Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 3: Grace's Love

Carl

Astaga! Aku benci pertemuan keluarga. Seolah tak cukup bahkan pernikahanku adalah topik utama dalam perbicangan kali ini. Selama ini aku sudah berdedikasi untuk perusahaan, melakukan yang terbaik sampai aku lupa bahwa aku harus jatuh cinta untuk melanjutkan hidup. Aku tak boleh terpaku terhadap masa lalu yang telah hilang dan berlalu. Setiap malam aku menyempatkan waktu untuk memeriksa kapal yang berlayar membawa senjata bersama para wanita di dalamnya.

Pendapatan atas penyelundupan itu jauh lebih cepat dan lebih besar daripada pendapatan perusahaan per-bulannya. Dalam pembangunan sektor perusahaan, selain memerlukan investor kami butuh dana tambahan dari hasil penyelendupan. Memastikan semuanya aman adalah tugasku dan Maxime. Namun, akhir-akhir ini aku sering pergi ke club apalagi setelah pertemuan semalam dengan si gadis yang belum ku ketahui namanya. Aku ingin datang untuk menemukannya lagi.

Pekerjaan kantor selalu melelahkan sementara, setiap hari aku pulang disambut oleh wanita yang sama sekali tidak ku cintai. Entah mengapa aku membenci gadis baik-baik seperti dia. Bahkan saat dia berdandan dan terlihat elegan untuk acara malam ini, aku tak merasakan gairah apapun untuk menatapnya. Semalam adalah malam terindah sepanjang hidupku dimana aku menemukan seorang gadis yang benar-benar sangat memuaskan aku. Aku tak percaya akhirnya aku menaruh hati kepada seorang gadis misterius yang ku temui semalam.

"Jika mereka bertanya kau belum kunjung hamil, katakan kau belum siap. Setidaknya mereka akan menghargai itu atau kau akan dilepaskan dari belenggu pernikahan ini." Ucapku kepada Grace, sesekali aku merasa iba kepada dirinya yang setiap hari harus menyambutku datang dan tersenyum setiap saat. Dia begitu sabar menghadapi amarahku.

"Baiklah, aku akan mengatakannya." Ucapnya patuh. Dia berlalu meninggalkan aku yang merapikan dasiku. Dia tak pernah sekali melawan perintahku. Dia melakukan apa saja agar membuat aku jatuh cinta selama 6 bulan terakhir. Namun, dalam pikiran dan hatiku sama sekali tak terbuka untuk dirinya.

Kami berjalan berdampingan tanpa bergandengan tangan. Memasuki ruangan dengan beberapa sajian makanan yang ada di meja. Kami duduk di kursi sesuai dengan nama yang telah tertera di daftar. Aku duduk di sampingnya, tak menatapnya sampai perhatianku tergugah ketika melihat gadis yang ku tiduri semalam datang terlambat ke acara ini.

Elena Marie Foster, dia adalah sepupuku sendiri. Aku tak menyangka aku jatuh cinta kepada dirinya. Aku tak bisa berhenti untuk menatap mata indahnya. Ketika dia berbicara, aku tergugah untuk mengecup bibirnya. Suaranya menggema menghantui pikiranku. Aku tak bisa berhenti memikirkan dirinya. Aku telah jatuh cinta kepadanya, aku akan melakukan apapun untuk memilikinya.

"Jadi, Grace mengapa kau belum kunjung hamil?" Tanya Mama dengan nada lembut, dia jelas tak ingin menyakiti hati menantunya.

"Aku tidak siap untuk itu. Aku dan Carl ingin menyempatkan waktu berdua sebelum kami memutuskan untuk memiliki anak." Dia menunduk, nada jawabannya terdengar terpaksa.

"Sudah 6 bulan berlalu, nak. Kau tidak boleh menunda terlalu lama. Kau harus segera melahirkan keturunan yang akan menjadi penerus setelah ayahnya." Ucap Kakek. Dia jelas tak memberikan toleransi akan tetapi, sepanjang pembahasan ini tak ada satupun dari mereka yang meminta aku bercerai dan menikahi gadis lain.

Mereka sebenarnya tau bahwa aku tidak mencintai Grace namun, mereka masih tetap memaksaku menikah. Aku menerimanya sebagai syarat dan akan menceraikannya jika aku telah menemukan belahan jiwaku. Namun, seiring dengan berjalannya waktu aku terlalu takut untuk memulai perpisahan sebab hal tersebut akan menyinggung perasaan kedua orangtuaku dan merusak reputasi keluarga kami.

Kami dikenal sebagai keluarga yang baik, berwibawa dan sukses. Seluruh skandal yang ada pasti akan muncul di media. Namun, Papa dan Paman Calvin sama sekali tak pernah terlibat skandal. Mereka adalah pria yang setia kepada istrinya sebab mereka menikahi orang yang tepat, terlebih lagi, mereka begitu mencintai pasangannya. Hal itu yang membuat pernikahan keduanya bertahan sampai sekarang.

Saat aku melihat ke arah Elena, dia tampak bingung dan ragu. Dia pasti bertanya-tanya, apakah aku adalah pria semalam yang menariknya lalu, mengajaknya untuk bermain di atas ranjang sampai berkeringat seperti kelelahan setelah berperang di beberapa tempat dengan strategi yang berbeda. Wajahnya mencoba memastikan yang membuatku ternyum tipis ke arahnya namuh, dia justru melemparkan wajah sinisnya ke arah pandanganku.

"Aku harap kalian memberikan kami ruang dan waktu untuk menikmati kehidupan pernikahan kami sejenak," ucap Grace terbata-bata.

"Baiklah, kami akan tetap menunggu sampai kalian berdua siap." Papa setuju dengan permintaan Grace.

"Kau pasti bercanda, Carlos. Mereka menikah agar bisa melanjutkan keturunan kita. Dan kau Grace, apa kau punya masalah? Mengapa kau menunduk ketika berbicara?" Mama memprotes ucapan Papa.

"Jawab Grace! Aku tidak suka sikapmu seperti itu. Jangan bersikap seolah kau tidak berpendidikan!" Teriak Mama memarahi Grace. Sekarang aku khawatir Grace akan menceritakan yang sebenarnya.

"Tidak ada, Mama. Kami sepenuhnya baik-baik saja." Jawab Grace tenang.

"Baguslah, jika Carl memperlakukanmu dengan tidak baik maka, kau hanya perlu melaporkannya kepada kami."

"Atau jika kau butuh pengacara, aku bisa merekomendasikan pengacara terbaik untukmu." Celetuk tante Rhea. Aku menatapnya sinis karena bukan itu yang aku inginkan sekarang.

Setelah membahas pernikahan tidak penting di hadapan seluruh anggota keluarga. Perbincangan beralih kepada bisnis dan stok perusahaan. Permbicaraan kali ini lebih normal karena aku, Evans dan Maxime akan dilantik menjadi CEO baru di cabang perusahaan nantinya. Aku sudah menanti keputusan ini sejak pernikahanku dengan Grace. Perlu meknunggu lama untuk mendengar keputusan ini sampai Maxime memutuskan untuk menikah minggu depan.

"Kita mendapatkan undangan dari keluarga Brown, salah satu dari anak mereka menikah. Aku akan menitipkan hadiah akan tetapi, aku tidak akan datang karena ada beberapa urusan yang harus ku selesaikan." Kakek menyerahkan undangannya kepada Papa sementara, mataku tertuju kepada Elena yang mengangkat telpon dan terlihat panik.

Dia keluar dari ruangan dengan frustasi setelah mengangkat telponnya. Aku keluar mengejarnya yang masuk ke dalam ruangannya. Aku mencoba mendengar apa yang dia bicarakan sampai dia begitu frustasi ketika mengangkat telponnya. Untungnya, dia tidak menutup rapat pintunya jadi, aku bisa mendengar apa yang dia bicarakan.

"Mengapa dia melakukan itu kepadaku, Marina?!!! Aku tidak menyangkanya selama ini dia berubah dan tetiba menikah dengan gadis lain!" Ku dengar dia berteriak dan menangis.

Aku masuk ke dalam, mengunci pintunya, memeluk dia yang sedang menangis tersedu-sedu. Dia mematikan telponnya dan memelukku, aku bisa merasakan dadanya yang teras sesak. Jantungnya yang berdebar-debar. Aku mengelus pundaknya, memeluknya erat agar dia bis lebih tenang. Aku tidak mengerti siapa yang meninggalkannya lalu, menikah dengan gadis lain tapi, akan ku cari tau dan akan ku beri dia pelajaran karena telah menyakiti gadis yang ku cintai.

"Kau lancang sekali, Carl." Dia menjauh melepaskan pelukanku, "Aku tidak tau jika kau sudah punya istri tapi, kau justru tidur denganku." Protesnya, dia duduk di atas ranjang sembari mengusap air matanya yang masih terus menetes.

"Sekarang bukan waktunya untuk membicarakan hal itu, Elena."

"Apa maksudmu? Aku seharusnya tidak tidur dengan pria yang sudah menikah." Dia menangis terisak-isak setengah menyesali apa yang sudah terjadi semalam.

"Lupakan itu, siapa yang sudah membuatmu menangis seperti ini?" Tanyaku penasaran, "Kau sebaiknya keluar dan temui istrimu. Aku sedang tidak ingin membicarakan tentang dia. Lagipula, kau tidak boleh menemui aku lagi, Carl. Kau sudah menikah." Pintanya lirih.

"Jika kau butuh waktu, akan ku berikan. Bahkan jika kau butuh nyawa dan duniaku, semua adalah milikmu, Elena. Kau adalah satu-satunya yang membuatku jatuh cinta kepadamu." Aku membelai sembari mengusap air matanya yang masih menetes di pipinya.

Dia menatap mataku dalam, "Carl, jangan bicara omong kosong. Pergi temui istrimu, dia pasti sudah menunggumu. Aku butuh waktu untuk sendiri." Aku mencium keningnya lalu, pergi keluar. Dia tak keberatan dengan apa yang baru saja terjadi.

Aku tidak tau siapa pria ini akan tetapi, dia sudah membuat Elena tersakiti. Namun, ada sisi baiknya, ku rasa Elena sekarang sedang single jadi, aku akan memiliki dia sepenuhnya. Aku akan mendapatkan di dan hatinya, tidak peduli bagaimanapun caranya. Aku akan memikat hatinya dan menjadikannya milikku.

"Panggil Marvin untuk bertemu denganku sekarang. Aku membutuhkan dia." Ucapku kepada Dex yang sudah menunggu di depan pintu kamar Elena.

"Nyonya Foster menunggu anda di ruangannya." Ucapnya yang membuatku sedikit terkejut.

"Untuk apa dia menungguku? Apa dia tau apa yang ku lakukan di sini?" Tanyaku waspada, aku tak ingin jika orangtuaku mengetahui semuanya.

"Tidak, dia tidak tau tentang hal itu. Dia ingin bicara penting." Aku berjalan diikuti oleh Dex di belakangku menuju ke ruang pribadi ibuku.

Aku membuka pintunya dan menemukan Grace sedang duduk di hadapan Mama dengan menangis tersedu-sedu. Aku tidak tau apa yang terjadi sampai dia menangis. Aku mendekat lalu, duduk di samping Grace, memeluknya dan seolah sedang menenangkannya padahal aku merasa aneh saat melakukan ini kepada Grace dibanding memeluk tubuh Elena yang membuatku nyaman dan semakin jatuh cinta.

"Aku ingin menjemput Grace, kami akan pulang ke rumah." Ucapku karena aku tak ingin mendengarkan ceramah ibuku yang berujung seminar tanpa henti.

"Kami sudah mengetahui semuanya, Carl. Alasan mengapa istrimu belum kunjung hamil dan mengapa dia begitu ketakutan ketika berbicara dengan kami." Aku mengerutkan dahiku heran, jika mereka tau itu artinya Grace telah membuka mulut.

"Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi, Carl atau kau harus kehilangan jabatanmu karena memperlakukan Grace dengan tidak baik." Aku melepaskan pelukanku kepada Grace.

Aku berdiri, "Posisi dan jabatan seharusnya aku dapatkan karena berkontribusi kepada perusahaan bukan karena pernikahan. Jika kalian begitu terobsesi untuk mendapatkan keturunan maka, istri Evans sudah hamil untuk itu!" Protesku kesal.

"Siapa? Istri Evans baru saja keguguran, Maxime baru akan menikah. Kau sudah menikah selama 6 bulan dan ternyata kau tidak pernah menyetubuhi Grace. Kau bahkan membiarkan dia tidur sendirian, kau ini suami macam apa, Carl!! " Teriak Mama memarahiku.

Teriakannya membuatku kehilangan nafsu dan memunculkan amarah yang sudah ku redam selama berbulan-bulan. Aku keluar tanpa mengucapkan sepatah kata, Grace berlari mengejarku akan tetapi, kepedulianku sudah benar-benar hilang kepadanya. Aku menjajikan dia sesuatu jika dia bisa bertahan. Aku paham dia berhak untuk bahagia akan tetapi, perbuatannya membuatku merasa marah. Tidak seharusnya dia mengatakan semuanya kepada Mama dan Papa.

Aku bisa mengerti dia berusaha sekeras tenaga untuk membuatku jatuh cinta dan minat akan dirinya. Tapi, melihatnya saja aku tak sudi, aku merasa iba dan akan menemukan dia pria lain yang dapat mencintainya lebih dari aku. Namun, dia sudah menghancurkan kepercayaanku dan aku tak akan pernah memaafkannya.

Dia masuk ke dalam mobilku, duduk di sampingku dengan isak tangisnya. Dia mengoceh dengan penjelasannya yang rancu. Aku mengabaikannya seperti biasa, dia selalu menangis ketika ada masalah denganku.

"Mengapa kau begitu takut kehilangan aku, Grace?" Sontak pertanyaan itu membuat dia berhenti menangis. Aku menatap kedua mata merahnya, "Sudah 6 bulan aku mengabaikanmu, aku bahkan tak pernah menyentuhmu. Mengapa kau tidak ingin bercerai saja." Kataku,

"Aku bisa menikah dengan wanita lain daripada melanjutkan pernikahan ini." Tambahku lagi untuk menyakinkan dirinya.

"Aku tidak bisa bercerai, Carl. Aku mencintaimu, apa kau tidak sadar itu?"

Aku terkejut mendengar pernyataannya, " Mengapa kau mencintai pria yang tidak mencintaimu, Grace? Kau menyakiti dirimu sendiri." Kataku.

"Kau membuatku jatuh cinta hanya dengan tatapan matamu. Aku siap memberikanmu segalanya bahkan waktuku. Aku paham kau butuh waktu untuk mencintaiku, aku memberikannya, Carl. Aku benar-benar jatuh cinta padamu walaupun aku tau kau tidak mencintaiku." Jelasnya sembari menangis tersedu-sedu.

"Kau harus menghentikan rasa cintamu, Grace. Aku tidak ingin kau terluka." Aku keluar dari mobil, meninggalkannya menangis sendirian.

Aku yakin setelah dia mengatakan semuanya kepada kedua orangtuaku, keadaan pernikahan ini akan terus mengkeruh. Aku tidak bisa meniduri Grace karena dia bukan wanita yang aku inginkan. Dia adalah wanita yang tidak aku cintai sebab aku mencintai Elena, sepupuku sendiri yang aku tiduri semalam ketika dia baru saja mendarat di Perth. Aku tidak menyangka akan menemukan sosok cinta dari orang terdekatku.

Pernikahanku dengan Grace hanyalah sebatas persetujuan ayahku dengan ayah Grace sebagai bentuk investasi ayahku di perusahaan Wright yang sedang berkembang. Ku pikir Grace menikah hanya demi kontrak pernikahan saja namun, pernyataannya membuatku cukup tercengang bahwa dia siap berkorban untuk apapun agar aku jatuh cinta kepadanya.

"Tuan Foster sudah menunggu anda di dalam." Mataku melotot terkejut mendengar pemberitahuan dari Dex, "Apa maksudnya? Bukankah mereka istirahat di rumah utama?" Tanyaku terkejut.

"Malam ini mereka ingin berbicara secara pribadi dengan anda dan istri anda,"

Grace mengusap air matanya berjalan mendekat ke arahku. Aku sekilas menatapnya yang mengabaikan aku. Dia masuk, aku berjalan menyusulnya untuk menemui kedua orangtuaku yang sampai di tempat ini jauh lebih dulu. Aku tidak mengerti apa yang ingin mereka bicarakan lagi. Aku sudah cukup muak membicarakan pernikahan tanpa cinta ini. Aku ingin bercerai saja.

To be continued...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel