Bab 11
"Maaf Miss. Morgan ada Mr. Brown menunggu," beritahu Clarissa lewat interkom. Mau apa lagi laki-laki brengsek itu?, umpatku.
"Jangan biarkan dia masuk. Bilang aku tidak ingin bertemu." Kataku pada Clarissa. Namun tidak lama terdengar suara gaduh dari depan pintu. Aku sudah bisa tebak siapa pembuat kegaduhan itu, akhirnya aku pun membuka pintu ruanganku dengan remote yang kupegang hingga memperlihatkan laki-laki itu yang meronta untuk masuk. “Sudah Clarissa, biarkan saja dia masuk. Kamu keluar." Kataku pada Clarissa dengan mata yang masih menatap Alex. "Untuk apa lagi kamu kemari?,” tanyaku langsung dengan nada sinis seraya mengalihkan pandangan ke dokumen-dokumen milikku. Aku tidak mau bertatap muka dengannya.
"Aku tau kamu masih mencintaiku Keira. Kembalilah padaku dan akhiri permainanmu itu dengan Natte William. Permainan kalian berbahaya." Peringat Alex dengan nada memelas.
"Apa maksudmu?,” tanyaku yang kini menatapnya tajam. Tidak terpancing untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Aku mengenalmu cukup lama Keira, walaupun kita tidak pernah bertemu selama enam tahun ini percayalah aku selalu melihat beritamu. Aku tau kamu tidak mencintainya walaupun kamu berakting dengan sangat sempurna di depan banyak orang. Aku tidak bisa kamu bohongi." Jelas laki-laki berjambang itu panjang lebar dan penuh keyakinan. Aku dibuat geram olehnya. Apakah sedalam itu dia mengenalku?, tanyaku dalam hati. Aku benci kenyataan itu jika memang benar.
"Aku tidak mengerti maksudmu. Silahkan keluar, aku sedang banyak pekerjaan. Kamu mengganggu." Aku mengusirnya dengan terang-terangan. Tidak mau kalau semakin lama, Alex akan semakin melihat segala kebohonganku.
"Keira percayalah. Aku sangat mencintaimu." Perkataannya lagi-lagi membuatku sangat kesal. Semudah itukah laki-laki dihadapanku ini mempermainkan perasaan seorang wanita. Aku mencoba mengendalikan emosiku. Menghadapi Alex tidak bisa memakai emosi. "Mr. Brown yang terhormat, saya mohon segera keluar dari ruangan ini." Usir ku dengan nada melunak kali ini.
"Keira, percayalah perasaan ku tidak pernah berubah dari sepuluh tahun yang lalu." Cukup sudah kesabaranku. Aku bangkit dari kursiku dan berdiri tepat dihadapannya. Menantang Alex dengan sorot mata yang tegas dan dada yang membusung. “Semudah itukah kamu mengucapkan kata cinta?. Semudah itukah kamu mempermainkan hati perempuan?. Kamu tidak ingat apa yang telah kamu lakukan enam tahun lalu Mr. Brown?. Aku rasa aku tidak perlu menceritakan kembali bagaimana persisnya kejadian enam tahun lalu disaat kamu pergi dari altar dengan membawa sahabat mempelai wanita itu sendiri dan mengakui mencintainya. Aku ingatkan, jika kamu lupa." Tantangku berapi-api namun tetap kutunjukan dengan keangkuhan yang telah aku siapkan selama enam tahun ini. Alex terdiam dengan kata-kataku, matanya menisik ke dalam mata. Dan tak kusangka saat Alex menurunkan tubuhnya dan berlutut dihadapanku dengan setelan jas kerja abu-abu mengkilat yang membalut tubuh tegapnya terlihat gagah. Celanya kerjanya bahkan menyentuh lantai kantorku.
Selanjutnya Alex mengatakan sesuatu dengan kepala menunduk. “Aku benar-benar minta maaf, Kei. Aku tau sebrengsek apa diriku dan sepengecut apa diriku, tapi percayalah perasaanku tidak pernah berubah dari sepuluh tahun yang lalu. Aku bersumpah. Aku sangat bersalah. Mohon maafkan aku, Keira." Nada ucapan Alex bergetar bahkan tubuhnya pun ikut bergetar. Aku tidak akan luluh, batinku terus memperingati.
"Berdiri sekarang, karena aku tidak akan tersentuh.”
"Aku tidak akan akan berdiri sampai kamu memaafkanku," ucap laki-laki itu speerti sedang menantangku.
"Baiklah, jika itu maumu. Lakukan." Aku mengabaikan keberadaan Alex dan memilih menelaah kembali dokumen-dokumen yang ada di meja ku. Aku yakin Alex tidak akan bertahan lama. Alex bukan orang yang rela harga dirinya direndahkan seperti sekarang.
"Aku sebenarnya sudah pindah ke New York dan aku juga akan mengurus cabangku yang ada disini," katanya masih dengan posisi yang sama ,namun tidak kusahuti. Jeda... “Kamu tau Kei?. Aku selalu melihat dan mencari kabarmu dari berita. Kamu menjadi wanita karir yang sukses jadi tidak sulit bagiku untuk mencari kabarmu. Aku bahagia.” Ucap Alex, terdengar dia sempat menghela nafas. “Oh ya kamu menjadi cantik sekali sekarang. Kamu telah seutuhnya menjadi wanita yang luar biasa Kei." Kata Alex lagi. Aku mengumpatinya dalam hati sepanjang Alex bicara. Karena lama kelamaan tidak tahan aku akhirnya beranjak dari kursi dan mengambil tas juga kunci mobilku. Kulangkahkan kakiku dengan anggun melewatinya yang masih bertekuk lutut. Seorang Alex Brown dengan setelan kerjanya berlutut, aktingnya sungguh luar biasa pujiku dalam hati.
"Keira, aku mohon berbaliklah." Terdengar ucap Alex dengan lirih namun aku tidak menanggapinya dan malah berbicara dengan Clarissa, sekretarisku. "Tolong panggil security dan usir keluar Mr. Brown dari ruangan saya!," titahku padanya. Clarissa mengangguk patuh.
Aku bukan lagi Keira seperti dulu yang mudah memaafkan dan dirayu.
****
Aku kini janji bertemu dengan Jessie. Tadi aku meneleponnya untuk bertemu, Jessie mengiyakan karena kebetulan hari ini dia sedang tidak sibuk di butik. Selagi menunggunya datang, aku menyesap kopi sembari menerawang ke arah luar jendela cukup lama hingga satu tepukan dibahu membuat aku menoleh ke belakang. Jessie berdiri dibelakangku sambil tersenyum lebar. "Hai, nunggu lama?,” sapa Jessie padaku.
"Hai, engga kok."
"Tumben seorang Keira yang sibuk mau bertemu dan mengobrol denganku?.” Gurau Jessie sebelum duduk di kursi yang ada dihadapanku.
"Apa sih Jess?, kamu udah kaya sahabat yang possesif aja.” Balasku seraya sedikit tersenyum padanya.
"Ada apa Kei?. Aku tau kalau kamu mengajakku berbincang tandanya terjadi sesuatu." Tebak Jessie yang 100% benar. Terlalu lama kami bersahabat membuat kami saling sangat mengenal satu sama lain, .
Sebelum memberi jawaban, aku memijit kepala ku yang jadi pusing memikirkan kedatangan Alex beberapa kali ini ke kantor. “Aku gak tau harus cerita atau enggak." Ucapku dengan pandangan kosong kedepan dan nada frustasi.
"Cerita saja Kei, aku tau kamu sudah berubah tapi tolong jangan berubah pada sahabatmu sendiri." Kata Jessie dengan begitu lembut dan akupun membalasnya dengan senyuman tulusku.
"Baiklah.” Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum menceritakan yang terjadi. “Alex sudah dua kali datang ke kantorku." Akhirnya kata ku sangat lemah. Jessie benar-benar menunjukan ekspresi kaget dan kesal bersamaan. Kaget mungkin karena Alex berani datang menemui ku sementara kesal mungkin karena dia tau bagaimana selama enam tahun ini aki berdiri di atas kakiku sendiri untuk melupakan kejadian tak mengenakkan yang terjadi enam tahun lalu.
Tadi pagi kami bertemu. Dan yang membuatku tidak habis pikir dia mengatakan kalau dia masih mencintaiku dan tidak pernah berubah selama sepuluh tahun ini. Terasa memuakkan mendengarnya" ceritaku panjang lebar pada Jessie
"Aku mengerti perasaanmu karena akulah mungkin yang paling mengertimu Kei. Aku melihat metamorfosamu selama enam tahun ini" mendengar perkataan lembut Jessie membuat pikiranku memutar ulang bagaimana aku enam tahun lalu yang mati-matian berubah.
Flashback On
"Tolong urusi semua halnya ya Emma selama dua minggu. Aku ingin beeistirahat" titahku pada Emma. Emma tidak banyak bertanya lagi. Hingga ketukan pintu kamarku mengalihkan pandanganku dari layar handphone yang berwalpaper foto berduaku bersama Alex. "Kamu makan dulu ya Kei" ujar Jessie yang masuk dengan nampan berisi makanan tapi rasanya saat melihat makan itu tak ada selera sedikitpun. Aku hanya nenjawab Jessie dengan gelengan pelan.
"Ayo Kei kamu harus makan, sudah beberapa hari kamu tidak makan. Hanya meminum air putih atau apel saja"
"Sungguh Jess, aku tidak berselera"
"Baiklah, aku akan taruh makananmu disini" ucap Jessie seraya menyimpan nampan berisi makanan kesukaanku di nakas samping tempat tidur.
"Makasi Jess kamu udah tiap hari nyempetin dateng kesini cuma buat hibur aku atau ingetin aku makan. Kamu memang sahabatku"
"Jangan ngomong gitu Kei. Aku tau kesakitanmu aku tau keperihanmu. Percaya atau tidak, aku bener-bener merasakan sakit dan perih. Apalagi itu juga disebabkan karena.... Sahabat kita sendiri. Aku terlalu bodoh untuk tidak menyadarinya dan tidak menahannya. Maafkan aku Kei" ucap Jessie yang kini berurai air mata. Akupun dengan spontan langsung memeluk tubuh Jessie erat "Ini bukan salahmu Jess, ini salahku. Aku yang terlalu bodoh tidak menyadari tunanganku bahkan calon suamiku sendiri berselingkuh dengan sahabatnya sendiri"
"Kei aku mohon aku sakit melihatmu diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki brengsek tapi hatiku lebih sakit melihat sahabatku menyiksa dirinya sendiri dengan menangis dikamar berhari-hari tidak makan dan tidak melakukan apapun. Aku mohon bangkit dan berubahlah. Tunjukan pada mereka yang melukaimu" ucap Jessie lirih. Aku tau sahabatku ini sangat peduli denganku karena memng kamipun sudah berteman sejak SD karena memang mansion kami yang berdekatan. Jadi tidak aneh aku sangat dekat dengan sahabatku satu ini.
Setelah pagi itu. Aku masih belum bisa menegakkan kepalaku aku masih menangis bersembunyi dibawah selimut kamarku hingga dua minggu berlalu. Dua minggu berlalu menjadi empat minggu dan disaat empat minggu sudah berlalu aku ditampar keras oleh berita yang dimuat di surat kabar yang papahku banting ke atas kasur. Kulihat surat kabar itu dan mataku tidak lama dari itu memanas dan mengeluarkan air kepedihan.
Arsitek muda berbakat Alex Brown yang melaksanakan pernikahan mewahnya dengan seorang pewaris perusahaan kaya Monica Taylor di Paris.
Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat kini. Aku hanya mematung melihat surat kabar itu. "Kamu memang bodoh tidak menyadari saat calon suamimu sedang berselingkuh. Tapi lebih bodoh lagi dengan kamu yang masih menangisi kisahmu dengannya sedangkan pria itu telah berbahagia dengan kisah barunya" ujar papahku yang seakan menampar keras diriku.
"Iya Kei, tidak bisakah kamu melihat betapa hancurnya kamu sementara dia berbahagia? Monica memang pengecut karena telah berselingkuh dengan calon suami sahabatnya sendiri tapi kamu lebih pengecut dengan keadaanmu seperti sekarang" ucap Jessie yang ternyata sudah berada dibelakang papahku. Dan kata-kata Jessie adalah tamparan kedua bagiku.
"Keira putri mamah, kegagalan adalah kebodohan kita tapi lebih bodoh lagi saat kita terus masuk kedalam kubangan kegagalan itu sendiri. Tolong jangan terus masuk ke kubangan itu, sehingga membuatmu hancur karena itu artinya kamu juga telah menghancurkan mamah dan papah secara perlahan sayang" ucap mamah kini yang menamparku untuk ketiga kalinya dengan kata-kata.
Akupun hanya bisa menunduk dan mengeluarkan air mataku terus menerus lalu aku berkata dengan lirih "Lalu aku harus bagaimana?".
"Kamu hanya perlu menegakkan kepala. Tapi untuk menegakkan kepalamu kamu harus kuat" ucap papah.
"Jadilah wanita yang bisa menegakkan kepalanya, berjalan dengan anggun dan menggenggam dunia" lanjut mamahku lagi.
"Aku yakin kamu pasti bisa Keira" ucap Jessie menyemangatiku. Akupun memeluk papah, mamah dan Jessie seraya berkata "Maaf dan terima kasih. Maaf karena telah membuat kalian susah dan terima kasih untuk kalian yang menyadarkanku. Tapi tolong bantu aku agar aku bisa menegakkan kepalaku kepada mereka dan kepada dunia yang telah mengecewakanku" Mereka semua mengangguk dengan air mata haru yang keluar.
Keesokkannya aku meminta kepala pelayan rumahku membuka semua gorden juga jendela yang sudah dua minggu ini tertutup. Aku juga meminta dia membuang segala barang pemberian Alex dan foto kami. Aku mulai bekerja kembali dikantorku. Hari kulalui dengan bekerja sampai larut terkadang sampai pagi hingga akhirnya satu tahun sudah berlalu dan aku memutuskan untuk meneruskan pendidikanku dan setelah dua tahun aku lulus aku kembali meneruskan pendidikan ku dan dua tahun kemudian aku lulus. Hingga akhirnya juga perusahaanku berkembang pesat dan menjadi perusahaan yang masuk dijajaran perusahaan ternama di dunia.
Selain membekali dengan pendidikan akupun menjaga pola makanku dengan pantauan dokter ahli gizi dan pelatih olah ragaku. Tidak hanya itu akupun mulai menekuni bidang fashion, dengan membeli brand-brand ternama didunia, mencari tahu apa saja yang sedang menjadi trending topic di dunia fashion. Aku juga dilatih khusus untuk mempoles diriku sendiri. Aku banyak melakukan perawatan. Aku mati-matian bekerja, belajar dan mendalami fashion. Sehingga tidak ada waktu bagiku untuk menangis atau mencari pria. Disaat satu tahun perusahaanku sudah sukses dan stabil aku mulai yakin aku bisa menegakkan kepalaku pada mereka dan dunia dan akhirnya akupun berubah seutuhnya. Menata perasaan dan hati adalah bukan perkara mudah karena banyak hal berkaitan dengan itu.
Flashback Off
Lamunanku tentang enam tahun yang lalu terhenti saat Jessie kembali menepuk bahuku. Aku hanya tersenyum dan mengatakan maaf.
"Aku harus bagaimana?" tanyaku dengan pandangan kosong
"Eng... Aku rasa kamu harus bertemu dengan Monica"
"Untuk apa lagi Jess? Untuk menggali luka lamaku?"
"Bukan, aku hanya ingin kamu menyelesaikan masalah ini. Agar hidupmu tenang dan tidak ada kebencian lagi didalam hatimu yang membuatmu kosong dan perih"
"Apa setelah aku bertemu dengannya masalahku akan selesai?"
"Ada yang kamu tidak tau Kei selama enam tahun ini. Maka temuilah Monica"
"Apa maksudmu? Kamu sudah mengobrol dengannya?"
"Ya, maafkan aku Kei. Datanglah ke mansion Monica. Dia sekarang berada disana"
Ada apa ini sebenarnya? Apa yang tidak kuketahui selama enam tahun ini?
**
