kelabu itu.

Chantal sontak kesal dan mencopot kaca matanya dengan tangan kirinya. "Siapa kau—berani-beraninya bersikap kasar kepadaku?!" tuntutnya.

"HA–HA–HA! Siapa aku? Kau boleh tahu setelah kau memberi tahukan terlebih dahulu siapa Anda, Nona?" balas Jordan sinis.

Wanita cantik itu mengendikkan bahunya lalu mendorong dada Jordan agar melepaskan dirinya dari dekapan erat pria itu. Dia lalu mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Jordan yang terpaksa dijabat oleh lawan bicaranya. "Chantal Brickman. Dan siapa Anda, Tuan?" ujarnya dengan nada ringan.

"Jordan Fremantle. Rupanya kedatanganmu di sini sanggup mencerahkan hariku yang kelabu, Nona Chantal ... Brickman. Sebuah unfinished business sepertinya menemukan sebuah titik terang!" tutur pria bermata biru terang bak batu saphire itu dengan seringai iblis nan berbahaya.

"Unfinished business?!" ulang Chantal membeo.

Lengkungan alis kiri Jordan yang tebal terangkat sembari menatap wajah kebingungan Chantal. "Ceritanya panjang dan aku memiliki gejala maag yang dapat mendadak kambuh bila harus menceritakannya kepadamu sekarang. Jadi—ikutlah aku!" jawab Jordan merangkul pinggang ramping Chantal yang berlekuk seperti huruf S itu.

"Hey! Jangan menyeretku, Bodoh—kakiku bisa terkilir dengan stiletto 10 centi!" protes Chantal berisik saat dia harus mengimbangi langkah kaki cepat dan lebar pria jangkung setinggi nyaris 2 meter di sisinya.

Langkah Jordan terhenti. Dia sejenak seolah berpikir sembari menatap Chantal. Sesaat setelahnya tubuh ringan gadis itu terangkat dari permukaan bumi dan tenggelam dalam gendongan Jordan. "Begini sepertinya lebih aman bukan, Chantal?" ucapnya lalu bergegas keluar dari pintu rumah tepi pantai milik Lawrence Brickman.

Selusin lebih pengawalnya mengikuti kepergian Jordan. Seorang pria di antara mereka menutup pintu rumah tepi pantai yang tak berpenghuni tadi. Kemudian Donovan Bailey, membukakan pintu limousine untuk bosnya yang menggendong puteri musuh pria itu. Diam-diam Donovan merasa lega untuk keberuntungan Jordan. Sekalipun pria tua bangka penipu itu kabur, tetapi mereka berhasil menawan puterinya.

"Kau mau membawaku kemana, Jordan?! Mobil Lexus milikku masih ada di depan rumah papaku! Aku sebaiknya mengemudikannya sendiri—" Chantal berbicara tak henti mencoba mencari alasan agar dia bisa lepas dari cengkeraman pria misterius di sebelahnya.

Jordan tersenyum lebar melirik Chantal, dia mengulurkan telapak tangannya. "Kemarikan kunci mobilnya. Biarkan anak buahku yang membawakannya untukmu!"

Helaan napas putus asa meluncur dari Chantal, dia membuka tas mini yang ada di kempitan lengannya dan mengeluarkan kunci mobil Lexus miliknya. "Silakan!"

Sebelum limousine itu melaju, Jordan membuka kaca jendela mobil dan memanggil Donovan Bailey untuk mengurus mobil sedan hitam milik Chantal. Lalu dia pun menyuruh sopir memulai perjalanan pulang mereka ke tengah kota Los Angeles dimana penthouse miliknya berada.

"Kau ingin membawaku kemana? Bisakah kau menjelaskan kejadian membingungkan yang terjadi ini padaku, Jordan? Aku merasa sangat tak nyaman!" gerutu Chantal merasa bahwa ada hal yang tidak benar sedang menimpanya.

"Ayahmu menipuku senilai 50 juta dolar. Apa kau bisa memberi tahuku dimana dia berada saat ini, Chantal yang cantik?" jawab Jordan sambil menatap wajah itu lekat-lekat sembari menilai dalam hatinya.

Mulut gadis itu terperangah. 'Papa, sepertinya kau meninggalkan sebuah masalah yang super duper besar untukku kali ini!' batin Chantal gundah. Dia sudah dua minggu terakhir tidak dapat menghubungi Lawrence Brickman sehingga memutuskan untuk mengunjungi rumah tepi pantai di Malibu, tempat tinggal ayahnya.

"Aku tak tahu dimana dia—"

"Hmm ... artinya kau akan lama menghabiskan waktu bersamaku nanti, Chantal! Mungkin papamu berminat untuk menebusmu bila dia kuberi tahu bahwa kau ada bersamaku via surelnya," jawab Jordan sembari membelai pipi halus Chantal dengan buku-buku jari tangannya yang besar.

Hening. Lalu Chantal pun berkata, "Bagaimana kalau aku tak mau?"

"Tak ada pilihan bagimu, Cantik!" tukas Jordan seraya menarik kasar punggung Chantal hingga tubuh ramping itu menubruknya.