Chapter 2: Family's Meeting
Elena
Aku benci sekali acara keluarga, aku bahkan tidak menghadiri pernikahan kedua sepupuku sekarang mereka mengadakan pertemuan keluarga untuk apa. Tapi, walaupun tidak ada pertemuan ini sekalipun, aku pasti sudah harus pulang untuk bekerja di Foster Hospital di Perth. Aku akan mengabdikan diriku menjadi dokter di tempat itu. Lagipula, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan saudara dan kedua orangtuaku.
Aku sudah lama sekali menyempatkan waktu berada di Melbourne, di bawah pengawasan kakek dan nenek. Ayah dan ibuku tak ingin aku terluka apalagi nenek dan kakek yang begitu overprotective kepadaku. Aku tidak suka dengan mereka yang selalu bertanya bagaimana keadaanku setiap hari. Aku selalu melarikan diri ke bar meskipun harus ditemani oleh pengawalku.
Hari ini aku akan pulang ke Perth tanpa pemberitahuan. Aku sudah pamit kepada nenek dan kakek akan tetapi, aku tidak memberitahu siapapun di Perth. Aku ingin mampir ke Drey's club, salah satu club yang dikelola kakakku. Aku merindukan Martin, bartender yang selalu menemaniku di kala hatiku sedang gundah. Aku dan Phillip saat ini sedang tidak baik-baik saja. Aku ingin dia bertemu dengan keluargaku di pertemuan kali ini akan tetapi, entah mengapa dia menolak dengan dalih dia sedang sibuk.
Aku tau dia tidak begitu sibuk dengan pekerjaannya. Aku sudah bertanya jadwalnya dengan asistennya, tidak ada pekerjaan di malam hari. Kami sempat bertengkar akan tetapi, dia hanya minta maaf dan belum bisa hadir. Dia belum bisa memberikan kepastian yang aku minta. Aku tidak mengerti alasan apa yang membuatnya tidak siap untuk melamarku padahal dia menyakinkan aku bahwa dia begitu mencintaiku.
Pikiranku buyar, hatiku rasanya tak karuan. Detak jantungku berdegup kencang. Aku tak tau harus apa sementara, aku tak ingin hubungan yang sudah kita jalin selama 2 tahun terakhir berakhir sia-sia. Aku ingin dia yang menikah denganku karena aku mencintainya. Dia adalah pria yang selalu bersabar menunggu aku ketika sedang sibuk dengan pekerjaanku sebagai seorang calon dokter. Mengapa dia berubah tiba-tiba sekarang, apa yang terjadi dengannya?
Aku memutuskan untuk pergi ke club menghibur hatiku yang sedang gundah. Aku meminta Sam untuk tetap berada di mobil karena aku tak ingin diganggu. Aku bertemu Martin, temanku yang bekerja sebagai bartender. Kami berbincang cukup lama, aku meluapkan seluruh hatiku yang resah di tengah-tengah musik dan lautan manusia yang sedang berpesta. Martin mendengarkan ceritaku sembari mengocok minuman.
Aku menyadari satu hal bahwa pria di sampingku memperhatikan aku. Aku rasa dia mengiraku sebagai pelacur sehingga, dia menarikku ke kamar hotel dan bercinta denganku. Hatiku yang resah ini membutuhkan seseorang untuk menculikku dan pria ini datang di waktu yang tepat. Mana mungkin aku menolak gairahnya yang mengalir menghubungkan tubuhku dengan tubuhnya. Dia pria berbadan kekar, memiliki wajah yang tampan dengan brewok tipis, memiliki dada bidang dengan segala keterampilan batangnya yang panjang dan lihai. Aku menyukainya, aku rasa dia pun begitu.
Kami menikmati cinta satu malam dengan begitu nikmat. Gaya seksualnya dan gerakannya yang indah, tubuhnya dan suaranya yang menggema membuat aku tak bisa meninggalkannya. Namun, aku harus pergi sehingga, aku menulis pesan singkat di kaca. Aku harap ini pertemuan yang terakhir sebab jika hubunganku dengan Phillip berakhir maka, aku tak ingin mengenal pria lain. Aku sudah begitu mencintainya, dia mengecewakanku seharusnya bukan itu yang dia lakukan.
"Nona Foster, ayah anda sudah menelpon sejak tadi pagi. Dia khawatir tentang anda, aku tidak berani mengangkatnya karena perintah anda," lapor Sam, aku masuk ke dalam mobil mengenakan kacamataku, "Aku tau, Sam. Karena itu aku keluar lebih cepat, mereka pasti mendengar kabarnya dari nenek dan kakek. Seharusnya aku pulang semalam." Sam terlihat mengerutkan dahinya.
"Mengapa anda baru pulang sekarang, nona?" Tanyanya penasaran, "Aku perlu untuk bersenang-senang setelah pertengkaran kemaren, Sam. Kau tau itu, aku tidak ingin membahasnya lagi. Cepat sedikit, aku tidak ingin mendengar ocehan ibuku!" Perintahku kepada Sam agar melaju lebih cepat.
Aku masuk ke dalam rumah utama keluarga Foster dimana mereka akan mengadakan rapat keluarga malam ini. Aku cukup penasaran mengapa rapat ini akan diadakan. Aku rasa ada hal penting yang perlu untuk dibahas tapi, jika boleh jujur aku tidak tertarik menghadiri acara keluarga ditengah hatiku yang sedang bersedih ini.
"Elena!" Ibuku terkejut melihat kedatanganku. Dia mendekat dan memelukku erat, "Kau darimana saja, mengapa tidak mengabari kami bahwa kau akan pulang. Kau kemana saja kemaren, hmm?" Aku sangat bosan mendengar ocehan ibuku, astaga mengapa dia tidak melepaskan pelukannya. "Mama, aku baik-baik aja, please. Jangan berlebihan, yang penting sekarang aku pulang, kan?" Dia melepaskan pelukannya.
"Apa maksudmu, Elena. Kedua orangtua itu akan membunuhku jika sampai kau kenapa-napa." Dia memarahiku, "Siapa?" Tanyaku sembari tersenyum tipis, "Siapa lagi menurutmu? Mereka baru saja datang tadi jam 3 pagi dan sudah mencarimu. Bagaimana kami tidak panik, yang benar saja, Elena!" Aku terkekeh mendengar keluh kesahnya.
"Elena, kau sudah pulang, sayang. Senang sekali melihatmu." Papa mendekat memelukku erat, dia senang dengan kedatanganku, "Kau darimana saja? Kau seharusnya langsung pulang dari bandara. Mengapa kau tidak langsung pulang kemaren?"
"Ahh papa, aku tidak ingin pulang. Mengertilah, aku butuh untuk bersenang-senang. Aku butuh itu, aku ini bukan rapunzel, putri yang harus terkurung setiap saat, kan?" Protesku kepadanya.
"Aku tidak melarangmu, kau sudah dewasa dan paham batasanmu. Aku dan ibumu tidak masalah dengan apapun itu hanya saja kakek dan nenekmu itu membuat kami panik, Papa tidak ingin mereka memarahi kami." Papa tertawa kecil.
"Aku tau, aku ingin mereka pulang saja."
"Mereka akan pulang jika pertemuan ini sudah selesai, kau tidak perlu khawatir, mereka tidak akan menganggumu lagi, Elena. Tapi, kau harus ingat bahwa kau tidak boleh keluar malam ketika mereka masih ada di sini." Mama memperingatkan walaupun aku seringkali pulang pagi ketika masih tinggal di Melbourne, aku hanya mengatakan sedang berjaga di rumah sakit dan mereka jelas percaya.
"Ya sudah, kami harus pergi bekerja. Kami akan tinggal disini beberapa waktu sampai acara keluarga ini selesai. Kau tau ini tradisi jadi, kau tidak boleh melewatkannya." Aku mengangguk paham dan menuju ke kamarku seiring dengan kepergian mereka yang hendak pergi bekerja.
Aku tidur sejenak sebelum pergi ke rumah sakit untuk memeriksa pekerjaanku. Aku sudah mendapatkan sertifikat untuk praktek sebagai dokter. Kini aku sudah resmi menjadi dokter sungguhan untuk mewarisi kepemilikan rumah sakit milik nenekku, Linda Foster. Kakek membangun rumah sakit ini sebagai hadiah pernikahan untuk nenek. Kakek sangat mencintai nenek sampai sekarang, nenek sekarang sudah tidak praktek lagi karena dia sekarang yang sering dirawat oleh dokter pribadinya. Dia seringkali stress yang membuatnya sering sakit.
"Kapan kau akan mulai bekerja?" Gavin mendekat, "Besok pagi, apa yang kau lakukan di sini, Gavin?" Aku cukup terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku dan bertanya. Gavin lebih dulu bekerja disini daripada aku. Aku cukup mengenalnya sebab dia adalah kakak kelasku ketika masih berada di Secondary School.
"Maaf, jika menganggu, Elena. Aku hanya ingin memastikan kau nyaman bekerja disini. Aku akan bekerja, semoga harimu menyenangkan hari ini." Ucapnya
Aku tak menghiraukannya, jujur saja. Ayah dan ibuku mencoba sekuat tenaga untuk menjodohkan aku dengan dia sejak dulu akan tetapi, aku tak tertarik untuk mengenalnya lebih jauh atau bahkan menjadikan dia sebagai seorang kekasih. Dia jelas bukan tipeku meskipun tipe orangtuaku adalah pria baik-baik dari keluarga baik-baik seperti Gavin Carson.
Aku ingin bersantai sejenak di kantin bersama Marina sebelum pulang untuk bersiap menghadiri acara pada malam ini. Hari ini aku hanya berkenalan dengan beberapa staff dan partner kerjaku yang lain. Sahabatku, Marina juga bekerja di tempat ini. Dia diterima melalui tes dan qualifikasi yang cukup panjang. Aku bahkan tak bisa membayangkan bagaimana rumitnya persyaratan yang harus dia siapkan. Untungnya, aku tak perlu melalui semua itu sebab nenekku mempercayaiku tapi, bukan berarti aku bisa menghancurkan kepercayaannya.
"Ah Elena, menyenangkan sekali menjadi dirimu, kau hanya memeriksa ruangan kerjamu, berkenalan seolah kau adalah pegawai baru akan tetapi, kau ini cucunya pemilik dari rumah sakit ini." Marina mendesis kesal, sepertinya dia ingin menjadi diriku yang bisa masuk ke rumah sakit ini dengan jalur istimewa.
"Kau tidak tau saja Marina, aku juga begitu patah hati. Hidupku tak sepenuhnya menyenangkan seperti apa yang kau bayangkan."
"Mengapa? Phillip tidak menghubungimu lagi?" Aku justru meneteskan air mataku ketika dia bertanya, "Elena, sudahlah. Kau sebaiknya putus dengannya. Kalian hanya buang-buang waktu saja. Usiamu sudah menginjak 24 tahun sekarang. Apa kau ingin terus dipermainkan oleh Phillip?" Dia mengoceh memberikan nasehat yang membuat aku semakin takut untuk mengambil langkah.
"Mana bisa aku putus dengannya, apa alasan yang membuat aku harus putus dengannya, Mar? Aku masih mencintainya jujur saja. Hanya saja akhir-akhir ini dia berubah. Dia tidak siap ketika harus menghadap kedua orangtuaku sementara, aku tau aku akan menikah dengan Gavin jika tidak menemukan pria lain." Marina duduk di sampingku dan memelukku. Aku menangis tersedu-sedu di pelukannya.
"Aku paham perasaanmu sekarang. Kau pasti merasa campur aduk." Dia menepuk pundakku dan membuatku merasa lebih tenang. Setelah merasa lebih baik, dia meminta agar kami membicarakan hal lain sebelum aku pulang ke rumah.
Berbincang dengan sahabatku membuat aku sedikit lupa waktu. Aku berpamitan dengan Marina karena waktu telah menunjukkan pukul 6 sore. Aku harus segera pulang untuk bersiap. Ibuku terus menelponku sepanjang perjalanan hanya saja aku tak mengangkatnya karena dia pasti mengoceh meminta aku segera pulang. Dia selalu khawatir untuk hal-hal kecil yang membuatnya sering sakit karena memikirkan banyak hal.
Aku masuk ke kamarku untuk bersiap karena sekarang sudah pukul 6:39. Aku rasa akan terlambat karena pertemuannya dimulai pukul 7:00 tepat. Aku merasa sedikit panik karena telat pasti akan begitu memalukan bagiku tapi, ya sudahlah hatiku pula sedang tak baik-baik saja. Jadi, jika mereka tidak menerimaku di pertemuannya maka, akan lebih baik sebab aku perlu istirahat.
Benar saja, aku datang ketika pukul 7:15, malu sekali rasanya semuanya sudah duduk dan menatap kedatanganku dengan tatapan sinis, "Mengapa kau baru datang? Dan apakah kau diundang? Kami sudah memulai rapatnya." Protes salah seorang pria, ketika ku naikkan daguku dan ku tatap matanya, dia adalah pria semalam. Bagaimana dia bisa ada disini.
Kakek tertawa mendengar ocehan pria itu, siapa dia sebenarnya, "Carl, kau tidak mengenali sepupumu, huh?" Pria itu masih tampak bingung dengan ucapan kakek. "Aku tidak punya waktu untuk berkenalan."
"Astaga, Carl! Kau benar-benar tidak ingat, dia adalah Elena, putri dari Calvin dan Rhea. Aku rasa kau harus sering-sering pulang, Elena. Banyak yang asing dengan wajah cantikmu, kau benar-benar sudah tumbuh." Ucap Bibi Stella.
"Aku terlalu terobsesi untuk belajar, Bibi. Aku sudah merasa sedikit nyaman berada di Melbourne jadi, aku jarang sekali hadir dalam acara keluarga di Perth."
"Kau begitu terobsesi sampai lupa bahwa hari ini ada pertemuan. Mengapa terlambat?" Mama berbisik memarahiku, " Aku berada di rumah sakit untuk memeriksa beberapa hal." Jawabku sembari mendengarkan ucapan kakek yang begitu pelan.
"Sekarang, singkat saja, Carl. Mengapa istrimu belum kunjung hamil? Kau ini adalah pewaris dari seluruh entitas milik Foster. Kau yang akan memimpin jadi, aku harap kau segera memiliki keturunan."
Aku melotot terkejut, Carl? Pria semalam? Aku yakin dia pria semalam. Aku menatapnya dalam dan memastikan dia adalah pria yang ku tiduri semalam. Astaga! Apa yang sudah ku lakukan? Aku meniduri sepupuku yang sudah menikah? Rasanya aku ingin berteriak dan keluar dari rapat ini. Carl sudah menikah lalu, mengapa dia berkeliaran di club dan menarikku ke kamarnya? Apa yang sudah dia lakukan semalam. Ya ampun! Memalukan sekali, aku bahkan tak bisa menatap wajahnya lagi.
"Aku yakin semua akan selesai. Aku akan menyelesaikannya, Papa tidak perlu khawatir," ucap Mama. Aku tak menghiraukan pembicaraan mereka. Mereka tentu saja berbicara tentang bisnis, perusahaan, politik dan hal-hal yang berkaitan dengan uang.
Jantungku terus berdegup kencang, aku ingin memarahi pria ini. Astaga! Mengapa dia bisa berkeliaran dengan gadis lain. Astaga! Aku hampir kehilangan kata-kata untuk menghujatnya. Aku begitu geram hingga harus menahan amarahku di hadapan seluruh keluargaku. Ya Tuhan, yang duduk di sampingnya sudah pasti istrinya. Istri secantik itu, apa Carl tidak mencintainya? Aku tak tau, aku tak pernah ada di rumah sebelumnya.
"Elena, kau berkeringat, sayang? Acaranya sudah hampir selesai. Kau bahkan tidak memakan hidangan yang disajikan sejak tadi. Apa kau baik-baik saja?" Aku mencoba mengembalikan kesadaranku, aku rasa semua orang sedang memperhatikanku, astaga! Malu sekali rasanya. "Aku baik-baik saja, Ma. Ruangannya terasa begitu panas, ku rasa."
"Ya, akupun begitu. Aku rasa rumah tua ini perlu renovasi sedikit." Aku rasa Mama mengerti apa yang sedang ku rasakan. Aku harap dia tidak tau bahwa semalam aku tidur dengan Carl.
To be continued...
