Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kronometer

Waktu itu berharga untuk diriku melupakan mu.

Kronometer (pengukur waktu) dipergunakan di kapal untuk mengetahui waktu Greenwich. Bagi Navigasi mengetahui waktu Greenwich sangat penting. Seperti benda-benda angkasa yang dicantumkan dalam nautika semuanya berdasarkan waktu tersebut.

Bahkan untuk menentukan waktu di tengah laut, juga memerlukan seorang navigasi, yang berperan dalam rangka menjamin keselamatan perjalanan kapal. Maka alat navigasi harus di buat semodern mungkin, mengikuti kemajuan teknologi.

Lagi dan lagi, semuanya butuh waktu untuk menentukan arah hati seseorang yang telah lama terluka.

Mencoba mencari penyembuhan hati dengan terus memilih berlayar, juga tidak mampu membuat hatinya langsung sembuh.

Sekali lagi bahkan berulang kali dia merutuki kebodohannya sendiri, bagaimana bisa dia masih mengingat gadis itu. Gadis yang telah melukai hatinya, gadis yang telah membuatnya memilih untuk terus berlayar di lautan yang luas ini.

Habib berdiri di dek, memandang lautan yang luas dan minim akan cahaya. Hanya cahaya bulan yang menyinari sisi lautan yang luas dan tenang ini.

Dia bahkan teringat akan kata-kata penyemangat dari adik kesayangannya itu.

"Move on. Itu kisah udah lama banget Bang. Abang tuh tentara, ayolah kuat, hati Abang tuh pasti sembuh deh, tergantung dari Abang sendiri."

Move on. Satu kalimat pendek yang terlalu sulit untuk masuk kedalam hati dan otaknya. Kenapa hatinya menolak untuk melupakan gadis itu, sedangkan otaknya selalu memberikan isyarat agar berhenti memikirkan gadis itu. Karena tidak ada niatan yang kuat dari hatinya.

Tepukan dari belakang yang mampir ke bahunya, membuat Habib menoleh ke belakang. Di sana ada Kenta yang berdiri dengan cengiran khasnya.

"Ngelamun Pak?" cibirnya. Bahkan tidak ada niatan untuk Habib menjawab.

"Jangan ngelamun lah, gue denger kalau di sini ada putri duyung yang suka bawa orang." niat hati ingin menakut-nakuti Habib, tapi ternyata dia salah orang. Habib bahkan memandang dirinya datar.

"Ya udah, lo aja yang ikut tuh putri duyung, kalau cantik, lo ngomong sama gue." Habib berlalu begitu saja, meninggalkan Kenta yang ketakutan.

***

Ingin rasanya Habib membanting hape miliknya. Niat hati ingin sekali membuka akun sosial media miliknya yang tak pernah terjamah itu. Tapi yang muncul di beranda, adalah foto gadis itu yang mengenakan sneli. Gadis itu menggapai mimpinya menjadi seorang dokter. Menjadi dokter spesialis anak, sesuai dengan impiannya.

Sebuah tangan kecil meraih hape milik Habib, menscroll ke bawah dan melihat beberapa foto seorang dokter perempuan yang dia kenal.

Menghela napas sejenak dan memberikan kembali hape milik Habib.

Dia duduk manis di depan Habib, memandang penuh iba pada Abang sepupunya itu. "Sebegitu susahnya kah untuk move on?"

"Iya, aku belum bisa move on dari dia, Ai" Aila memandang iba ke arah Abang sepupunya itu, mengusap pelan tangan besar Habib, "Entah bagaimana caranya untuk bisa move on dari dia."

"Niat. Abang perlu niat untuk bisa move on dari dia, niat Abang harus kuat dan Ai yakin, Abang bisa."

Senyuman tulus Aila, membuat semangat Habib bergemuruh, dia bisa dan dia butuh untuk di dukung. Layaknya tahu apa yang Habib butuhkan, Aila memeluknya, menepuk punggung lebarnya, yang sering dia sebut gorila.

***

"Cantik 'kan? aku nggak mungkin kasih foto mereka yang jelek." Habib memandang tak minat dengan sekumpulan foto gadis teman Aila.

"Ngapain kamu kasih abang foto mereka?"

"Karena aku akan menikah dan Abang masih sendiri." Habib memandang Aila tajam, yang di pandang malah tertawa tanpa dosa, "Kenyataan itu mah."

Habib memilih memandang ke luar pintu, di sana ada beberapa anggotanya yang berdiri di depan pintu. Mengetuk pintu dengan ragu-ragu.

"Ya?"

"Siap salah. Kami hanya ingin berkenalan dengan dia." Pandangan matanya tertuju pada Aila.

Habib mengikuti arah pandang mereka ke Aila yang hanya menatap datar mereka. Ingin berkenalan dengan Aila. Satu kalimat yang membuatnya memulai mengaktifkan mode protektifnya.

"Siapa kamu? berani sekali mau berkenalan dengan dia?"

"Siap salah." mereka berdiri tegak, "Saya Aris, ingin berkenalan dengannya."

Habib memandang Aila sekilas, lalu maju untuk menutupi arah pandangan mereka ke Aila.

"Dia milik orang lain. Sekarang, lari keliling lapangan 10 putaran!"

"Siap Komandan!"

***

Habib memandang sendu ke arah adik sepupu kesayangannya itu. Lagi dan lagi, dia menangis saat Habib berpamitan padanya untuk berlayar. Habib memeluk Aila erat, menepuk kepalanya yang tertutup hijab dengan lembut. Dia sayang adik sepupunya itu.

"Jaga Aila, kamu sekarang udah dekat sama dia, Fiz." Hafizh, adik kandungnya mengangguk mantap, mengambil alih untuk menjaga Aila.

Aila menguraikan pelukannya pada Habib, menghapus air matanya dengan punggung tangannya dan mencoba untuk tersenyum sebelum Habib berangkat berlayar.

"Abang jaga diri di sana ya, jangan lupa makan, jangan lupa move on." Aila terkekeh bersama Habib, dan Hafizh saat kata-kata move on itu tersemat.

"Iya, kalau ada apa-apa, panggil aja Hafizh, Dek." Aila mengangguk, memandang Habib sendu.

"Jadi, nikahan aku nanti, Abang gak datang ya?" Habib tidak menjawabnya, dia memeluk Aila erat.

Dalam hati, dia berkata maaf berkali-kali. Dia tidak ingin membuat adik kesayangannya terluka, tapi mau bagaimana lagi, ini tugasnya.

Dan dia butuh tempat untuk menjauh sementara. Melupakan kisah asmara yang menusuk hatinya.

***

Azlan Dylan Alfarizqi seorang TNI AD berpangkat Letnan satu itu mendapat julukan Letnan kutub, karena sikap dinginnya. Prestasi yang dia torehkan sangat bagus. Kemampuan menembaknya tidak diragukan lagi. Sangat baik. Ketampanannya diatas rata-rata, hidung mancung, mata sipit layaknya artis Korea, bibir tipis berwarna pink dan tubuh tegap di sertai badan yang kotak-kotak seperti roti sobek. Perempuan mana yang tidak histeris jika bertemu dia.

Memberikan hormat kepada Azlan "Siap. Maaf mengganggu Ndan. Diharapkan menghadap Danyon di ruangannya." Azlan mengangguk dan membalas hormatnya. Laki-laki itu memberi hormat kembali.

Azlan berjalan menuju ruangan Danyon (komandan batalyon). Azlan menghela napas sejenak sebelum dia masuk keruangan Danyon.

"Masuk," suara dari dalam menginterupsi. Azlan membuka pintu dan masuk, dia memberi hormat kepada Danyon yang bernama Hamzah, Om dari Aila.

"Siap. Mohon petunjuk Danyon." Hamzah mengangguk.

"Duduk Dek." Azlan duduk di depan Hamzah.

"Saya mendapat telepon dari Lettu Banyu, dia belum bisa menjalankan tugas untuk pengamanan di gelora lusa, karena masih belum pulih." Hamzah terus memperhatikan wajah Azlan yang datar-datar saja seperti triplek.

Nih bocah lempeng amat kek triplek. Gak ada ekspresi sama sekali, cocoknya sama Aila kalau kayak beginian. Pasti Aila bakal bilang. Mana ekspresinya. Batin Hamzah dan terkikik geli dalam hati.

"Apa kamu bersedia menggantikan Lettu Banyu?" tanya Hamzah.

"Siap. Saya bersedia Danyon. Saya siap melaksanakan tugas." Hamzah mengangguk.

"Kamu boleh kembali." Azlan berdiri dan memberi hormat.

"Izin mendahului." Lalu dia keluar ruangan Hamzah.

"Aila harusnya dapat suami yang seperti ini. Aila yang petakilan, dan yang lempeng kayak triplek." Hamzah terkikik kembali.

❤❤❤

Dering ponsel Azlan membuatnya tersadar dari lamunannya sesaat. Entah apa yang dipikirkan Azlan saat ini. Yang jelas, dari satu Minggu kemarin, kedua orang tuanya terutama bundanya sering sekali menghubunginya hanya untuk menyuruhnya menikah.

Bunda ratu calling...

"Assalamualaikum bunda." Terdengar helaan di sana.

"..."

"Iya Bunda, nanti. Azlan matikan dulu ya, teleponnya. Assalamualaikum."

Azlan menghela napasnya. Dia kembali duduk di ruang kerjanya. Kini dia sudah berada di rumah dinasnya. Azlan memang menjalin hubungan dengan seorang mahasiswi. Tapi dia tidak tahu tentang pekerjaan Azlan. Yang dia tahu Azlan hanyalah seorang perantauan yang juga bekerja di Surabaya.

PING

Nania

Bang, ketemuan yuk, kita nonton

Azlan tidak membalas pesan dari Nania. Dia perlu mengistirahatkan tubuh untuk besok. Besok dia bekerja mengamankan gelora, karena ada acara kejuaraan pencak silat.

TNI POLRI bekerja sama untuk mengamankan jalannya sebuah pertandingan pencak silat agar tidak berakhir ricuh.

❤❤❤

Hari ini Azlan sudah berada di gelora bersama sahabatnya Alvino. Azlan juga bertemu dengan teman lamanya saat AKMIL. Abil, seorang tentara yang juga merangkap sebagai pelatih pencak silat di salah satu universitas di Surabaya.

"Yo, Bro, apa kabar?" tanya Abil ke Alvino dan Azlan. Mereka sering dijuluki triple A. Karena mereka bersahabat saat di AKMIL.

"Baiklah. Tapi ya begitulah Letnan kutub masih saja beku," ejek Alvino yang mampu membuat Azlan geram.

"Sialan lo!"

Azlan melihat seorang perempuan berhijab hitam yang sedang duduk bersama teman-teman wanitanya. Hanya saja mereka berisik, sedangkan dia terlihat santai dan diam menikmati makanannya.

Azlan terus memperhatikan Aila dari mejanya. Beberapa perempuan mendekat dan menyapa Azlan dan timnya yang bertugas. Azlan dan Alvino tidak menanggapi mereka. Mereka hanya berkenalan. Azlan memperhatikan gerak-gerik Aila yang sangat tenang dan menikmati makanannya daripada mendengarkan temannya yang berisik setelah berkenalan dengan para tentara.

"Kamu harusnya ikutan Ra, orangnya ganteng loh." Aila hanya diam tak menanggapi.

Alvino menyenggol lengan Azlan. "Gue tertarik sama cewek yang berhijab itu deh Bro. Dia dari tadi diam aja." Azlan hanya menggedikkan bahunya. Alvino berdiri dan mendekati Aila.

"Haiy, boleh kenalan?" Sania menyenggol lengan Aila yang masih saja diam. Aila memandang Alvino dengan wajah datarnya.

"Nama saya Alvino." Alvino menyodorkan tangannya, tapi tanpa diduga-duga, Aila berdiri dan beranjak dari tempat duduknya dan melewati Alvino begitu saja. Alvino dibuat tercengang dan melongo. Teman satu timnya menertawakan dirinya.

Sania menepuk bahu Alvino dan menjabat tangan Alvino. "Saya Sania, dia teman saya Hira, Zahira. Dia tidak tertarik dengan tentara." Alvino menatap Sania horor. "Saya duluan Bang."

Alvino kembali bersama Azlan yang menahan tawanya dalam hati dan masih menampilkan wajah datarnya. Entah kenapa hati Azlan merasa tenang karena Perempuan itu tidak menanggapi Alvino yang terkenal playboy cap kaki tiga.

Gadis yang menarik Semoga kita bertemu lagi. Batin Azlan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel