Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Seminggu setelah itu, aku membulatkan mataku ketika melihat berita hari ini.

Hot News

Pemilik Dua Perusahaan Raksasa akan Disatukan dengan Ikatan Suci

Pengusaha tampan, muda dan juga sukses bernama Natte William yang merupakan CEO dari William Group dikabarkan sedang mempersiapkan pernikahan dengan pengusaha cantik, muda dan juga tak kalah sukses bernama Keira Morgan, CEO dari Morgan Group. Berita baik ini didapat langsung dari calon pengantin pria sendiri. Dengan turunnya berita ini digadang-gadang akan menjadi pernikahan yang sensasional dan sangat mewah karena kedua keluarga terbilang mewah jika mengadakan suatu pesta.

Sial, umpatku dalam hati. Laki-laki itu sudah melancarkan serangan pertamanya. Kita lihat saja ucapku. Akupun menekan interkom. "Hubungi semua media, aku akan mengadakan konfersi pers." Titahku ketus.

"Baik." Jawab tegas Clarissa. Ya Clarissa sudah mulai mengerti banyak bagaimana menjadi sekretarisku. Aku tidak suka dengan sekretaris yang banyak bicara, berbicara dengan lemah dan sedikit bekerja.

**

Aku mengumpulkan media hari ini. Aku sengaja tidak mengajak Natte karena memang niat awalku hanya untuk membalas Natte. Aku hari ini sudah berdiri didepan semua media, kilat cahaya kamera bergantian bersahutan memotretku. Aku saat ini memakai dress peach diatas lutut dengan rambut yang ku gulung ke belakang. Aku membuka kaca mataku. Menampilkan mataku yang dingin dan datar. Aku pun duduk lalu mengambil mic di meja.

"Saya Keira Morgan, mengadakan konfersi pers ini untuk menjawab segala berita yang berkembang di media. Rasanya sangat tidak adil jika hanya Mr. William yang memberikan kabar pernikahan kami kepada anda semua. Memang benar saya Keira Morgan sudah dilamar oleh keluarga dari Pemilik William Group, namun saya belum diminta secara langsung oleh pihak laki-laki sendiri untuk menjadi istrinya. Jadi alasan itu lah yang membuat saya belum memberitahukan kepada semua media." Semua tampak mengangguk-ngangguk mendengar penjelasanku.

"Kenapa Mr. William belum melamar anda secara langsung?." Salah satu wartawan bertanya.

"Silahkan tanyakan langsung pada Mr. William.” Jawabku dengan puas.

"Oh ya, apa anda dan Mr. William berpacaran sebelumnya?.” Tanya wartawan lain yang membuat aku bingung untuk menjawab pertanyaannya.

"Ya, kami hanya tidak membeberkannya pada media." Tiba-tiba saja terlintas ide itu untuk menyerang Natte lagi.

"Kenapa anda tidak datang dengan Mr. William?.”

"Dia sedang ada kepentingan.”

"Apa anda akan meminta Mr. William melamar anda secara langsung?.”

Aku sudah menunggu pertanyaan ini, senyumku pun langsung terbit. “Saya tidak akan menjawabnya, tapi jika Mr. William adalah laki-laki gentle dia akan melakukannya dan saya akan tunggu.”

"Oke, sampai disini saja konfersi pers Miss. Morgan. Terima Kasih.” Potong Clarissa karena waktuku sudah habis untuk jumpa pers ini. Aku pun berdiri, mengucapkan terima kasih dan memakai kacamataku sambil tersenyum penuh kemenangan. Apa yang akan kamu lakukan sekarang Natte setelah ini?.

**

Keesokkannya Natte datang ke kantorku. Dia datang dengan setelan jas biru tua, kemeja putih yang membungkus tubuh tegapnya, kemudian jam tangan brand ternama yang melingkar di lengannya. Dan tak lupa kacamata bertengger dihidungnya. Dia berjalan masuk ke kantor dengan jalan angkuhnya seperti seminggu yang lalu aku lihat. Aku berdiri melihat dia mendekatiku, dia membuka kaca matanya. Aku memutar hingga sekarang aku berada di depan meja, dia terus berjalan mendekatiku lalu memenjarakan tubuhku oleh kedua tangannya yang bertumpu pada meja. Aku berusaha setenang dan sedingin mungkin diperlakukan seperti itu olehnya.

"Mau apa kamu kemari Mr.William?.” Tanyaku dengan dingin dan menatap matanya tajam. Aku tau ini berbahaya tapi aku tidak boleh terlihat lemah didepannya.

"Tidak, aku hanya ingin melihat pacarku." Jawabnya cuek.

Hah?. Pacar? . Tanyaku bingung dalam hati dan seketika otakku yang encer ini ingat kalau aku mengatakan itu di jumpa pers kemarin.

"Oh, kalau begitu kamu sudah melihat kan pacarmu ini?. Kamu bisa pulang sekarang Mr. William." Kataku dengan datar dan terus menatap tajam matanya. Aku melihat bola mata coklat. Sorot matanya tajam, dingin dan kesepian.

"Belum, aku belum bisa pulang karena aku belum menyapanya." Jawab Natte sambil mendekatkan wajahnya ke leherku. Aku yang memang menggulung rambutku sehingga memperlihatkan leher jenjangku padanya. Natte mencium leherku sekilas kemudian dia mencium bibirku sekilas. Aku yang dibuatnya agak goyah oleh godaannya berusaha setenang mungkin dan tetap dengan tatapan dinginku.

Natte mendekatkan wajahnya ke telingaku lalu berbisik. "Mari kita mulai ini pacarku, jangan pernah menyesal karena kamu yang telah membuatku memulainya dari sekarang."

"Tentu tidak." Jawabku yakin kepada laki-laki yang menyebalkan ini. Natte kemudian beranjak dari posisinya, memakai kembali kaca matanya dan berjalan ke arah pintu sambil berkata. “Malam ini ada undangan makan malam perayaan kerja sama perusahaan kita. Aku sudah menaruh undangannya ke sekretarismu. Berdadanlah secantik mungkin jika kamu tidak ingin membuat dirimu atau pacarmu malu.”

**

Malamnya aku pergi bersama sekretarisku ke acara makan malam perayaan kerja sama perusahaan kami. Aku memakai gaun backless warna hitam dengan belahan dada yang cukup rendah. Aku tetap menggulung rambutku karena aku suka dengan leher jenjangku.

Aku berjalan memasuki salah satu restorant terkenal. Clarissa membingbingku ke salah satu ruangan yang besar di restaurant itu. Sudah banyak yang hadir di dalam, beberapa staf penting di perusahaanku juga perusahaan William Group. Aku duduk di salah satu meja kosong yang agak besar yang memang sepertinya diperuntukkan untukku.

"Anda sangat cantik Miss. Morgan. Kenalkan saya Andrew William, adik dari Natte William." Seorang laki-laki tampang yang berwajah mirip dengan Nate datang menyapaku. Dia terlihat sangat jauh dengan Natte. Akupun berdiri dan menerima uluran tangganya untuk berkenalan.

"Senang berkenalan denganmu Mr. William.”

"Panggil saja saya Andrew.”

"Oke.” Aku hanay sedikit mengangguk dan kembali duduk. Dari enam tahun yang lalu aku memang selalu bersikap sangat dingin dengan semua pria. Aku kembali meminum minumanku. Andrew sudah duduk bersama kami, namun aku agak mengacuhkannya dengan hanya memainkan gelas atau meminum minumanku. Hingga akhirnya ballroom ini gelap dan hanya menyorot laki-laki yang ada dipodium. Ya laki-laki yang di podium itu adalah Natte. Aku memandangnya datar dan diapun memandang semua yang ada diballroom ini tetap dengan tatapan dinginnya. Pertama Natte memberikan sambutan, kata-kata terima kasih dan harapan atas kerja sama ini.

Didepan saja dia berbicara halus seperti itu dasar manusia tidak tau diri, umpatku dalam hati.

"Baiklah acara terakhir," ucapnya kemudian turun dari podium. Memainkan piano yang ada disamping podium. Natte memainkan lagu John Legend yang berjudul All Of Me. Aku tak menyangka Natte bisa bermain piano seindah itu dan punya sisi lembut seperti itu. Natte mengakhiri permainan pianonya saat satu lagu itu selesai dimainkan. Kemudian Natte berdiri dan berjalan ke arahku.

Saat ini Natte berdiri dihadapanku. Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya yang ternyata kotak beludru. Dia buka kotak itu, kemudian dia memandangku "Maukah kamu menjadi istriku?,” tanyanya langsung yang membuatku terbelalak dan seisi ruangan berteriak gaduh. Setelah sadar dengan ekspresiku yang terkejut, dengan cepat aku menetralkan kembali. Rupanya dia menerima tantanganku di jumpa pers kemarin.

Aku berdiri dihadapannya. "Apa anda sedang melamarku Mr. William?.” Bertanya sambil menantang matanya.

"Ya Miss. Morgan. Tentu kamu mau menerima lamaran pacarmu ini kan?.” Balasannya tak kalah menantang buatku.

"Aku butuh waktu untuk berpikir.”

"Apa belum cukup waktu kita selama ini berpacaran Miss. Morgan?.” Tanya Natte dengan menekan kata berpacaran lalu tersenyum penuh kemenangan.

"Baiklah jika kamu tidak ingin menunggu waktu lama. Pakaikan cincin itu di jariku." Tanpa menjawab terima kasih atau apapun Natte memasangkan cincin itu di jari manisku. Cincin itu terlihat berkilauan di jariku. Aku tau cincin ini bukan cincin biasa. Aku juga tau cincin ini sangat mahal. Natte memang memiliki sselera yang tinggi.

Cukup terasa aneh saat Natte mencium punggung tanganku. Lalu dengan satu gerakan Natte menarik pinggangku possesif lalu menarik tengkukku dan menciumku penuh kelembutan. Cukup lama aku diam, mencoba berpikir apakah ini caranya membalasku?. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti permainannya dengan membalas ciuman Natte. Ciuman yang lama kelamaan menjadi panas.

Sial, saat sedang mengikuti permainannya tiba-tiba Natte melepas ciumannya dan berbisik ditelingaku dengan jarak yang sangat dekat. "Kamu sepertinya begitu terbuai dengan bibirku Miss. Morgan?. Kita bisa lanjutkan nanti ketika tidak ada wartawan disini.” .... “Oh iya bagaimana lamaranku?. Ini ide Jade sekertarisku. Oh iya, ada wartawan disini.”

Wartawan?. Ternyata Natte balik menyerangku dengan membawa wartawan dan menciumku lalu melepasnya seperti tadi. Sial, aku mengumpat lagi dalam hati.

"Sangat bagus lamarannya. Kalau begitu artinya aku menerima Jade jadi calon suamiku, bukan anda Mr?.” Tanyaku balik dengan sindiran kepada laki-laki angkuh dihadapanku sambil mengeluarkan senyuman jahatku padanya.

Saat Natte menjetikkan jari, semua lampu ballroom menyala dan semua tamu undanganpun bertepuk tangan. Tepat ketika itu para wartawan muncul. Tidak tunggu lama, cahaya kilat lampu kamera langsung bersahutan. Tangan Natte juga spontan memegang pinggangku dengan possesif. Dan hal gila terakhir yang dia lakukan adalah menciumku lagi saat para wartawan mempotret kami. Aku hanya diam, tidak mau mengikuti permainannya lagi.

"Kenapa diam Miss. Morgan?. Apa karena waktu ciuman pertama kita tadi aku mengecewakanmu?.” Sindirnya yang membuat aku kesal. Aku tidak boleh kalah dari laki-laki ini.

"Iya, kamu mengecewakanku karena permainan bibirmu payah Mr. William." Balasku dengan senyuman kemenangan. Namun, sepertinya aku salah. Aku telah menjerumuskan diri ke lubang buaya. Dia mendekatkan kembali wajahnya dan menciumku lagi begitu dalam sampai aku tidak bisa bernafas. Dia melepaskan ciuman itu setelah aku sedikit mendorongnya. Aku yang masih terengah-engah memandangnya tajam. Namun, dia hanya tersenyum sinis juga penuh kemenangan seperti yang aku lakukan tadi.

Semua yang berada di ballroom berteriak kembali melihat apa yang Natte lakukan, bertepuk tangan juga mengucapkan selamat kepada kami. Sial, dia telah menyerangku berkali-kali lipat. Kita lihat nanti Mr. William aku tidak akan segan-segan membuatmu bertekuk lutut kepadaku. Janjiku dalam hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel