Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 13 DIANTARA DUA PILIHAN

“Semuanya 10 menit lagi kita akan sampai di Villa jadi mohon mempersiapkan barang-barang kalian jangan sampai ada yang tertinggal.” Itu suara bariton kesukaanku, aku sudah menetapkan bahwa itu suara bariton yang selalu ingin ku dengar, setelah dia memberikan pengumuman dia kembali duduk di sampingku dan bersiap membawa tas ransel hitamnya.

“Saya harus siap-siap di pintu, duluan ya.” Ucapnya kembali dingin dan menuju ke arah pintu bagian belakang bus yang aku balas anggukan, suara anak-anak riuh bergemuruh setelah melihat pemandangan asri nan menakjubkan di kiri dan kanan terdapat hamparan kebun teh, strawberry juga, bus kamu juga melewati aliran sungai yang cukup deras.

“Wah nanti gue mau pacaran di kebun strawberry ah.” Ucap Dodit anak IPA 2 yang memang terkenal playboy.

“Sama cewek lo yang keberapa Dit?” Tanya Reno yang tertawa bersama gengnya.

“Hmm… keberapa ya sampe lupa gue, gak kehitung.” Semuanya kembali tertawa.

“Gue pengen petik strawberry ah pasti manis kayak gue.” Bella anak IPA 2 yang terkenal paling populer karena berpacaran dengan Kak Nick 12 IPS 1, salah satu senior yang populer juga karena terkenal tajir.

“Halah geli gue dengernya Bel.” Ucap Dodit mengisyaratkan ingin muntah.

“Yeh kata Kak Nick gue manis, lo iri aja!” Ketus Bella tak terima terjadi adu mulut sepanjang perjalanan ke Villa sampai ada suara.

“Kita sudah sampai, ambil tasnya di bagasi dan berkumpul di halaman.” Suara bariton itu tegas membuat semua terdiam dan langsung berhamburan keluar, saat aku turun dari bus karena tak sabar dan berdesak desakan tubuhku tak seimbang sedangkan aku masih ada di tangga bus nomor kedua bersiap untuk menginjakkan kaki di tanah tapi naas setelah melangkah pada anak tangga terakhir…

“Aw..” Aku kaget ketika lutut kiriku menghantam permukaan tanah yang berkerikil, celana ku sobek, dan ada darah segar mengalir.

“Eh sorry-sorry gue gak sengaja, suer…” ucap orang di belakangku yang aku tahu anak kelas IPA 2.

“Elo sih pada dorong-dorong.” Dia menengok kebelakang dan mengoceh kepada temannya.

“Gapapa?” Seseorang datang menghampiri, tubuhnya yang tinggi segera membantuku untuk berdiri tegak.

“Gapapa kak.” Sepertinya aku mengalami dejavu seperti teringat akan suatu peristiwa yang sedari dulu aku simpan dalam relung hati terdalamnya dan sekarang terjadi bersama cowok yang belakangan ini menjungkir balikan perasaanku.

“Bukannya ditolong kok main salah-salahan.” Kak Vano melirik tajam dan menggeleng kearah anak-anak yang tidak sengaja mendorongku.

“Bisa jalan?” tanya Kak Vano kembali memperhatikanku.

“Bisa.” jawabku singkat mencoba bangkit tapi sepertinya perih begitu menjalar, dan merasa tubuhku dingin sekaligus lemas.

“Saya gendong.” Ucapnya mengangkat lenganku menaruhnya di belakang leher dan lengan serta sikunya menopang lututku, aku tak bisa menolak pertentangan hebat antara logika dan hati terlalu rumit sampai tubuhku menerima perlakuannya.

“Biar gue aja Van, lo ambilin tasnya aja” ucap sebuah suara dari belakang.

“Kak, dipanggil Pak Anton untuk siapin acara.” Alia salah satu pengurus OSIS kelas 11 IPS 1 menginterupsi perkataan Arthur, ia pun berdecak kesal.

“Acara butuh lo, lo ketuanya, biar Sunny gue yang urus.” Kak Vano tegas berkata.

“Awas ya sampe ada yang nyakitin Sunny berhadapan sama gue, janji gak bakal kayak tadi lagi?” Suara kak Arthur menegur anak-anak yang aku yakin tak sengaja mendorongku, dan menurutku apa yang Kak Arthur lakukan begitu romantis dan membuatku tersenyum malu. Ada apa dengan hatiku, teringat kata mama, aku cuman punya satu hati dan tidak bisa terbagi menjadi dua, untuk dua laki-laki berbeda.

“Janji kak…” Koor anak-anak menunduk pasrah.

Jika dulu kata Della saat aku digendong ke UKS oleh Kak Vano, aku dalam keadaan tidak sadar, namun kali ini aku sangat sadar, ia mendekapku, tubuhnya yang hangat melindungiku dari udara dingin disini, wanginya betul-betul menenangkan, aku terhanyut dan mengeratkan pelukanku, agar memperpendek jarak, aku berharap jarak dari bus menuju Villa amat sangat jauh, sehingga aku memiliki waktu yang lebih lama dalam posisi ini, aku memang tak bisa mencintai dua orang sekaligus, maka aku akan memilih, dan aku yakin pilihanku tak salah, hanya saja bisa menimbulkan perang dunia dengan sahabatku sendiri.

Beberapa menit setelahnya, aku dalam masih dalam gendongan Kak Vano telah tiba di sebuah kamar, dipintu tadi memang ada namaku dan Della dan 2 orang teman lainnya. Setelah masuk kamar, ia segera meletakkanku di atas tempat tidur, kemudian memperhatikan lukaku.

“Saya cari panitia yang megang kotak P3K dulu.” Ucapnya kembali keluar, aku meringis merasakan perih yang menjalar di lututku sungguh kejadian ini seperti pernah aku alami tapi sudah sangat lampau.

Setelah Kak Vano pergi aku merasa dia betul-betul khawatir. Setelahnya dia kembali, dan aku sudah berulang kali merepotkannya. “Saya obatin.” Ucapnya membawa kotak dan dengan cepat mengeluarkan kapas dan menuangkan alkohol lalu menempelkannya ke luka ku dan memperbannya.

“Anak PMR?” tanyaku saat dia dengan cepat mengobatiku seperti sudah terlatih.

“Pas SMP.” Jawabnya singkat.

“Saya keluar dulu, takut jadi fitnah kalau saya kelamaan disini.” Ucapnya berlalu dan sebelum menutup pintu.

“Kalau ada apa-apa saya ada diluar.” Kemudian pintu ditutup.

*******

“Hai Sunny, udah baikan kakinya?” Kak Arthur masuk ke dalam kamarku.

“Udah kak, tadi di obatin Kak Vano.” Ucapku lalu menyadari kesalahanku saat melihat perubahan air muka kak Arthur.

“Oh, dia gak ngapa-ngapain lo kan? Wakil kok gak tanggung jawab! Malah deket-deketin lo kayak gitu.” Ucapnya langsung mengambil kursi dan duduk disamping kasurku. Aku tidak pernah setuju dengan ucapan Kak Arthur, bagiku Kak Vano sangat bertanggung jawab, menjagaku juga termasuk dari bagian tugas seorang senior OSIS, aku kan salah satu peserta.

“Misi, ini tasnya kan? Saya taro sini.” Ucap seseorang yang ketika melihatnya jantungku seperti berjingkrak-jingkrak.

“I..iya kak makasih.” Ucapku mencoba tersenyum tapi dia langsung membalik badannya dan tak menggubrisku seperti ada yang salah, aku menyatukan kedua alis ku tampak bingung.

“Gausah di pikirin, dia emang cowok gak jelas.” Ucap kak Arthur melihat ke arah kakiku.

“Pas gue kecil gue juga pernah ngobatin cewek yang jatuh persis lukanya di lutut.” Ucapnya menatap lukaku kaget.

“Yang benar kak?” seperti mendapat secercah harapan dari perkataan kak Arthur.

“Iya benar, kenapa?” Tanyanya bingung.

“Eng..enggak kak, cuman nanya aja.” Ucapku tak mau langsung percaya dan membahas lebih lanjut tentu karena aku baru mengenal Kak Arthur tak baik bertanya sedetail itu.

“Yauda gue ke luar lagi ya, mau siapin acara dan lo kalau misalkan gak kuat ikut acara istirahat dulu ya.” Dia kembali mengacak rambutku kali ini sampai berantakan.

“Ish kakak..” Ucapku cemberut memajukan bibir kesal.

“Jangan gitu lo makin imut, makin gak tega ninggalinnya.” Dan pipiku seperti terbakar memerah dan rasa panas menjalar ke seluruh wajah.

“Hush, udah sana kan ketua harus tanggung jawab.” Ucapku mengusir.

“Oke, jangan kangen gue.” Ucapnya tertawa menutup pintu.

*********

Aku merasa sangat bosan sekarang, dan untungnya aku masih bisa memainkan ponsel, pikiranku tiba-tiba ingin sekali membuka Instagram dan mencari account seseorang yang baru saja membuat jantungku berdetak cepat, tanganku mengetik namanya, muncullah sebuah profil dengan nama sesuai, dan aku melihat hanya ada dua postingan, yang pertama fotonya yang berada ditengah hujan, dengan latar langit warna biru gelap, wajahnya tampan ketika dia menatap lurus ke kamera. Foto kedua masih sama hanya saja punggung tegapnya yang menjadi pemandangan, ia seperti ada di dataran tinggi, warna langit biru dengan sinar matahari yang terik, sudah ku bilang dia itu punya kepribadian bertolak belakang, dicerminkan oleh postingannya.

Pintu yang baru saja dibuka membuat aku kaget, dan langsung saja menyembunyikan ponselku. “Astaga panas banget sih diluar, mana berat banget nih tas.” Della segera masuk, dan meletakan dua tasnya.

“Mau dibantuin gak Del?”

“Eh… jangan! Kamu kan lagi sakit, kamu gapapa Sun?”

“Gapapa Del, cuman luka sedikit aja.”

“Kamu luka Kak Arthur sama Kak Vano heboh, gimana rasanya direbutin dua cowok paling ganteng di sekolah?” dia terlihat meledek, aku yakin dia sebenarnya sakit.

“Sembarangan kamu, siapa juga yang mau luka terus ngerepotin orang-orang.” Aku benar-benar bingung mengapa Della berkata demikian.

“Canda Sun, cepet sembuh ya kamu, bete aku gak ada kamu.”

“Aduh…aduh sini peluk.” Aku segera melebarkan tanganku agar Della bisa memelukku, kemudian kami larut pada obrolan apa yang dilakukan di bus selama di perjalanan, maaf Della aku harus berbohong, aku bilang pada Della bahwa disampingku memang Kak Vano tapi kami tidak berbincang, hanya sekedar saja.

Tiba-tiba pintu diketuk, sebuah suara mengucapkan permisi. “Masuk.” Jawab Della saat kami selesai berpandang-pandangan, ternyata Kak Vano, ia datang dengan piring berisi nasi lengkap dengan lauk pauk. Mataku berbinar, perutku memang benar-benar lapar, tapi kemudian aku tersadar ada Della disampingku.

“Sun.” Kak Arthur muncul dari belakang Kak Vano membawakan makanan juga, kali ini dilengkapi minum dan semangkuk sup, kemudian jadi hening dan aku sadar bahwa ini tidak boleh berlangsung lebih lama.

“Astaga Kak repot-repot banget, pasti yang Kak Vano bawa itu buat Della ya.” Aku segera memberikan kode pada Kak Vano, kedua alisnya bertaut menandakan kebingungan.

“Makasih kak, sampe repot-repot segala.” Della langsung mengambil makanan yang Kak Vano bawa, sementara aku tersenyum lega.

“Nah ini buat Sunny.” Kak Arthur langsung memberikannya padaku, sejujurnya aku benar-benar tidak ingin ada di posisi ini, tapi apa daya, sepertinya Tuhan betul-betul ingin menguji hatiku, agar aku bisa memilih dengan betul tanpa keraguan.

“Makasih kak, maaf jadi ngerepotin, mataku tak lepas dari Kak Vano, dia menghela nafas setelahnya. “Permisi.” Dia pamit, dan aku langsung merasa bersalah dengan apa yang sudah aku lakukan, sementara melihat Della tersenyum bahagia memaksaku untuk ikut tersenyum. Setiap pilihan memang memiliki konsekuensi dan aku belum siap jika harus kehilangan salah satunya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel