Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Diantar Ke Hotel

Chyntia berlutut di hadapan Devino dan pria ini, Devino menatap dengan tatapan yang dipenuhi hasrat yang menggebu. Saat dia melihat Chyntia, dia berkata dengan lantangnya, “Aku rasa James, apa yang kamu miliki sekarang akan aman, tapi gadis malang ini akan mengerang di atas ranjangku malam ini.” Devino berdiri dari duduknya, menatap gadis yang sedang berlutut tepat di hadapannya.

Gadis cantik ini tertunduk di atas lantai dan kepalanya tepat menatap ke arah ujung kaki Devino yang dibalut dengan sepatu kulit hitam yang mengkilat.

“Oh tentu saja, Tuan. Tentu saja apa yang kau katakan itu akan terjadi. Jika kau berkata setuju maka Chyntia akan menjadi milikmu, Tuan Devino Milano Rogers,” ujar James dengan entengnya. Dia ikut berdiri di samping James dan seolah bersikap bahwa dia adalah penghasut yang luar biasa di telinga Devino.

“Berapa yang kau inginkan untuk gadis ini?” tanya Devino, dia berlutut setengah di hadapan Chyntia dan menatap mata cerah indah gadis itu. Sungguh, Devino takjub akan tatapan bercahaya basah yang menakjubkan, siapa yang tidak akan takjub dengan setiap karya seni yang ada di wajah Chyntia.

“Hahhahahah, tidak terlalu banyak Tuan untuk sosok kaya sepertimu, tetapi biar aku beritahu Tuanku, bahwa gadis ini, Chyntia putriku,” ucapnya, dia diam sejenak dan berkata kembali, “Dia tentu sudah kau lihat kecantikannya, dan kau juga harus tahu bahwa kemurniannya masih sangat terjaga, jadi ....*

“Aku bisa mempercayaimu dengan ini semua, James?” Devino menoleh pada pria tua angkuh yang ada di sampingnya.

“Tentu Tuan. Temanku Alan tahu betul bahwa aku sangatlah bisa dipercaya,” balas James yang ferluhat berusaha untuk meyakinkan Tuan Milano Rogers.

“Benar begitu, Alan. Apakah jika ada terjadi sesuatu, kamu bisa bertanggung jawab akan semua ini?” tanya Devino pagi tetapi kali ini dia bertanya pada tangan kanannya, yakni Alan.

“Tentu aku bisa Anda percayai, Tuan,” jawab Alan dengan nada suara yang merendah. Chyntia sendiri masih berada di atas lantai berlutut dan menahan air matanya untuk turun membasahi pipi indahnya.

“Hmm ... Bangunlah,” gumam Devino. Mendengarnya Chyntia pun berdiri, Chyntia dengan berani menatap tajam Devino dengan tatapan yang basah dan cukup nekat. Devino takjub dengan tatapan itu, dia bukannya takut dengan sorot mata tajam itu melainkan semakin mengidamkan gadis yabg ada di hadapannya. Senyum miring muncul di bibir Devino, dia pun mengangkat lembut tangannya dsn menyentuh dagu Chyntia. Dia angkat perlahan dagu itu dan tetap saja, walau dengan perilaku lembut hang diberikan Devino pada Chy tia, tatap Chyntia masih tetap sama yaitu kebencian.

“Kenapa kau menatapku seperti itu, Chyntia yang cantik?” tanya Devino. Chyntia menolehkan pandangannya pada James yang terus memberi tuntutan untuk tidak memperlihatkan wajah marah dan sedih, tetapi wajah yang sennag dan bahagia.

“Apa ada yang menjadi masalah di matamu saat aku menatapmu demikian, Devino?” tanya Chyntia dengan suara yang cukup lantang.

“Aku hanya mengangumi betapa cantiknya kau gadis lokal,*

Balas Devino.

“Hanya itu yang kau inginkan dariku sebuah kecantikan saja dan  selain itu,  tidak ada sesuatu yang betul-betul  kau cintai  selain apa yang tampak pada diriku, hanya kecantikan ku saja?” tanya Chyntia lagi. Geram James melihat aksi dari anak tirinya itu. Dia maju tetapi ditahan oleh tangan kekar Devino. Terlintas senyum miring di bibir tipisnya. 

“Hanya itu, memang hanya sebuah kecantikan saja. Apa yang aku harapkan dari seorang wanita selain kecantikannya,” balas Devino dengan tatapan licik terlihat daro sorot mata tajamnya.

“Bagaimana jika aku adalah penjahat? Memiliki sifat yang buruk, tidak tahu cara merawat mu, atau aku akan membunuhmu di atas ranjangmu saat kau tertidur, mungkin aku bisa menaruh racun di dalam minumanmu. Apa kau tidak peduli dengan itu, Tuan,” ucap Chyntia yang semakin berani saat ini. Tangannya mengepal menatap Devino sedangkan Devino dia menggelengkan kepalanya.

“Dunia ini selalu berpihak dengan si cantik, dan jika kau menaruh racun maka akan aku minum, atau jika kau berniat membunuhku maka aku akan mati,” jawabnya, “Tetapi jika kau gagal, maka kau yang akan kehilangan semuanya,” lanjut Devino lagi. Dia menatap ke arah Chyntia, mencondongkan wajahnya pada gadis itu, karena kesal Chyntia mengangkat tangannya dan menjatuhkan tamparan panas itu tepat di pipi Devino membuat semua pasang mata yang ada di sana membulatkan matanya, tentu mereka semua geram dengan apa yang dilakukan Chyntia.

“Apa yang kau lakukan, Nona!” Alan terlihat membulatkan matanya pada Chyntia dan maju di samping Tuannya.

“Aku melakukan apa yang dia inginkan!” Chyntia. Devino kesal, dia tidak terbiasa diperlukan seperti itu, karena kesal, dia mengepalkan tangannya dan berusaha menahan diri untuk tidak marah.

“Tuan Milano Rogers, aku mohon kepadamu untuk mengizinkan aku menghukum adikku yang kurang ajar ini,” pinta Liam yang juga terkejut dengan aksi Chyntia yang tiba-tiba berani.

“Siapkan dia malam ini untuk kau bawa ke hotel tempatku tinggal, aku menunggu hingga jam sembilan malam!” Devino yang berbalik lalu diikuti oleh Alan yang ada di belakangnya. Mereka pergi bersama dan menunggu di hotel.

Prak!

Tamparan keras langsung jatuh di pipi Chyntia, dan Chyntia hanya berdiri kaku di tempatnya. Kemarahan tampak sangat jelas di melalui sorot Mata sang ayah tiri. James sangat-sangat tidak bisa menahan marahnya di hadapan Cynthia yang terlihat menahan rasa sakit yang dialaminya.

“Apa kau gila, bodoh! Apa yang kau lakukan adalah tindakan paling tidak bisa diterima! Aku tidak akan pernah memaafkan mu akan hal itu seandainya malam ini kau tidak dikirimkan kepada Tuan Devina Milano Rogers! Maka aku sendiri yang akan dirimu ke dalam neraka!” Suara dari James sangat-sangat besar dan menggelegar di ruangan itu.

Lalu Cynthia mengangkat pandangannya dan menatap Ayah tirinya dengan tatapan yang basah dan juga tajam dia pun berkata, “Bukankah malam ini kau akan mengirim ku ke neraka?”

Prak!

Sekali lagi James menampar dengan keras wajah cantik milik Cynthia. Tapi apa yang bisa Cynthia lakukan saat itu? Tidak ada. Kedua putra James juga hanya menonton gadis itu disiksa, seperti yang mereka lakukan sebelumnya.

Prak!

Berkali-kali Cynthia di tampar oleh James, dan saat itu hanya diam yang menghentikan tangan James untuk tidak melempar lagi wajah Chyntia yang sudah sangat memerah.

Tangan Liam menahan tangan ayahnya yang kekar dan menatap ayahnya sambil berkata, “sudahlah ya Jika kau terus menamparnya maka dia mungkin akan terluka dan jatuh sakit dan kau tidak bisa menjualnya lalu Tuan Milano Rogers,  pasti tidak akan membelinya, jadi biarkan dia untuk bersiap-siap dan akan aku antar kepada tuan Milano Rogers.” Liam yang terlihat meyakinkan sang ayah.

James menata putranya itu dan dia mengatakan tangannya lalu kembali berkata, “jika gadis bodoh ini tidak siap dalam waktu 5 menit maka aku akan ... Betul-betul menjadikan dunianya sebagai neraka!” Lalu pergilah James dari sana dan menuju tempat yang jauh lebih menenangkan untuk dirinya. Ian tampak sangat menikmati saat Cynthia di tampar seperti itu oleh sang ayah karena dia mengira bahwa Chyntia pantas untuk mendapatkan itu.

“Pergilah cepat ke kamarmu dan bersiap-siaplah, penata rias mungkin sudah pergi bersama Tuan Rogers karena penata rias itu adalah pesuruh  dari Tuan Rogers itu,” kata liang dia berusaha untuk bersikap lembut tapi tetap saja dia mendorong Cynthia walau dengan cara yang tidak begitu kasar.

Tanpa memandang ke arah Liam, Cynthia pergi dari sana masuk kamarnya. Jadi perintahkan hanya mengganti gaunnya saja karena itu sudah terlihat kusut. Sedangkan riasannya masih cukup bagus, sehingga dia tidak perlu menggantinya.

“Apa kau ingin adikku, untuk pergi bersamaku mengantar Chyntia?” tanya Liam yang terlihat mengajak dan membujuk adiknya untuk ikut.

“Aku rasa, aku tidak perlu bersamamu atau ikut denganmu kakakku karena mungkin kau bisa sendiri mengantar gadis idiot itu menuju Tuan Milano Rogers!” balas Ian yang kemudian berbalik dan meninggalkan sang kakak di sana, menunggu kedatangan Chyntia. Lalu keluarlah gadis itu dengan gaun yang cukup indah tetapi tidak pernah mampu memukau Liam, karena Liam selalu menganggap bahwa Sintia adalah adiknya walau kadang dia cukup keras dan sangat kejam pada sang adik.

“Masuklah cepat yang berjalan lambat dasar kau lambang!” Liam yang sekarang duduk di dalam mobil, kursi bagian depan. Tanpa menjawab perkataan dari Liam, cynthia-nya masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Lia melalui Lia menancapkan gas mobilnya menuju jalan yang mengarah ke arah hotel bintang lima di kota indah dan jauh dari kata polusi, karena kurangnya orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi sehingga kota itu dianggap sebagai kota yang bersih dari polusi bahkan jalan-jalan yang dianggap sebagai jalan

Raya itu tampak sepi. Cynthia hanya menanggung nasibnya saja dan dia tidak tahu bagaimana dia akan kabur.

“Kau jangan berani-berani untuk melawan siapapun apalagi ayahku, Chyntia. Kenapa aku berani sekali menampar pria itu padahal kau tahu bahwa dia adalah calon suamimu?” tanya Liam, dia fokus mengendarai mobil.

“Apa aku pernah berkata bahwa aku memiliki seorang suami?” Tanya Cynthia dia tampak cukup terbuka di samping Liam.

“Selama ini aku mencoba untuk menjagamu, tetapi kau yang selalu berbuat buruk sehingga Ayah harus menghukum mu dan aku sebagai kakakmu juga akan menghukum mu!” ucap Liam, lalu tak lama kemudian mobil berhenti tepat dihadapan gedung bergaya kasir rumah yang telah ada sejak lama di kota itu.

“Kau tidak pernah menjadi kakakku!” Kata Chyntia dengan sangat tegas selalu dia membuka pintu mobil dan hendak keluar tetapi diam menahan tangan Cynthia sejenak dia ingin mengatakan sesuatu pada gadis bermata cerah itu.

Cynthia menolehkan pandangannya dan menatap Liam mereka saling bertatap satu sama lain.

“Kau tahu bahwa aku sudah lama memberitahumu bahwa adikku Ian menginginkanmu sebagai pemuasnya tetapi aku selalu melindungi mu darinya, sekarang kau memiliki kesempatan untuk menghindari adikku yang gila itu, apa kau tidak bersyukur?”

“Kesempatan keluar dari mulut buaya dan terjun bebas ke dalam api, kau anggap itu kesempatan?” 

Liam lalu melepaskan tangan Chyntia dari cengkeraman tangan Liam, dan membiarkan gadis itu pergi dan masuk ke dalam neraka selanjutnya yang harus dihadapi sendiri tanpa ada siapapun yang bisa melindunginya, dia hanya berharap satu hal bahwa neraka satu ini tidak lebih buruk dari neraka yang sebelumnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel